Episode Seminggu di Kansai: Pesona Dotonbori Osaka saat Malam

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - September 22, 2021

Benar kata orang, lelah raga lebih mudah diatasi daripada lelah hati. Jika yang pertama hanya butuh istirahat sejenak, tidak demikian dengan yang kedua. Hal tsb aku buktikan setelah sampai di penginapan. Harusnya sih wajar kalau loyo karena sudah ngiter sejak pagi, tapi nyatanya hanya butuh istirahat sejenak energi seolah utuh lagi. Siap menikmati suasana malam di Osaka, nih.  
 
Oh iya, ada yang bertanya bagaimana menyiasati anak 3 tahun biar enggak rewel saat diajak jalan. Intinya sih harus menikmati serta siap dengan konsekuensi. Misalnya, karena aku adalah tim emak-emak yang enggak suka bawa stroller, solusinya kami akan bergantian gendong Taka kalau dia mulai lelah saat jalan. Meskipun, dia lebih nyaman kugendong, mungkin gendongan ibu beda kali ya, huehehe. 
 
Pertanyaan lain yang juga kerap disampaikan temanku adalah ibadahnya gimana? Zuzur selama tinggal di sana, masalah salat bisa di mana aja yang sekiranya sepi (kalau bersih mah enggak usah ditanya). Kalaupun sudah memilih tempat cukup sepi tapi masih saja "kepergok", mereka biasa saja. Alhamdulillah. 
 
Maaf ya, jadi ada intermezo, huehehe. Baiklah, aku lanjutkan ceritanya. 
 
Setelah cukup puas beristirahat plus mandi di penginapan, kami bersiap lagii menyusuri Osaka di malam hari. Kali ini, tempat yang kami pilih untuk dieksplor adalah DOTONBORI. 
 
Penggemar setia Negeri Sakura akan langsung ngeuh betapa pentingnya daerah tersebut di wilayah Kansai pada umumnya dan Osaka pada khususnya.
 
Buatku sendiri, inilah alasan mengapa bela-belain ke tempat tersebut:
  1. Sudah ada sejak tahun 1600-an. Sudah ada sejak lama, tapi tidak dibiarkan terbengkalai, melainkan dirawat sehingga masih bisa bertahan dari masa ke masa. Salut.
  2. Pusat kegiatan ekonomi masyarakat. Mau belanja atau hanya sekadar nongkrong biasa, semuanya ada.
  3. Desain tempat makannya lucu-lucu (meskipun aku enggak beli, tapi senang aja lihatnya, xixixi)
  4. Ada papan iklan neon (running man) GLICO. Sebagai salah satu penggemar produk Glico, Pocky, aku merasa sangat perlu untuk ke sana. Apalagi jika merujuk pada sejarahnya, rasa penasaran itu makin membuncah. Glico diambil dari nama kandungan, glikogen, yang ada dalam produk pertamanya yang kala itu untuk meningkatkan kesehatan anak-anak. 
Dari penginapan, kami jalan kaki kurang lebih 200 meter menuju Stasiun Kitahama. Perjalanan dilanjutkan dengan kereta Sakaisuji Line ke Stasiun Nipponbashi. Butuh waktu sekitar 10 menit saja karena hanya melewati dua stasiun: Sakaisuji Hommaci dan Nagahoribashi. Dari sana, kami jalan kaki lagi kira-kira 500 meter ke tempat tujuan.
 
Tidak perlu takut tersesat karena petunjuk begitu jelas, salah satunya ini:
Free wifi. :)


Galfok sama patung kepitingnya? Sama.

Mau?

Jadi ingat kata teman. Belum resmi ke Osaka kalau belum foto di depan iklan GLICO.


Mampir ke pusat perbelanjaan Shinsaibashi-Suji. Enggak perlu digandeng biar enggak belanja (seperti kata iklan) karena aku gak hobi belanja kecuali penting. Yang hobi malah suamiku. Mungkin ini definisi jiwa yang tertukar.

Ada yang masih main Pokemon Go? Di Negeri Sakura masih berjaya, enggak musiman.

Lumayan puas mengukur jalan hingga Taka ketiduran, kami mampir ke Tonbori River Walk. Istirahat sejenak, mengumpulkan energi untuk kembali ke penginapan.
Untuk kesekian kali, aku mengagumi setiap kemudahan yang diberikan pada pengunjung. Sebenarnya, enggak cuma di Osaka aja kok, Tsukuba pun. Setiap sudutnya. Bagi yang malu nanya ke orang, petunjuk di setiap sudut seperti ini sangat membantu. :D


Sungai yang disulap menjadi tempat wisata. Bersih, enggak bau sama sekali. Airnya jernih. Cuma karena malam jadinya enggak kelihatan jelas.

Selamat tinggal, Dotonbori. Semoga nanti bisa ke sini lagi.

Tidak terlalu malam kami kembali ke penginapan dengan menggunakan kereta yang sama saat baru sampai Osaka, Midosuji Line, tapi dengan rute yang berbeda. Dari tempat terakhir "nongkrong" kami jalan kaki ke Stasiun Namba menuju Stasiun Kitahama. Hanya butuh melewati tiga stasiun saja (Shinsaibashi, Hommaci, dan Yodoyabashi) untuk sampai ke tujuan. Belum berakhir karena kami masih harus jalan kaki ke penginapan sekitar 200 meter.

Satu hal yang kini aku rindukan saat kembali ke tanah air: jalan kaki dengan kondisi supernyaman di mana pun itu. :D

Di sisi lain, aku sangat bersyukur karena udah lumayan puas jalan kaki selama di sana, dan pada prosesnya enggak ngeluh. :D
 
Kebukti, kan, sekarang... kangen. 
 
Nah, itu tadi catatan perjalananku ke salah satu daerah populer di Osaka. Jujur, saat menuliskannya harus bolak-balik lihat catatan di HP (untung dulu nyatat) efek lupaaa. Huhuhu

Tunggu catatan ngebolang esok harinya ke Universal Studio Japan, yaa.






  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)