Hari ke-15 di Jepang: Antara Rumah Kontrakan, Rumah Sendiri, Rumah Orang Tua/Mertua, Rumah Dinas, dan Dormitory

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - January 15, 2020



Gara-gara sering pindah-pindah sejak nikah, aku jadi membuktikan sendiri pepatah atau ungkapan yang intinya kalau enggak salah ya, "Rumah itu bukan kamu berada di mana, tapi kamu bersama siapa?" Yess, benar sekali. Meski rumah seperti istana, tapi kalau tinggalnya bersama Voldemort emang mau? Xixixi. Amit-amit, dahh.

Tapi memang enggak bisa dimungkiri kalau setiap jenis tempat tinggal yang kita tempati itu pastiii punya ceritanya masing-masing. Misal, akuu. Sejak nikah sampai detik ini, kami enggak ngendon di satu tempat. Terhitung, ada lima jenis tempat tinggal yang pernah kami huni. Masing-masing memiliki keunikan yang sayang kalau enggak ditulis.

1. Rumah kontrakan

Setelah menikah dan merantau, kami mengontrak rumah di daerah Cikarang Pusat. Terhitung sejak awal Januari 2009 sampai dengan akhir September 2012, kami menjadi "pemilik" sementara rumah yang lokasinya cukup jauh dari mana-mana tersebut. LOL. Apalagi dulu kan belum ada abang-abang gojek, ya. Kalau sekarang mah jangan ditanya, ramaiii.


2. Rumah sendiri

Awal 2010, ada penawaran rumah baru yang lokasinya enggak jauh dari tempat kami mengontrak. Ya, cuma beda cluster aja. Ukurannya lebih kecil dibanding rumah kontrakan. Cocoklah untuk kami yang masih baru merintis kehidupan. Lagian membersihkannya juga enggak repot. Yakali 24 jam ngurusin rumah mulu. Meski sudah beli awal 2010, namun kami benar-benar resmii menempatinya Oktober 2012 setelah cluster mulai terisi manusia alias tetangga. Nasib, belum  lama berada di situ, kami harus cuz karena suami resmi pindah kerja. Kelak, kalau suami ditempatkan di ibu kota, kami akan tinggal di sana lagi insyaaAllah.


3. Rumah dinas

Jika rumah kontrakan dan rumah sendiri membersihkannya relatif cepat, rumah dinas ini sebaliknya. Bersih-bersih di sini udah setara dengan jogging 5 km atau senam aerobik 2 jam ibaratnya. LOL. 


4. Rumah mertua/orang tua

Yes, selama LDM 2017 - 2019, aku tinggal di rumah orang tua. Cuma kalau pas suami pulang aja kami di rumah sendiri (2016 kami beli rumah lagi di daerah Beji dekat rumah ortu Junrejo), selebihnya... aku bersama orang tua. Alasannya sungguh sederhana: aku ingin menemani mereka selagi bisa. Sehingga ketika jauh seperti ini, enggak ada penyesalan atau gimana. :) Buatku, tinggal sama orang tua atau mertua (nginep pas hari raya) itu enak-enak aja. Yang ada, kita malah dimanjain. Makan, tinggal makan. LOL. Tapi tetap saja paling nyaman ya merdeka di rumah sendiri. Bukannya apa-apa sih, ya cuma masalah sungkan aja. Ya samalah ya seperti kalau orang tua ke rumah kita, belum juga sejam ibaratnya udah minta pulang dengan alasan kangen rumah sendiri.


5. Dormitory

Yang sekarang kutempati di Jepang ya ini, namanya dormitory alias asrama. Menurutku ukurannya cukup luas untuk ukuran asrama. Jika diibaratkan dengan apartemen mungkin sejenis apartemen studio. Sejauh ini, aku merasa enak-enak aja. Bersihinnya enggak perlu lama, gantian aku dan suami. Internet nonstop dengan kecepatan to the max. Enggak perlu mikirin masang gas elpiji karena tinggal muter aja. Untuk mandi, bisa berendam. Dan yang pasti, karena dormitory ini punya universitas yang memang untuk mahasiswa dari luar Jepang, jadi bayarny juga enggak semahal kalau nyewa apato sendiri di area luar kampus.


Lalu, di antara semuanya, mana yang menurutku lebih enak? Enak semua sih kalau buatku selama tinggal bersama keluarga (suami dan anak). Kalau kamu?

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)