Peran Istri ketika Suami Ingin Kuliah Lagi

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - May 17, 2019


Kuliah saat masih belum punya pasangan, mungkin dianggap sesuatu yang wajar. Entah itu kuliah S1, S2, atau S3. Ya, terlepas dari drama-dramanya yang jelas ada, ya. Tapi, sungguh, kuliah saat sudah berumah tangga apalagi punya anak adalah sesuatu yang ehem bangett. Apalagi, jika yang kuliah tersebut adalah tulang punggung keluarga. Poin yang ingin saya garis bawahi di sini sebenarnya adalah kuliah setelah berumah tangga itu benar-benar butuh effort yang tinggi.

Betapa tidak, ketika ingin mengurus ini itu untuk urusan kuliah/kuliah lagi, seolah ada aja "halangannya". Semua bermuara di masalah ketersediaan waktu: enggak sempat karena kerjaan penuhh. Sedangkan saat benar-benar libur atau ada waktu, tentu wajar jika pengin menghabiskannya dengan keluarga. Padahal, niat untuk kuliah lagi bisa jadi untuk menunjang pekerjaan atau karier yang ujung-ujungnya demi keluarga juga.

Menurut saya, di sinilah peran istri sangat penting. Lebih-lebih, jika sang istri enggak bekerja penuh waktu seperti sang suami, setidaknya dia bisalah menyempatkan diri untuk membantu suaminya.

Menurut pengalaman kalian gimana? 

Hal tersebut saya alami ketika ayahnya bocah memiliki niat untuk kuliah lagi. Ceritanya beberapa waktu yang lalu, pas mendekati Ramadan, suami mendapat pengumuman kalau dia POSITIF diterima beasiswa S2 di Jepang.
Dokpri
Saya yang waktu itu sedang "angon" bocah enggak ngeh kalau suami vicall. Jujur aja rada kaget karena enggak nyangka kalau pengumumannya secepat ini. Tapi tentu saja kagetnya ya bahagia. ALHAMDULILLAH. Bersyukur kepada Allah, hajat suami untuk menimba ilmu di negeri Sakura akhirnya diijabah.

Saya pun jadi ingat kerempongan kami beberapa waktu yang lalu dalam proses mengurus beasiswa ini. Dimulai dari suami meminta izin ke instansi tempat ia bekerja yang ini pun enggak bisa dikatakan mudah karena ada serangkaian tes yang harus suami jalani. Kemudian, dilanjut dengan mencari kampus. Terakhir, tes lagi untuk masuk dan mendapatkan beasiswa. Tentu, kenyataannya jauh lebih rumit dan ruwet ketimbang yang saya tulis di sini yang notabene cuma inti-intinya aja.

Di sisi lain, kerjaan suami sebagai analis bidang ekonomi moneter yang juga menuntut konsentrasi tinggi dan banyak mikir tentu tidak bisa dibilang mudah. Keduanya, baik kerjaan maupun rencana melanjutkan pendidikan, sama-sama butuh perhatian yang enggak bisa setengah-setengah.

Belum lagi anak. Kalau istri sih nyantai karena saya bukan yang tipe harus diperhatikan 24 jam. Dan lagi, sejauh ini menurut saya suami udah sangat perhatian baik ke anak maupun istri. Enggak perlu ada komplainlah ya intinya.

Nahh, dengan melihat kondisi tersebut, sebagai istri tentu saya enggak mau diam aja. Penginnya juga enggak jadi istri yang terima jadi, tapi benar-benar ikut serta sebagai partner. Karena memang menurut saya, suami istri adalah partner hidup. Dan yang namanya partner ya pastinya harus ngeklik banget semuanya. Begitulah.

Lalu, apa saja peran istri ketika suami ingin kuliah lagi? Berikut ini versi saya.

1. Mendukung niat mulia suami

Apalagi yang bisa dilakukan istri ketika suami punya niat pengin kuliah lagi selain mendukung? Toh, emang salah satu tugas istri ya itu, kan: ngasih pompom ke suami. Xixixi.

