Hari Ke-1 di Jepang: Proses Panjang Itu Terbayar Sudah

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - January 01, 2020


Setelah kurang lebih delapan jam di pesawat (Jakarta - Jepang tanpa transit), alhamdulillah kami sampai juga di Bandara Haneda. 

"Hai, Nak, kita udah di Jepang. Sebentar lagi ketemu ayah, nih," kata saya pada bocah yang masih kriyip-kriyip malas membuka mata.

Saya sendiri selama penerbangan tersebut lebih memilih untuk enggak tidur. Antara ingin menikmati setiap detiknya sama deg-deg-an mau ketemu suami setelah tiga bulan LDM. Eh... xixixi.

"Lihat, Nak. Pemandangannya bagus, ya," kata saya lagi mengalihkan perhatian bocah berusia 2 tahun 8 bulan yang sudah mulai sadar agar enggak "kepo" dengan kartu bea cukai yang diberikan pramugari menjelang landing yang sedang saya isi.

Ehm... iya, untuk penerbangan internasional, biasanya sih selain diberi kartu beacukai juga kartu kedatangan atau kartu imigrasi. Tapi entah kenapa saat itu penumpang hanya diberi satu jenis kartu saja. "Berarti nanti di bagian imigrasi dunk, yaahh... ngisi lagi," ucap saya pada diri sendiri.

Dan, benar. Kartu kedatangan baru diberikan (lebih tepatny ambil sendiri) di bagian Imigrasi Bandara Haneda.

Cara mengisi kartunya sendiri cukup mudah sebenarnya. Asal enggak grusa-grusu aja alias hati-hati biar nanti enggak ditanya curiga saat menghadap bagian Imigrasi.

Di kartu kedatangan yang nanti akan diserahkan di bagian imigrasi, akan ada pertanyaan-pertanyaan seputar:

  1. Family Name: (diisi nama akhir, kalau saya ya "Utami")
  2. Given Name: (diisi nama awal dan tengah, kalau saya berarti "Miyosi Margi")
  3. Date of Birth: (tanggal, bulan, dan tahun lahir)
  4. Home Address: (nama negara dan kota, kalau saya berarti Indonesia, Malang)
  5. Purpose of Visit: (Pilih sesuai tujuan kita, saya pilih "others" dengan keterangan "live with my husband Tsukuba Daigakuinsei" iyaa... enggak usah panjang-panjang kayak bikin novel, lagian kertasny juga enggak cukup... hehe)
  6. Last Flight No./Vessel: (nomer penerbangan/nama maskapai)
  7. Intended Lenght of Stay in Japan: (lama tinggal di Jepang, kalau saya 15 months)
  8. Intended Address in Japan: (alamat tinggal di Jepang, kalau saya ya alamat suami)
  9. TEL: (Nomor telpon Jepang yang bisa dihubungi, kalau saya nomor telepon suami)
  10. Yang  bagian disuruh centang, pilih aja NO semua
  11. Jangan lupa tanda tangan
Kartu kedatangan/imigrasi ini diisi sesuai jumlah orang yang datang. Kalau saya, berarti dua: saya dan Taka. I mean... setelah mengisi informasi tentang saya, berikutny saya isi informasi tentang Taka.

Sedangkan kartu beacukai, cukup diisi satu aja. Pertanyaan-pertanyaannya:

  1. Flight No./Vessel: (nomor penerbangan/nama maskapai)
  2. Point of Embarkation: (isi tempat pesawatny berangkat dari mana, kalau saya Jakarta)
  3. Date of Arrival in Japan: (isi tanggal kita sampai Jepang, kalau saya 01 Jan 2020)
  4. Last name: (nama belakang)
  5. First & Middle Name: (nama depan dan tengah)
  6. Address in Japan: (alamat di Jepang di die)
  7. Tel: (saya menuliskan nomor suami)
  8. Nationality: (kewarganegaraan kita, saya Indonesia dunk)
  9. Occupation: (profesi/kerjaan kita apa, saya sih nulis housewife biar gampang xixixi)
  10. Date of Birth: (tanggal, bulan, tahun lahir)
  11. Passport No: (nomor passport kita)
  12. Number of dependants: (kita bawa tanggungan gak? Dalam hal ini maksudnya anak-anak. Jika iya sebutkan berapa dan usianya juga. Saya? 1, under 6 years old)
  13. Kemudian ada beberapa pertanyaan yang mengharuskan kita untuk centang lagi. Pilih NO semua. Dan bagian penjelasan enggak usah diisi karena semua centang kita pilih NO.
  14. Jangan lupa tanda tangan.
Kalau saya, di pesawatnya dapat kartu beacukai sedangkan kartu imigrasiny baru di kantor imigrasi. Suami saya September kemarin sebaliknya, di pesawat dapat kartu imigrasi, kartu beacukainya baru dapat saat sudah di Bandara Haneda. Yaa, intinya mau di mana pun dapatnya yang jelas kartu yang kita isi dua jenis: imigrasi dan beacukai. Gitu aja, sih.

"Bunda, ketemu Ayah, ya? Horeee!" Suara anak saya menyambut landingnya pesawat.

Alhamdulillah. Akhirnya, sampai juga di Jepang. Sayangnya, saya enggak sempat foto-foto. Rada nyesel juga, sih. Tapi ya udahlah.

