Cerita Mereka yang Dibesarkan oleh Orang Tua Tunggal

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - January 11, 2019




Judul: Broken Crayon
Penulis: Zahra Desriani
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: 2018
Halaman: 132 halaman
Beli di: Gramedia Digital (paket premium)
Waktu baca: 10 - 11 Januari 2019


Kita tidak bisa memilih terlahir dari orang tua yang bagaimana. Tapi kita bisa memilih kelak akan menjadi orang tua yang seperti apa. Ungkapan semacam ini sudah sering kita dengar atau baca, ya.

Idealnya, sebagai anak, semua berharap kalau kedua orang tuanya bisa teruss bersama. Saling mencintai dan menghargai. Saling mendukung. Atau kalau dirangkum, semua anak normalnya menginginkan kehangatan dalam keluarga.

Tapi, sayang, dunia tak semudah itu dijalani. Kadang atau bahkan sering, tidak ada lagi yang namanya kompromi.  Termasuk, dalam urusan suami istri. Seperti yang ditulis dalam buku BROKEN CRAYON ini, mereka semua dibesarkan oleh satu orang saja karena perpisahan  dengan alasan beragam mulai dari perbedaan prinsip, adanya orang ketiga, sampai meninggal dunia.

Buku yang tidak terlalu tebal ini terdiri dari 10 kisah. Bagaimana rasanya dibesarkan oleh hanya orang tua tunggal dan hikmah apa yang bisa dipetik adalah POINnya.

Jika saya simpulkan dari buku ini, seperti inilah kira-kira seorang anak melihat kedua orang tuanya tidak lagi cocok yang indikasinya adalah dengan terus-menerus bertengkar:

1. Bertanya pada diri sendiri mengapa tidak cerai saja daripada bersama tapi tidak bahagia. Ya, di buku ini ada kisah yang seperti itu. Sang anak gerah karena orang tuanya selaluu cekcok, tapi tidak ada penyelesaian. Mereka tidak sadar bahwa itu sangat melukai hati anak.

2. Bertanya dan menyalahkan mengapa berpisah seolah melakukan hal tersebut jutaan kali bisa membuat orang tuanya kembali. Ya, ada juga kisah dimana sang anak belum ikhlas kalau orang tuanya berpisah. Ah, siapa juga sih sebenarnya yang bisa ikhlas.

3. Lega karena orang tua sudah cerai. Ya, ada juga yang kisahnya antimainstream begini. Lega karena akhirnya si anak enggak lagi mendengar pertengkaran kedua orang tuanya.

4. Sedih, tapi tetap positif menghadapi takdir. Setidaknya, orang tua mereka berpisah karena cerai mati, bukan cerai hidup.

Di samping keempat poin di atas, dibesarkan oleh hanya orang tua tunggal saja memiliki banyak hikmah, misalnya:
1. Jadi lebih mandiri
2. Jadi lebih kuat
3. Bisa belajar dari ketidakcocokan orang tua. Harapannya bisa buat bekal untuk kehidupan pernikahannya sendiri agar langgeng
4. Mengasah empati, lebih-lebih ke mereka yang mengalami masalah serupa

Perpisahan memang tidak selamanya buruk karena tidak sedikit yang memutuskan berpisah malah setelahnya memiliki hubungan yang berkualitas, jadi jarang bertengkar, misalnya.

Perpisahan juga bukan tanda kegagalan. Karena sejatinya, kegagalan adalah ketika kita seumur hidup membohongi diri sendiri.

Menurut saya, kelebihan buku ini ada di sudut pandang. Jika selama ini buku dengan tema serupa hampir selalu mengambil angle dari sisi orang tua, maka kali ini sebaliknya. Penulis mengambil sudut pandang dari sisi anak-anak yang orang tuanya memilih sendiri-sendiri. Kelebihan lainnya adalah bertaburannya quote-quote keren dan memotivasi yang menjadi "pembatas" antarbab.

Terakhir, buku ini cocok dibaca siapa saja. Jika kalian orang tua, membaca buku ini mungkin bisa membuat hati tersentuh dan terketuk. Ternyata, seperti ini isi pikiran anak-anak. Apa yang dilakukan orang tua akan sangat berpengaruh pada mereka. Atau, jika kalian adalah anak yang dibesarkan oleh satu orang tua saja, jangan bersedih atau tidak percaya diri. Yang mengalami hal semacam ini tidak hanya kalian. Apa pun kata orang, kalian berhak menjadi lebih baik.

Tidak ada manusia yang sempurna. Justru semakin ingin terlihat sempurna, makin terlihat kalau memang ada sesuatu yang sedang ditutupi.

Jadilah diri sendiri. Bahagiakan dirimu seperti apa pun masa lalumu.







  • Share:

You Might Also Like

4 comments

  1. Betul.. Apalagi kalo ngeliat pasangan yang toxicnya gak cuma verbal tapi udah mulai Fisik. Gemes juga rasanya. Udahan aja, udah ! 😩😩😩

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi mau nolongin juga gimana gitu mb kalau yg ditolong gak mau dan macam "menikmati" disiksa apalagu kalau dah mulai pakai alasan agama
      Emezz
      Pdhl juga di agama "sbaik2 laki2 yg paling baik sm istriny" g dibenarkan sama skali pnyiksaan macam gitu
      Yoweslah cuma bisa mendoakan y mba
      Sedih sbenerny

      Delete
  2. Iynih kadang juga meras kasian sama temen2ku yang broken home gara2 orngtuanya🙄🙄

    ReplyDelete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)