Cuma pas awal-awal, saya sempat membatin, kalau boleh penginnya suami dapat beasiswanya pas udah ada anak dan promosi. Ya, suami emang udah niat pengin S2 sebelum ada Taka. Kenapa saya penginnya gitu? Biar tenang aja. Namanya keinginan boleh-boleh aja kan toh cuma saya batin dan enggak saya gembar-gemborkan di media sosial. Takut dibully y, Sist? Cemen, ah. Wkkwkwk. Alhamdulillah, Allah Mahabaik. Allah mengabulkan doa hamba-Nya.


2. Membantu mencarikan universitas yang cocok

Nyari universitas versus nyari jodoh sama aja rempongnya ternyataa. Atau malah lebih repot nyari universitas kali, ya. Kami berdua sama-sama nyari hingga kemudian saya mendapat informasi dari internet pas browsing-browsing gitu kalau ada beasiswa S2 ke Jepang untuk jurusan Kebijakan Publik di salah satu universitas di sana.

Ehem... mungkin ini yang namanya jodoh. Kok ya bisa pas ya antara jurusan yang ingin dipilih suami dengan universitas yang saya temukan.

Setelah berdiskusi ke sana ke mari, suami setuju untuk mencoba. Dan, alhamdulillah diterima.


3. Mengingatkan tanggal-tanggal penting

Tugas istri di sini semacam sekretaris pribadi bagi suami. Siap nyerewetin sepanjang masa. Meskipun suami punya catatan, tapi enggak ada salahnya kalau ditambah "ocehan" sayang dari istri biar lebih nampol.

"Mas, jangan lupa anu,"
"Mas, tanggal segini terakhir,"
"Mas..."
"Mas..."


4. Menguruskan dokumen yang diperlukan

Untuk S2 di luar negerii, dokumen yang diurus baanyaakk. Enggak cuma yang berhubungan dengan suami bahkan, seperti legalisir ijazah dan transkrip, tapi juga dokumen dari istri. Ya, universitas yang menerima suami mensyaratkan demikiann karena suami kan rencananya mengajak anak dan istri. FYI, posisi saya dan suami saat ini masih LDM Manokwari - Batu. Jadi yaa otomatis saya yang wara-wiri ke kampus (alhamdulillah dulu sekampus) untuk mengurus ini itu. Pun yang mengirim dokumen ke Jepang. Saya menerima dokumen kiriman suami dari Manokwari, lanjut melengkapi dengan berkas-berkas yang saya urus di kampus, terakhir mengirimkan semuanya lewat DHL. Sempat ada rasa was-was gimana ya kalau enggak sampai karena hal nonteknis. Pernah nonton film Castaway yang dibintangi Tom Hanks, kan? Yang dia kecelakaan pesawat saat mengantar barang-barang. Gimana tuh nasibnya orang-orang yang udah telanjur maketin? Ya, tapi saya tepis dalam-dalam kekhawatiran itu. Bismillah aja. Allah pasti memberikan yang terbaik.


5. Berdoa

Terakhir, apalagi yang bisa dilakuin istri setelah ikhtiar semuanya dijalani selain berdoa. Yakin, Allah pasti memberikan yang terbaik.


Buat saya, kami, suami istri adalah sejiwa dan seraga yang notabene enggak bisa sendiri-sendiri atau "cari panggung" masing-masing. Ketika dulu saya giat-giatnya menulis buku sebelum ada Taka, suami mendukung sepenuh jiwa. Bahkan, saat saya ujian skripsi, dia tiba-tiba datang dari Jakarta padahal saat itu sedang sibuk-sibuknya di kantor dia yang lama. Dia datang untuk mendukung. Begitu pun ketika suami juga memiliki hajat -apa pun itu yang intinya positif-, sebagai istri saya pastilah mendukung 100 persen.

Semoga kita dan pasangan masing-masing bisa terus saling mendukung ya, Temanss. Aamiin.


#30HariMemetikHikmah
#TantanganMenulisIPMalang
#RumbelMenulisIPMalang
#IbuProfesionalMalang
#HariKe-12

  • Share:

You Might Also Like

28 comments

  1. Mantap bgt kontribusinya mendukung suami. Pingin nunggu punya anak dulu biar ada temennya ya kalau ditinggal?

    ReplyDelete
  2. MasyaAllah ... Mau mengucapkan selamat dulu ah kalau saya mah. Semoga proses studinya lancar, memperoleh ilmu yang bermanfaat, dan memberikan manfaat bagi bangsa dan negara. Aamiin.

