Hari ke-10 di Jepang: Wadakura Fountain Park

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - January 10, 2020




Salah satu hal yang menjadi favorit saya akan Jepang adalah banyaknya taman. Ya, hampir di setiap kota ada. Seenggaknya, yang saya baca dari buku-buku sih begitu. 

Buat saya, keberadaan taman penting bangett. Bukan lantaran sok-sokan pecinta alam (ya walau ini juga), tapi juga karena (menurut saya) taman adalah representasi keseimbangan hidup. Lebih-lebih, yang lokasinya di tengah kota. 

Ketika penat datang, entah karena pekerjaan atau tugas sekolah dan kuliah, hiburan enggak melulu harus ke mal yang notabene bisa menguras kantong. Cukup "melarikan" diri saja sesaat ke taman. Menikmati keindahan alam. Menikmati melihat tanaman yang tertata rapi. Dan, menikmati melihat beragam orang dari beragam tempat berseliweran tanpa harus ada kewajiban untuk kenalan atau sekadar menyapa. Semuanya itu GRATIS. 

Untuk ibu-ibu seperti saya yang anaknya masih batita, taman berarti area bebas bermain. Ya, walaupun enggak bebas-bebas banget karena tetap harus hati-hati dan waspada. Tapi seenggaknya, penjagaan saya ke Taka saat di taman bisa dibilang longgar daripada saat ke mal. Xixixi. Taka pun sejauh ini lebih suka taman karena merasa lebih bebas berlarian.

Jika saat SMP ada yang namanya alun-alun Batu dan pas SMA ada yang namanya Tugu Malang yang notabene keduanya merupakan tempat saya refreshing sejenak dari urusan sekolah, maka di Jepang pun yang ingin saya sambangi pertama enggak jauh-jauh dari itu.

Di hari kedua, saya, Taka, dan ayahnya Taka pergi ke Tokyo untuk melihat taman. Jauh amat buuu cuma mau lihat taman aja ke Tokyo, di Tsukuba kan udah ada banyak. Hueueue, iyaa, sihh. Anggaplah ini memang sengaja maeenn. LOL. Toh, jarak Tsukuba ke Tokyo Station enggak terlalu jauh. 

Taman pertama yang saya kunjungi di Jepang ini namanya Wadakura Fountain Park. Lokasinya di Chiyoda - Tokyo atau sekitar 350 meter saja dari Stasiun Tokyo. 

Wadakura Fountain Park ini juga dekat dengan istana kekaisaran, seberang jalannya. 

Dan nampaknya, keputusan saya kami untuk ke Wadakura Fountain Park ini sudah tepat karena cuma ini yang lumayan enggak terlalu ramai. Maklum, perayaan tahun baru baru saja bubar, kaisar baru saja lewat. Penjagaan ketat. Orang-orang dari berbagai macam belahan dunia bisa kilar-kilir lagi karena jalanan sudah tidak disterilkan.

Untuk selanjutnya, saya akan berbagi cerita melalui foto.


Seolah bisa bernapas lega setelah sampai di sini karena sejak dari Stasiun Tokyo, orang-orang dari mana-mana hilir mudik tanpa henti. Foto: dokpri.

Buat saya, taman adalah tempat ternyaman dengan asumsi enggak hujan, enggak terlalu panas, dan kondisinya bersih. Foto: dokpri.

Hai, liat. Ada air mancur di sana. Apakah penatmu sedikit menguap? Foto: dokpri.

Taka pun bebas berlarian ke sana ke mari. Seolah mengingatkan saya akan satu hal bahwa di dunia ini yang sangat mahal adalah KEBEBASAN. Foto: dokpri.

Sebagai seorang ibu yang perfeksionis, saya merasa lega melepas Taka di taman ini karena bersih dan lumayan aman. Foto: dokpri.

Bocah tahu, meski enggak terlalu dalam, tapi harus tetap berhati-hati. Foto: dokpri.

Saya membayangkan yang ngantor sekitaran sini enak juga. Kalau stres, dibawa lari aja ke sini sebentar. Nikmat Allah mana yang kau dustakan? Foto: dokpri.

Katanya, pemandangan malamnya lebih bagus. Ah, tapi menurut saya, pas siang bagus juga. Foto: dokpri.

Orang-orang yang ada di gedung tinggi sana melihat taman air mancur ini ibarat tamu hotel Kempinski yang sedang melihat bundaran HI dari kamar lantai 15. Foto: dokpri.

Tokyo ternyata tidak sedingin Tsukuba. Lihat di taman ini. Perpaduan winter plus matahari menghasilkan hangat yang menyenangkan, bukan. Foto: dokpri.

Bapak dan anak sedang berdiskusi, entah apa yang dibicarakan. Foto: dokpri.
Pada akhirnya, menikmati keindahan alam bersama yang paling tersayang adalah kenikmatan hakiki dari Sang Pencipta yang tak terbantahkan. Foto: dokpri

Puas menemani bocil bermain dan menikmati Wadakura Fountain Park, kami pergi ke tujuan selanjutnya. Di perjalanan, saya nyeletuk ke suami, "Mas, kalau yang mau ngirit banget travelingnya, bisa loh ke Jepang cuma datang ke taman-taman aja. Kan di setiap kota ada," entah kenapa otak akuntansi saya begitu bergejolak dan berteriak. Xixixi. Suami saya? Hanya merespon dengan tertawa lebar seolah tahu isi pikiran istrinya.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)