Lanjutan Eksplorasi Kansai: Hutan Bambu Arashiyama

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - September 16, 2022

Meski sudah cukup lama Back for Good, tapi pesona Negeri Sakura masih begitu terasa. Bukan berarti tak bisa move on atau tidak mensyukuri kondisi sekarang, ya. Sama sekali bukan. Hanya sekadar mengingat untuk kuambil hal-hal positifnya. Toh, aku meyakini bahwa setiap daerah memiliki kelebihannya masing-masing. Orang baik tersebar di mana pun, termasuk di tempat kita berada saat ini. Alhamdulillah, Allah memberikan kesempatan kepada keluarga kami untuk merasakan tinggal di tempat yang berbeda-beda. Semua itu seolah mengingatkan diri ini bahwa betapa bumi Allah itu luass tiada terkira. Semoga kita selalu bisa mengambil pelajaran dan hikmah di mana pun singgah. Aamiin.
 
Nah, kali ini, aku ingin menuliskan lagi salah satu pengalaman perjalanan kami saat masih tinggai di Negara Matahari Terbit. Semoga bisa bermanfaat, terutama buatku pribadi.
 
September 2020 atau dua tahun yang lalu saat masih tinggal di Tsukuba, kami mengeksplorasi Kansai untuk kali kedua. Beberapa catatan terkait itu bisa dilihat di sini:

Ternyata lumayan banget ya tulisanku tentang Kansai. Kalau disusun dengan lebih rapi dan "ditambal" sana-sini bisa dibikin buku barangkali, huehehehe.

Nah, kali ini, apa yang akan kutulis terkait pengalamanku dua tahun yang lalu saat ke Kansai? Dipilih-dipilih. Sezuzurnya, aku sudah lumayan lupa, heuuu.

Baiklah, aku akan berbagi cerita tentang kunjungan (beuh, kunjungan katanya) kami ke hutan Arashiyama di musim semi dan gugur tahun 2020 silam.

Arashiyama di musim gugur, kunjungan II.
 
Meski masih di tahun yang sama, 2020, tapi ada perbedaan cukup signifikan yang kurasakan antara kunjungan I dan II. Bukan lantaran karena musimnya saja yang berbeda, melainkan juga karena efek pandemi.
 
Musim semi Maret 2020, Arashiyama masih ramai oleh wisatawan asing. Bahkan, kami bertemu dengan rombongan turis Indonesia saat itu. Pembatasan untuk turis asing masih belum diberlakukan. Musim gugur September 2020, Arashiyama hanya ramai oleh wisatawan lokal. Bila pun ada wajah-wajah berbeda seperti kami ya jelas-jelas orang asing yang sedang tinggal di Jepang entah untuk tujuan belajar seperti suami atau kerja. 
 
Ada satu kejadian lucu saat pertama kali kami ke Arashiyama Maret 2020. Saat itu, himbauan untuk memakai masker memang belum terlalu masif. Kami sempat diledek oleh wisatawan lokal karena memakai masker.  Mungkin kalau dibahasaIndonesiakan semacam, "Ciee, si paling menjaga protokol kesehatan." Rada kaget juga sih sebenarnya karena selama di Kanto (region tempat kami tinggal), hal seperti itu belum pernah kualami. Tapi di sisi lain ya lucu aja. LOL.
 
Hutan bambu Arashiyama merupakan salah satu tempat wisata mainstream atau terkenal di Kyoto yang sangat sayang untuk dilewatkan. Sedihnya, dua kali kami ke tempat yang sudah populer sejak abad ke-8 ini kondisinya sama-sama ramaii meskipun di kunjungan I lebih ramai sih sebenarnya. Entah kapan sepinya, ya. Huehehe. Saat musim semi, kami datang sore. Sedangkan saat musim gugur, kami datang pagi. Keduanya sama saja: sama-sama ada manusianya. Rupanya, Covid-19 tak menyurutkan wisatawan untuk menikmati pesona hutan bambu Arashiyama. 
 
Arashiyama di awal musim semi.
 
Kalau kalian pernah nonton salah satu drama Korea yang dibintangi Lee Min Ho berjudul The King pas scene LeeMinHo mengajak KimGoEun ke "dunia lain" bernuansa hutan ala-ala pakai kuda, nah seperti itulah kira-kira "penampakan" hutan bambu Arashiyama ini sekilas. Meskipun tentu saja enggak persis-persis amat, ya. Enggak ada LeeMinHo juga. LOL.

Dua kali kami ke sini di dua musim yang berbeda, kami memilih moda transportasi yang berbeda pula. Di kunjungan pertama, kami langsung bertolak dari stasiun Kyoto (tentu saja dengan membawa barang bawaan) ke Arashiyama dengan moda bus. Sedangkan yang kedua, kami berangkat dari penginapan menggunakan kereta. Keduanya sama-sama mudah dijangkau dan mudah juga untuk dipelajari. Jadi meskipun baru pertama kali, enggak perlu khawatir tersesat karena semua petunjuk terpampang nyata di depan mata. Tinggal baca saja.

Kunjungan di musim gugur.

Hutan bambu Arashiyama yang konon terkenal di seluruh dunia ini dibuka 24 jam dan GRATIS (setidaknya saat kami ke sana kondisinya seperti ini, yes). Yang perlu kita siapkan hanyalah stamina. Enggak perlu juga bawa minum karena vending machine ada di mana-mana, termasuk di hutan. Bagi yang bawa anak kecil seperti kami (saat itu usia Taka masih 3,5 tahun), siap-siap saja gantian gendong saat dia letih. Karena boleh dibilang, wisata hutan bambu Arashiyama adalah wisata trekking. Tapi enggak perlu khawatir. Suasana hutannya yang sangat bersih dan sejuk plus suara bambu yang bergesekan satu sama lain membuat kita rileks dan enggak terasa jika sudah berjalan jauh. 
Meskipun terlihat panas, tapi aslinya dingin sejuk secara sudah masuk musim gugur. Hawanya masih berasa hingga sekarang. Tsaah.

Taka terlihat sangat menikmati.

Hal lain yang harus kita siapkan terutama jika pengunjungnya ramai adalah... SABAR. Ya, sabar jika ingin foto-foto karena harus gantian. Bersyukur meskipun hanya berupa kode-kode cantik saja tanpa komunikasi sedikit pun, wisatawan lokalnya sudah sangat paham dan tepo sliro kalau kata orang Jawa, enggak yang menguasai wilayah itu sendiri bersama geng-nya gitu maksudnya alias benar-benar mau gantian. Masyaallah. Sampai sekarang sikap mereka yang seperti itu masih terpatri dan berkesan banget di hati. 

Foto dulu sebelum pergi.
 
Sejujurnya, masih ada banyak pemandangan indah yang tertangkap mata. Namun, alih-alih mengabadikannya dengan kamera, kami lebih memilih menikmatinya. 
 
Arashiyama, I miss you, I heart you.






  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)