    Jadi, kapan berangkatnya nih, Mbak? Aku mupeng juga ih bisa melanjutkan studi keluar negeri. Ya kalau emaknya nggak bisa, anak-anaknya gitu yang dapat beasiswa. Deuh, orangtua ya, senangnya meminta anak mewujudkan mimpinya yang belum terwujud, hahaha ...

    ReplyDelete
  3. Rejeki dan jodoh memang gak kemana ya mba, apalagi ketika isteri bantu doa dan support, ternyata yang dipilih isteri bisa pas dengan yang diinginkan suami dan Allah ridloi juga dengan dimudahkan ya mba.

    ReplyDelete
  4. MasyaAllah, besiswa ke Jepang? Kereenn Mbak. Moga lancar ya kuliahnya nanti. Asyiknya bakalan didampingi istri juga anak, jadi cemasnya berkurang ya, dapat semangat gitu biar lancar nanti studinya.

    ReplyDelete
  5. MasyaAllah luar biasa mbak suami dan istri saling support... Selamat ya mbak atas diterimanya suami di sekolah negeti sakura, semoga membawa berkah kebaikan untuk keluarga:)

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah ya Mbak suaminya mendapat kesempatan gratis untuk belajar lagi. Setidaknya sisi finansial tak begitu bikin puyeng sebagaimana saya dan suami. Kami tinggal di selatan Cianjur, mau kuliah ke Bandung itu waktunya saja sekali jalan 4 jam di jalan. Mana suami juga kerja, mana biaya sendiri. Sangat seru pokoknya kalau beberapa drama yang kami alami diceritakan lagi.

    Amin. Semoga doa terbaik kita sebagai istri utk dukung suami semakin diijabah Tuhan. Amin.

    ReplyDelete
  7. Saya pun merasakannya mbak. Bahkan bukan hanya suami tapi saya juga masih kuliah. Karena ini bukan beasiswa jadi kerasa banget pas harus kontrak matkul bayarnya double. Belum lagi pas ujian bareng kelabakan nyariin siapa yang mau bantu jaga anak. Tapi saya jalanin sana, karena nggak ada yang sia-sia dalam menuntut ilmu.

    ReplyDelete
  8. wah alhamdulillah ya mbak, saya juga kmrn mengalami pengalaman yg sama, skrg suami lg kuliah lagi, dan memang harus mendukung penuh, banyak "mengalah" dan sabar juga

    ReplyDelete
  9. Selamat, Mbak. Semoga dengan suami tetap mesra, akur, harmonis, dan saling dukung. Pernikahan memang menyangkut urusan partner masa depan. Kita hidup bersama suami untuk tujuan bernama keluarga.
    Ke depannya akan ada banyak lagi tantangan, namun semoga Mbak dan suami bisa mengatasinya. Kuliah untuk pengembangan diri dan keluarga harus kita dukung penuh. Semoga sukses dunia akhirat. Aamiin.

    ReplyDelete
  10. Senangnya ya suami dapat beasiswa S2 setelah punya anak seperti harapan awal mula. Selamat ya buat pak suami, semoga ilmunya bermanfaat ke depan dan keluarga selalu harmonis.

    ReplyDelete
  11. Barakallah Mba. Mudah2an proses mengurus studinya dan nanti saat sudah mulai kuliah semuanya lancar2 dan ilmunya berkah bermanfaat

    ReplyDelete
  12. Tips nya pasti bermanfaat bagi pasangan muda yang suaminya ingin kuliah lagi. PEran istri memang komplit ya, terutama menjadi pendukung suami dalam setiap kondisi, seperti kuliah lagi dan di luar negeri pula. Selamat yaaa, semoga semuanya diberikan kelancaran

    ReplyDelete
  13. Kkeren banget ya saling mendukung, semoga suami bisa lancar sekolah lagi disana dan begitu pun juga kamu ya mba sukses mengurus anak-anak dan mendampingi suami.

