9 Pelajaran Hidup, Buah Penyesalan

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - December 13, 2018

9 Pelajaran Berhaga, Buah Penyesalan


PENYESALAN.

Sesuatu yang enggak bisa diulang, tapi bisa dijadikan pelajaran.

Siapa sih yang enggak pernah menyesal dalam hidup? Yakin hidupnya lurus-lurus dan mulus-mulus aja? Hampir semua orang pasti pernah memiliki perasaan ini, kecuali kalau yang bersangkutan memang ngeles. Menyesal adalah salah satu tanda bahwa kita masih manusia, bisa salah.

Saya menyesal enggak langsung pakai jilbab setelah baligh. "Resmi" menjadi remaja kelas 1 SMP, baru berjilbab 3 SMA. Saat awal ketemu suami, 1 SMA, saya masih belum berjilbab. Dan ketika dia bertanya kapan, saya sangat ingat kalau jawaban saya nanti saja kalau dapat hidayah. Pertanyaan yang sama datang di waktu yang berbeda dan saya jawab enggak usah ngatur-ngaturlah Kak, atur aja dari lingkungan yang paling terkecil, saya kan orang lain. 😁 Ndilalah apa? Saya menikah dengannya. LOL. Buat yang lebih muda jangan galak-galak sama orang, nanti kualat yang ada malah naksir. 😂

Enggak langsung berjilbab setelah baligh adalah salah satu di antara sekian banyak penyesalan saya. Terlepas, dari rasa syukur atas yang sudah Allah kasih ke saya selama ini.

Tapi, saya bukan tipe orang yang sehari-hari larut dalam penyesalan. Daripada buang-buang waktu untuk itu, mending mengambil pelajaran agar ke depan bisa lebih baik. Bukannya sok bijak sih, saya rasa semua manusia juga begitu. Mana ada orang yang ingin jatuh ke lubang yang sama. Ya, kan.

Dan, inilah pelajaran berharga yang saya dapatkan dari berbagai macam peristiwa yang saya sesali yang saya berharap bisa mengambil hikmah darinya, enggak cuma saya tapi yang lain juga:

1. Kalau di-bully, lawan. Jangan diam saja. Diam tanda setuju. Padahal, kita enggak mau, kan. Lawan! Sayangi diri sendiri.

2. Selain pernah di-bully, pasti kita semua pernah nge-bully. Bedanya, kita cuma fokus pas sakit hati, tapi pas menyakiti hati orang lain... cenderung lupa. Pelajaran yang bisa diambil adalah lebih berhati-hati dalam apa pun agar enggak menyakiti orang lain.

3. Jangan menggantungkan kebahagiaan pada orang selain kita. Yang ada, LELAH. Sama-sama lelah ya mending olahrahalah ya daripada ngaarepp yang enggak jelas. Allah sudah menciptakan kita dan semua umat Allah dengan begitu berharga. Jadi, enggak usah nunggu orang lain bilang begitu baru merasa istimewa.

4. Lakukan apa yang ingin dilakukan kalau itu positif. Enggak usah peduli kata-kata yang menjatuhkan. Mereka yang begitu aslinya takut, tapi enggak mau mengaku.

5. Carilah lingkungan yang sefrekuensi terlepas dari bergaul enggak pandang bulu dan enggak pilih-pilih. Kenapa? Salah satunya agar semangat kita tetap menyala. Namanya manusia enggak selalu kuat, ada kalanya dia lemah. Meskipun tetap, kuatin diri sendiri dari dalam dulu, jangan bergantung 100%. Lelahh. Seperti penjelasan di poin sebelumnya.

6. Orang dewasa kadang enggak dewasa. Jadi enggak usah terlalu dimasukin hati kata-kata orang dewasa yang enggak dewasa. Mereka aja galau. 😂🤣 Di sisi lain, jadilah orang dewasa yang seru dan asik, yang enggak cuma bisa ceramah merasa benar, yang merangkul dan mengajak.

7. Jangan terlalu polos, sisakan ruang untuk kecewa walau itu cuma 1 persen misalnya.

8. Jangan ceritakan rencana pada semua orang. Atau kalau mau cerita, kita mesti siap mental "dibanting-banting". Misal gini, kita cerita mau belajar makeup. Kemudian ada salah satu orang yang komen enggak pantas, tapi diam-diam di belakang dia juga belajar dandan. Betapa... 🤣🤣 Semacam embuh, kan. 😂🤣

9. Dunia ini luas, percayalah masih banyak yang waras, semoga kita salah satunya. Aamiin.


Menyesali yang terjadi memang hanya akan menambah luka batin, selain juga buang-buang waktu. Tapi, mengambil pelajaran berharga darinya adalah sebuah keharusan. Semua manusia saya rasa juga begitu. Kalau teman-teman sendiri, bagaimana?

  • Share:

You Might Also Like

3 comments

  1. "Kebahagiaan nggak tergantung pada orang lain." --> SETUJU! Kita lah yang bertanggung jawab dengan kebahagiaan diri sendiri, ya, Mba (:

    ReplyDelete
  2. Sama, dulu pernah dibully klo dulu rasanya takut buat melawan, skrg malah pengen nantang orangnya wkwk

    ReplyDelete
  3. setuju point ke 3. emang harusnya kebahagiaan itu tidak digantungkan ke orang lain. cukup Allah aja yang jadi sandaran segala hal dalam hidup kita. kalau dengerin kata orang terus capek. karena akan adaaa aja yang salah. tapi kalau standarnya taqwa ya beda lagi.

    lagi pula, bahagia itu rasa yang Allah kasih. bukan manusia

    ReplyDelete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)