5 Hal Tentang Angkot di Balikpapan

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - September 06, 2021

Hampir empat tahun menjadi penduduk Balikpapan dengan tingkat mobilitas yang lumayan tinggi membuatku cukup akrab dengan yang namanya angkot. Meski ada transportasi umum lainnya seperti taksi dan ojek, tapi enggak bisa dimungkiri kalau angkot lebih dekat dengan keseharian.

Kalau di tempat lain, angkot mungkin sudah mulai jarang/tidak menjadi pilihan utama, beda dengan Balikpapan. Rupanya meski transportasi online menjamur, tapi angkot masih jadi favorit masyarakat. Setidaknya, itu info yang kudapat dari dua rekan di Balikpapan, Mbak Diana dan Mbak Tyas, ketika kutanya lewat WA.

Ingatanku kembali ke beberapa tahun silam ketika masih menjadi penghuni kota minyak. Dulu, ke mana pun aku pergi (sendiri), angkot seolah selalu siap menemani. Yang aku butuhkan hanya jalan sebentar dari tempat tinggal di Pondok Karya Agung ke jalan besar, tempat angkot lewat. Semudah itu. Sebagai wanita yang sudah menikah tapi belum punya anak, aku pun merasa lebih nyaman naik angkot yang notabene rame-rame ketimbang ojek atau taksi.

Menengok lagi ke masa remaja, angkot atau kalau di kampungku disebut dengan nama mikrolet adalah transportasi umum yang sangat akrab denganku. Bagaimana tidak, sejak SMP sampai lulus kuliah, aku menggunakannya untuk menunjang kegiatan. Bisa dibilang, angkot menjadi salah satu saksi enggak hidup tumbuh kembangku. Huehehe.

Aku juga masih sangat ingat, angkot yang waktu itu selalu kupergunakan. Pas SMP: angkot kuning, merah, kuning banget, dan hijau. Pas SMA dan kuliah: angkot kuning dan biru

Dulu, jarang banget ada angkot ngetem alias nunggu lamaaa. Kalau pun begitu, pasti penumpang yang udah telanjur naik bakal ngomel. Duluu bangett, angkot benar-benar sangat bisa diandalkan. Bahkan aku sering berangkat di jam supermepet, tapi sampai sekolah enggak telat. Xixixi.

Tentu saja, ada begitu banyak kenanganku bersama angkot. Yang serem: pernah bareng orang mabuk. Namun, aku bersyukur karena pak sopirnya peduli bangett, orang mabuk tersebut diturunin lagi. Yang penuh drama: barengan orang-orang yang cerita ini itu dengan gengnya sementara aku hanya sebagai obat nyamuk aja. Enggak jarang, mereka rasan-rasan alias ghibah alias ngomongin orang. Seolah-olah, aku enggak ada. Yang absurd: ketemu anak pacaran berantem. Berasa sinetron gratis. Zaman backstreet dengan Mas Ryan: dia (atas inisiatif sendiri alias tanpa paksaan) nemenin aku naik angkot dari SMA 3 Malang ke terminal Landungsari. Terus, lanjut ke Junrejo. Pas udah sampai gang rumahku (enggak sampai depan rumah), dia balik lagi ke Malang. :D

Intinya, transportasi publik bernama angkot ini pernah menjadi bagian dari hidupku, begitu lekat, tidak terkecuali saat aku merantau ke Balikpapan beberapa tahun silam.

Angkot di kota minyak menurutku nyaman-nyaman aja. Setidaknya selama di sana, aku belum pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan. Pernah sih sekali salah naik angkot: harusnya naik hijau tua, tapi aku keliru ke hijau muda (efek ngelamun). :D

Kalau aku rangkum, ada 5 hal tentang angkot di Balikpapan:

1. Kursi penumpang menghadap depan semua (dan bukan samping).

Berbeda dengan di Jawa yang kursi penumpangnya menyamping, angkot di Balikpapan menghadap ke depan semuanya. Mirip dengan angkot di kampung halaman zaman aku kecil.

2. Jika ingin berhenti, bukan bilang “KIRI, BANG!”, tapi “STOP!”.

Ya, kalau di Jawa, kita kerap kali bilang “kiri” saat mau turun, maka di Balikpapan “stop”.

3. Jika beruntung, kita akan menemui beberapa fasilitas tambahan, seperti di bawah ini misalnya.

 
 
4. Ada tempat sampahnya. Ya, rata-rata angkot Balikpapan memang menyediakan tempat sampah. 
 
5. Enggak membingungkan. Untuk pendatang atau wisatawan, angkot di Balikpapan cukup helpful. Tempat tujuan terpampang nyata di bagian depan. Atau kalau hanya untuk sekadar ingin meyakinkan, kita bisa bertanya langsung ke sopirnya.

Di angkot, aku bertemu dengan beragam orang yang menurutku menggambarkan kehidupan. Di angkot, aku banyak menemukan kisah yang menggugah sisi kemanusiaan.

Tak bisa dimungkiri,
transportasi publik memiliki peran yang sangat penting untuk menopang kegiatan sehari-hari. Itu sebabnya, penting banget adanya rasa AMAN dan NYAMAN. Dan, salah satu kota di Indonesia yang memiliki angkot dengan kriteria seperti itu adalah... Balikpapan (kalau di Manado, aku belum pernah naik angkot jadi belum bisa cerita).

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)