5 Aspek yang Menjadi Perhatian Penuh 2019 Nanti

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - December 07, 2018



Mungkin benar kata sebuah ungkapan bahwa semakin tua umur seseorang keinginannya semakin sederhana. Jika dulu mungkin harus merasakan berbagai macam rasa dari a sampai z baru bisa bahagia dan puas, sekarang saat mulai menua mengonsumsi yang sederhana saja rasanya sudah luar biasa. Ada yang begitu? Atau mungkin makin tua justru makin "menggila". 😁

Saya memaknai ungkapan tsb bukan sebagai bentuk keputusasaan atas harapan demi harapan yang satu per satu pupus. Bukann. Justru, sebaliknya. Saya menganggap semakin tua seseorang cenderung akan semakin menyadari bahwa hidup ya gitu-gitu aja: lahir, hidup, mati, sendiri. Maka, kalau hidup dihabiskan untuk memuaskan ego diri sendiri rasanya pasti kosong, kurang. Bila pun semakin tua semakin berambisi untuk mengejar sesuatu, ujung-ujungnya tetap tidak hanya untuk sendiri. Ada orang lain selain dirinya di sana: anak, istri/suami, saudara, orang tua, mertua, masyarakat, dll. Artinya, semakin tua semakin ingin yang dilakukan ini memiliki nilai yang berarti enggak cuma buat diri sendiri tapi juga orang lain.

Dulu, kita mungkin bisa egois. Alih-alih membuat resolusi untuk membahagiakan orang tua, misal resolusi agar tetap juara, nyatanya saat kemudian juara yang senang kita juga. Orang tua malah kadang-kadang biasa aja. :D

Saya sendiri merasakan perbedaan itu. Rencana hidup di tahun 2000 yang tentunya jelas berbeda dengan tahun 2015 atau bahkan sekarang. Teman-teman juga, kan?

Saat ini, usia saya sudah masuk angka 30an, 25 Desember besok 32 tahun. Dan, yang saya inginkan tentunya berbeda dengan saat saya usia 20an.

Di usia yang katanya sudah cukup matang ini, ada 5 poin penting yang saya "garis bawahi" sebagai resolusi.

1. Sebagai hamba Allah
Semua orang ingin menjadi umat Allah yang lebih baik. Termasuk, saya. Dulu, saya pernah punya catatan harian bertajuk "hikmah hari ini". Isinya tentang hal-hal yang saya dapatkan hari itu melalui peristiwa yang sudah dilewati. Sempat vakum karena suatu hal. Saya ingin melanjutkannya lagi menulis "One Day One Hikmah" di buku harian. Itung-itung sebagai refleksi.

2. Sebagai anggota keluarga
Keinginan saya dan suami adalah semoga tahun depan enggak LDM. Sejak 2016 akhir, kami memang LDM: Batu - Balikpapan, Batu - Medan, dan sekarang Batu - Papua. Padahal selama ini, saya selalu ikut ke mana pun suami ditugaskan. Alasannya, yang pasti ada. 😁
Meski sejauh ini kami bertiga baik-baik saja dan sempat melakukan perjalanan jauh sebagai quality time (2017 ke Surabaya seminggu, 2018 ke Yogyakarta seminggu lanjut Jakarta dua minggu kemudian Jakarta lagi seminggu dan minggu depan Surabaya seminggu), tapi tetap saja gimana-gimana enakan ngumpul hore.
Selain sebagai ibu dan istri yang harus lebih baik, sebagai anak, menantu, dan saudara, harapan saya juga demikian. Aamiin.

3. Sebagai teman/sahabat
Saya jngin mengunjungi teman lama untuk bersilaturahmi. Enggak muluk-muluk, misal bulan ini ke rumahnya si A, bulan berikutnya ke mana, dst.

4. Sebagai masyarakat
Ingin memberikan kontribusi sesuai bidang saya.

5. Sebagai diri sendiri
Enggak lengkap rasanya ingin membahagiakan orang lain, tapi diri sendiri keteteran. Tentu saja tidakk. Sebagai diri sendiri, saya juga punya keinginan.

a. Produktif menulis baik online maupun buku. Penginnya satu hari satu artikel yang media menulisnya bisa mana aja (blog pribadi, website, dll) dan sebulan satu buku (tentu temanya yang sudah saya kuasai jadi enggak ribet dengan riset)

b. Produktif membaca. Penginnya sih seminggu satu buku yang hasilnya saya posting di instagram.

c. Produktif belajar.
Kalau kata Steve Job sih "stay foolish, stay hungry" biar kita tetap mau belajar dari siapa aja.

Itu tadi kelima poin penting mengenai resolusi tahun 2019. Kalau punya teman-teman gimana, nih?

  • Share:

You Might Also Like

6 comments

  1. pingin rajin membaca lagi..ngeresensi buku lagi..m

    ReplyDelete
  2. Mbak, saya juga LDM cukup lama. Bahkan lebih lama LDM daripada hidup bersama suami. Tapi memang setiap orang yang memutuskan LDM pasti punya alasan. Sejak 2015 anak pertama sudah di luar kota. Lama-lama kebayang juga satu per satu anak-anak akan pergi. Kemudian saya bilang kepada suami, "Nanti kalau anak-anak sudah nggak ada yang dirumah, aku ikut kamu aja." Masak sendirian sih. Membayangkan ini, saya berada pada fase makin sendiri.

    ReplyDelete
  3. Nomor 5 itu mbak, produktif belajar dan membaca serta menulis...penting nih sebagai basic individu sebagai hamba Allah, anggota keluarga, sahabat, dan masyarakat...May Allah bless you

    ReplyDelete
  4. Iya.. saya pribadi sering mnegesampingkan " self care " malahan.. Tapi semoga tahun depan hidup saya jadi lebih imbang di semua aspek. Hahahha...

    ReplyDelete
  5. Wah ternyata Mbake pejuang LDM ya. Semangat, Mba. Kalo diizinkan semoga bisa ngumpul lagi sama suami yaa. Aku nggak pernah LDM tapi pernah LDR pas pacaran sama suami dulu jadi tau dikit rasanya ):

    Aku juga termasuj yang makin tua makin merasa hidup itu harus lebih berarti. Nggak perlu resolusi muluk-muluk.

    ReplyDelete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)