Hari Ke-7 di Jepang: Tempat Perantauan Keempat

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - January 07, 2020


Pengalaman merantau saya mungkin masih sedikit jika dibandingkan dengan suami atau teman-teman yang saya kenal. Start saya juga telat kalau merantau diibaratkan seperti lomba, baru tiga bulan setelah nikah tepat saat usia 22 tahun. Sedangkan suami, hampir sama seperti Taka. Dia hidup "nomaden" (mengikuti orang tua ditugaskan) sejak kecil. Lahir di Yogyakarta, sempat di Palembang, kemudian kembali ke Yogyakarta lagi, lalu Palembang, lanjut Ngunut, Sidoarjo, dan "berakhir" di Malang.

Sebagai orang yang sejak lahir hingga usia 21 tahun "duduk manis" di kampung halaman dan bila pun pergi sifatnya hanya sekadar jalan-jalan biasa (bukan menetap), keinginan untuk pergi sejauh-jauhnya dari rumah kerap membuncah. Bukan karena enggak betah tentunya, tapi hanya sekadar ingin merasakan suasana berbeda. Meski saya suka baca buku tentang beragam tempat yang itu artinya sama dengan "jalan-jalan" lewat mata dan pikiran, tapi kok ya hati tetap berkecamuk ingin sekali merasakan bagaimana sensasinya pergi jauh sejauh-jauhnya dari kampung halaman. Memang rasanya ironi, di saat teman-teman ada yang enggak pengin pergi dari comfort zone, saya sebaliknya. Xixixi. Bersyukur, kedua orang tua sangat merestui keinginan saya ini. Apalagi, perginya sama suami. Nikmat Allah mana yang kamu dustakan?

Ya, petualangan saya memang baru dimulai sejak menikah. Bisa jadi, karena kami men-setting-nya begitu. Saya masih ingat (saat masih pacaran) pernah bilang, "Mas, nanti cari kerjaannya jangan di Malang, di luar Malang aja ya,"
"Kenapa?"
"Ya biar bisa ngerasain jadi orang luar Malang" (eh kalau saya Batu esp Junrejo)
"Atau kalau Mas Ryan dapet kerja di Malang, aku yang nyari di luar Malang. Jadi, kita LDR atau nanti LDM"
Intinya mah kekeuh banget ya pengin ke luar dari kampung halaman. LOL.

Alhamdulillah, Allah mengabulkan cita-cita itu. Setelah menikah, kami langsung merantau. Dan selama hampir 12 tahun hidup seatap, total sudah ada EMPAT tempat yang pernah kami tinggali. Khusus suami, dia malah lebih banyak lagi. Kalau saya jabarkan, seperti ini:

Saya: Bekasi, Lampung, Balikpapan, Jepang
Suami: Bekasi, Lampung, Banjarmasin, Balikpapan, Medan, Manokwari, Jepang

Ya, kami memang pernah (terpaksa) LDM karena alasan tertentu.

Sejauh ini, ada begitu banyak yang saya pelajari dari "kegiatan" merantau. Hal-hal yang mungkin "feel"nya akan terasa berbeda jika tidak langsung mengalaminya. Meski demikian, bukan berarti yang bisa merantau "derajatnya" lebih tinggi daripada yang enggak. Enggak gitu juga kaliii. Xixixi. Saya sama sekali tidak berpandangan seperti itu. Masalah hikmah kehidupan mah bisa dipelajari kapan saja, di mana saja, dan melalui media apa aja kan, ya. Maka kalau saya atau beberapa teman yang lain menggunakan "media" merantau buat belajar,  tentu enggak masalah, ya. Mungkin, tetangga saya beda lagi. Hehe.

Lalu, apa saja hikmah merantau buat saya, mulai dari beda provinsi, pulau, lanjut negara?

1. Semakin belajar sabar menyikapi berbagai macam karakter orang
Dalam setiap tempat perantauan, selalu saja ada hal-hal "ajaib" yang terjadi. Salah satunya, ya itu tadi... bertemu dengan berbagai macam karakter orang sekaligus belajar menyikapi serta untuk berkaca diri sendiri.

