Sensasi Naik Canopy Bridge, Jembatan Setinggi 30 Meter di Bukit Bangkirai

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - October 17, 2021


Selama tinggal di Balikpapan, dua kali aku ke Bangkirai: 2013 bersama teman dan 2015 bersama saudara. Saat itu, Taka masih belum ada tanda-tanda kemunculannya. Kami masih dalam tahap menunggu keajaiban dari Allah untuk punya anak. Nah, sembari ikhtiar, aku menggunakan masa tunggu itu untuk berpetualang. Batinku saat itu, meskipun nanti aku yakin tetap bisa jalan-jalan setelah jadi ibu, tapi pastinya akan BERBEDA. Jalan-jalan sebelum dan sesudah punya anak pastinya tidak sama. Kini, aku merasa sangat bersyukur kala itu enggak MAGER dengan nyempetin banget ke tempat wisata ikonik di Kalimantan Timur. Karena kalau saat ini, dengan posisi Taka masih balita, rasanya kok ya mikir-mikir lagi ya kalau mau ke Bangkirai (dengan asumsi semisal Mas Ryan masih di Balikpapan). Kecuali kalau Taka nanti sudah gedean dikit barulah lain cerita, aku memang berencana mengulanginya lagi. Semoga saat itu terjadi, energi ini masih kuat dan enggak encok sana sini, ya. Xixixi.

Petualanganku ke Bangkirai dimulai hanya dua bulan setelah aku resmi menjadi warga Balikpapan, Oktober 2013. Aku masih ingat, saat itu setelah sertijab Bu Tutuk ke Bu Mawardi, aku, Mas Ryan, Mbak Reni, Pak Yoyo, dan Mas Julius pergi ke tempat wisata yang berjarak 50-an km dari pusat kota Balikpapan ini. Di awal 2015, saat adik-adik iparku ke Balikpapan, kami mengulanginya dengan pergi ke sana lagi.  

Rute ke Bukit Bangkirai ini cukup menantang menurutku. Bukan lantaran jalanannya yang sempit dan berkelok-kelok kemudian di kanan kirinya jurang seperti saat aku ke Puncak Tetetana beberapa waktu yang lalu, bukaan. Tapii, lantaran jalanannya (setelah KM 38 kalau enggak salah) yang rusak parah. Entah ya kalau sekarang mungkin sudah diperbaiki. Yang jelas, dua kali ke sana selang dua tahun (2013 dan 2015), rute jalannya masih sama: penuh gajlukan seperti perjalanan hidup. :D

Lokasi Bukit Bangkirai sendiri sudah ada di luar Balikpapan, tepatnya di Karya Merdeka, Semboja, Kutai Kartanegara. Jam bukanya saat itu mulai pukul 09.00 sampai dengan 16.00 waktu setempat. 

Alhamdulillah, dua kali ke sana, cuaca sangat mendukung: enggak hujan, angin pun enggak kencang. Dari informasi yang aku dapat, kalau hujan atau angin kencang, pengunjung dilarang naik jembatan. Wajar sih ya karena jelas bahaya.

Oh iya, total waktu tempuh dari Pondok Karya Agung Balikpapan (tempat tinggalku dulu) ke wisata alam yang dikelola Inhutani ini sekitar 1,5 - 2 jam. Jadiii, jangan lupa siapkan bekal yang cukup (uang tunai, bensin, cemilan, dan yang serupa).


Sebenarnya, yang paling seru bagiku adalah proses ke Canopy Brigde-nya. Kita tidak langsung disuguhi jembatan gantung begitu saja melainkan harus trekking terlebih dahulu setelah membeli tiket masuk (maaf harganya saat itu lupa berapa, yang jelas enggak sampai Rp50.000). Sayang, jalur trekkingnya menurutku kurang panjang, hanya 500 meter saja. Padahal dalam bayanganku sih rutenya bakal paanjangg dan laamaa secaraa Kalimatan terkenal banget dengan hutannya, bukan. Huehehe.


Tapi meskipun demikian tak masalah sih karena di sepanjang jalur trekking, kami disuguhi pohon-pohon raksasa yang berusia ratusan tahun. Masyaallah. 

Enggak lama, kami sampai di tempat tujuan utama saat itu yaitu Canopy Bridge. Jembatan ini bukanlah jembatan biasa karena menghubungkan LIMA pohon bangkirai dengan ketinggian 30 meter. Panjang setiap jembatan sendiri berbeda-beda. Ada yang pendek, ada yang medium, dan ada yang panjang. Sayang, saat aku ke sana kala itu, ada jembatan yang tidak boleh dilewati karena sendang direnovasi. Enggak apa-apa deh ya daripada kenapa-kenapa toh masih ada jembatan yang lain. Bersyukur, jembatan terpanjangnya masih bisa dilewati. Yeyy.

Untuk bisa melewati jembatan, kami harus naik tangga duluu. Seperti halnya hidup yang penuh proses, pun ini. Selangkah demi selangkah. Setahap demi setahap, lama-lama sampai juga ke tujuan. :D






Jujur, ada rasa deg-deg-an saat melewatinya. Takut jatuh. Lumayan 30 meter gituu wkkk. Tapiii, rasa penasaran mengalahkan segalanya. Lagian juga udah jauh-jauh datang melewati jalanan penuh gajlukan, ya masa pas udah sampai di lokasi cuma duduk diam saja plus tolah-toleh. Meski wahana lain tersedia juga seperti flying fox misalnya, tapi jujur buatku yang paling menarik ya teteupp si jembatan Canopy Bridge. Kalau flying fox kan masih bisa kutemukan di tempat lain ya toh udah umum. Tapi kalau Canopy Brigde? Makanya, rugi banget kalau sampai enggak mau lewat jembatan hanya karena takut. Mengutip salah satu film barat yang aku lupa judulnya, "sejatinya rasa takut tuh hanya ilusi dan imajinasi".

Nyatanya, setelah dijalani, seru banget, nagih malah. Xixixixi. 



Jujur, wisata seperti ini Taka bangettt. Tapi untuk saat ini tentu saja belum bisa dilakukan. Semoga saja nanti ada kesempatan lagi, ya. 


  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)