    ReplyDelete
  14. Otomatis istri jadi asisten suami kuliah juga ya mbak, memang cuma istri yang bisa multitasking ya :)

    ReplyDelete
  15. Wah ini NHW ya membaca ini aku jadi kangen masuk kampus IP lagi kemarin aku ambil cuti di kelas bunsay karena lagi ada kesibukan, Mba di kelas matrik ya?

    ReplyDelete
  16. Wah senengnya...asyik jg kalau bs ikut mba..hahaha...mudah2an aja ya..

    ReplyDelete
  17. Allhamdulillah keinginan suami untuk melanjutkan kuliah terkabul setelah punya anak ya. Baru mau tanay ikut atau gak, ternyata memang diajak juga ya.

    ReplyDelete
  18. Setuju banget mbak, suami istri adalah pasangan yang sebaiknya saling mendukung ....apapun itu kalau demi kebaikan bersama hendaknya saling support....gak kebayang betapa rempongnya membantu suami mencarikan universitas, membantu mengurus beasiswa sampai persyaratan lainnya hingga bener2 deal.... Saya walaupun belum pernah mengalaminya tapi dulu sempat mensupport suami saat harus sekolah lagi demi jenjang karier di kantornya.... Doa, ikhtiar, kadang air mata semuanya harus tercurah bersamaan...namun memang kembali kepada keikhlasan kita dan saling menguatkan....niscaya pasti ada jalan terbaik dr Allah SWT....

    ReplyDelete
  19. Suamiku sedang kuliah lagi. Di awal aku support bgt kurang lebih spt poin2 yg Miyo tulis, kecuali yg mengurus dokumen penting krn ini diurusnya sendiri. Nah skrg struggling dgn kesibukannya dia yg jadi sedikiit waktunya dgn keluarga. Tp insyaallah hrs terus bertahan. Semoga lancar studinya mas Arief ya Miy.

    ReplyDelete
  20. Barokallah mba, patut banget didukung
    jarang ya yang mau belajar lagi dalam usia berumahtangga
    semoga dilancarkan segalanya aaamiin

    ReplyDelete
  21. Barakallahu fiikum...
    Semoga dimudahkan segala urusannya hingga selesai kuliah S2 dan lanjut S3 kemudian post-doctoral.

    Aamiin~

    In syaa Allah disediakan pahala yang luas jika istri nurut suami.

    Sama-sama berjuang..
    Fightiing~

    ReplyDelete
  22. Jadi inget kuliah S2 suamiku yang keteteran hingga kini mba. Padahal udah selalu kusemangati untuk melanjutkan. Kurang sedikit lagi mata kuliah plus tesis kan, tapi ya kalau udah sambil kerja, mana kerjaan pas seabrek, akhirnya berlarut2 nggak selesai deeehh... :(

    ReplyDelete
  23. selamat ya mba. Dukungan istri memang penting banget. Apalagi sejatinya istri adalah separuhnya jiwa suami. uhuk

    ReplyDelete
  24. Bagi suami, dukungan istri memang sangat berarti yaa, Mba. Saya kalo suami mau lanjut sekolah lagi, pasti saya dukung 100% :)

    ReplyDelete
  25. Masya Allah selamat ya Miyo keren itu berkah banget S2 ke Jepang. Banyak ntar oleh-oleh ceritanya di blog. Selamat ya, barokallah.

    ReplyDelete
  26. Wah alhamdulillah bgt yaa dpt kesempatan kuliah di Jepang. semoga lancar ya smuanya Mbak :)

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah.. senang bgt dpt beasiswa kuliah lg di negara sakura, negara yg terkenal disiplin dan intelek. Selamat y mb dan suami. Agustus 2018 jg suami brgkt ke negeri jiran lanjut S3. Synya melow terus mb, anak2 sakit dan sy keguguran 2019. Tp suami kuat dgn kondisi sy yg srg ngeluh. Cuma synya yg g bs move on dgn kondisi LDM ini. Pdhl klo suami sdh ada dirmh pst sy srg mrh2. Mhon sarannya mb agar sy g melow terus

    ReplyDelete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)