2. Semakin menyadarkan bahwa kita ini bukan siapa-siapa
Jujur, sejatinya sebuah perjalanan (entah itu hanya untuk jalan-jalan atau tinggal) akan membuat pelakunya makin sadar bahwa dia hanyalah sebagian kecil kecil dan sangatt kecill dari makhluk Allah.

3. Toleransi semakin tinggi karena kenyataannya perbedaan adalah sebuah keniscayaan
Menyikapi perbedaan tidaknya mudah. Manusia cenderung bersikap apriori terhadap yang berbeda atau hanya sekadar berpikir negatif. Padahal, kadang semua prasangka itu salah. Kesempatan untuk bisa berpindah-pindah tempat dari satu ke yang lain setidaknya bisa semakin mengasah bagaimana menyikapi perbedaan tanpa harus kehilangan jati diri.

4. Seolah diingatkan bahwa setiap tempat punya plus minusnya
Kelebihan Bekasi adalah dekat dengan Jakarta. Kelebihan Lampung adalah dekat dengan Jawa (hanya tinggal nyeberang). Kelebihan Balikpapan bandaranya di tengah kota, mudah dijangkau. Sedangkan kelebihan Jepang, rapi bersih teratur sopan dan menghargai. Itu hanya kacamata saya yang mungkin berbeda dengan lainnya. Tapi yang jelas, setiap tempat yang notabene bumi Allah pasti ada kelebihannya.

5. Semakin rindu kampung halaman
Nyatanya rasa rindu kadang harus diciptakan dengan jarakk yang sangat jauh. Saat masih merantau di negara sendiri, pulang kampung tidak perlu nunggu setahun. Promo tiket murah kala itu lumayan banyak. Sekarang? Pulang kalau sudah selesai. Xixixi.

6. Fleksibilitas makin terasah
Awal menikah dan merantau, saya tinggal di rumah kontrakan. Oktober 2012 atau 3,5 tahun kemudian, saya pindah ke rumah sendiri (beda cluster aja ke yang lebih kecil ukurannya ala pasangan muda). Awal 2013, saya pindah ke rumah dinas di Lampung. Karena suami masih OJT, maka serumah ada beberapa orang. Agustus 2013 - Sept 2016, saya pindah ke rumah dinas di Balikpapan. Dan sekarang, awal Januari 2020, saya tinggal di asrama pasangan alias couple dormitory milik kampus tempat suami menimba ilmu. Tentu semua memiliki sensasi masing-masing. Ini masih dari sisi tempat tinggal, belum sisi yang lain. Semuanya mengasah kemampuan beradaptasi.

7. Saudara baru, teman baru, dan lagi-lagi pengetahuan baru
Rasanya, ini tidak perlu dijelaskan lebih lanjut sih, ya. Yang jelass, saya jadi punya banyak saudara baruu di masing-masing tempat merantau. Alhamdulillah.

8. Makin kompak sama suami
Yaa gimana enggak kompak kalau susah senang dihadapi berdua. Panas kepanasan. Hujan kehujanan. Ibaratnyaa. Xixixi. Di perantauan, kami sama-sama sebatang kara. Sehingga kalau ada masalah ya bisa lebih netral dan objektif. Eh, ini apa maksudnya to. Wkkwk.

9. Lebih independen
Merantau membuat pasangan suami istri lebih independen. Dan, hal itu penting bangett bangett. Seenggaknya, menurut saya, enggak tahu kalau Mas Anang. Xixixi.

Saya belum bisa cerita banyak tentang hikmah merantau di Jepang. Baru juga beberapa "detik". Semoga ada banyak hal yang bisa saya pelajari sebagaimana di tempat perantauan sebelumnya. Aamiin.



  • Share:

You Might Also Like

2 comments

  1. Sehat-sehat ya Miyo di Jepang, kangen senyum khas dan cerita menulis.

    ReplyDelete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)