Hawa dingin langsung terasa begitu sampai di Jepang. Ya maklum, lagi musim dingin. Meski di kampung halaman, saya sudah terbiasa dengan hawa dingin, tapi dinginnya di sini ternyata lebih menusuk. Nyata sekali bedanya. Bersyukur, Taka saya "dandani" baju musim dingin lengkap mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Meski ini baru pertama kali saya ke Jepang, tapi alhamdulillah ya enggak awkward-awkward amat (ni bahasa apa ini wkk) karena toh petunjuk udah jelas-jelas terpampang di depan mata. Selama kita enggak salah baca juga enggak bakal nyasar.

"Masalah" baru muncul pas di kantor imigrasi. Petugasny menggunakan bahasa Jepang sangat cepatt untuk memberi arahan ke orang-orang yang baru datang.

Dalam hati saya membatin, "Ngomong opo to yo? Aku terus nandi iki?" LOL karena semua petunjunya menggunakan huruf kanji.

"Sorry, Miss. I want to ask you. What should I do? I am not a tourist because I have a CoE," yaodalahyaa nanya aja lebih baik daripada salah, apalagi sama bawa bocil. Bersyukur bangettt, bocil enggak rewell, cuma selalu nanya, "Ada apa ini, Bunda?" Xixixi

Sama petugasny dijawab dengan bahasa Jepang yang sangat cepat dong. Tapi dari gesturenya yang sangat ramah dan baik, dia menunjukkan bahwa saya harus mengisi kartu imigrasi dulu yang sudah disediakan di sebelah pojok kiri. Hokaih, baiklah.

Setelah mengisi kartu imigrasi (keterangan pertanyaan dan cara mengisi sudah saya jelaskan di atas), proses berikutny adalah membawa kartu tsb ke petugas imigrasi yang lain. Alhamdulillah, lancarr jaya.

Yang diserahin ke petugas:
1. Passpor saya dan bocil
2. CoE saya dan bocil
3. Kartu imigrasi

Passpor akan dibalikin lagi sedangkan CoE akan ditukar dengan resident card (semacam KTP). Saya dan bocil masing-masing dapat satu-satu (cem biar enggak berantem aja dah xixixi). Bedanya, saya ada fotony (foto diambil dari CoE) dan diminta sidik jari sedangkan bocil tanpa foto karena masih unyu.

Proses Imigrasi beresss bukan berarti selesaii karena masih ada dua lagi, yaitu mengambil bagasi dan melewati petugas beacukai.

Proses ini juga lancar-lancar aja, sih. Alhamdulillah. 

Oh iya, di Bandara Haneda enggak ada babang-babang porter yang siap sedia lahir batin bantuin kita (dengan dibayar). Enggak ada. Jadi seberat apa pun beban yang kita pikul, sebanyak apa pun bawaan, enggak peduli sama bocil apa enggak, pikir aja sendiri. Xixixi. Being a strong woman is a must. 

"Mas, aku dah di Haneda, nih," saya WA, DM, dan FB Messenger suami setelah sebelumnya mengaktifkan HP dan menyambungkany dengan Wifi bandara.

"Tunggu ya, Nak, ayah ntar lagi muncul,"
"Iya, Bunda,"

Ya Allah, mbrebes mili rasanya denger jawaban anakku yang kalau kata orang Jawa nriman banget.

Enggak lama, suami saya alias ayahny Taka muncul dari arah yang enggak diduga-duga. Alhamdulillah. Setelah LDM sejak 2016 (ya walau sering pulang) dan setelah benar-benar enggak ketemu sejak 22 September 2019, akhirnya 1 Januari 2020 ketemu juga. LEGA. 

"Mas, kayakny bocil pengin lihat suasana bandara deh, Mas. Ajak dulu aja kali ya bentar sambil nunggu bus bandara muncul," kata saya kemudian.

Suami mengangguk semangat. Saya? Yeyy... bisa update status... eh. Xixixi. Ingin meluruskan kaki bentar dan menikmati kesendirian barang sejenak setelah sehari sebelumnya sejak pagi udah beredar sama bocah. 

Dari Haneda ini terus ke mana? Rutenya sih ke Tsukuba Senta kemudian Ichinoya, tempat tinggal kami. Alhamdulillah, akhirnya bisa tidur. Gumam saya sendiri waktu itu. Lega banget dah nyatuin bocil sama ayahny. Selanjutnya, foto-foto saja yang akan berbicara, ya. Seperti di bawah ini.


Taka senang akhirnya ketemu ayah, dokpri
Taka sama ayah, bunda metime sebentar, dokpri
Untuk menuju bus yang akan membawa kami ke Tsukuba Senta, bisa lewat lift ini. Foto lain emang enggak ada karena baru kerasa kalau saya sangat sangat ngantuk. Enggak jetlag kok lha wong cuma beda 2 jam juga wkk, tapi emang belom tidurr. Maaf curcol. Xixixi. Foto: dokpri
Di bis dari Haneda ke Tsukuba Senta. Kesannya? Yahh yang positif semua deh ya dari a sampai z. Cuma saat itu, saya lebih memilih untuk tidur karena benar-benar ngantuk. Biarkan Mas Ryan yang meng-handle semua kalau ada meteor jatuh (ibaratny). Jujur, saya baru tenang tidur (walau itu di bis) setelah ketemu suami. Kewaspadaan juga turun, beda dengan sebelumnya yang benar-benar waspada depan belakang atas bawah meski senyam-senyum. Semacam mau bilang, "Udah ah kalau ada alien kan ada Mas Ryan yang ngadepin, aku percaya dia bisa diandalkan, aku tak turu sek". Foto: dokpri.
Di Tsukuba Senta mau ke Ichinoya, tempat tinggal kami. Taka sudah berpakaian lengkap. Meski terlihat ada matahari, namun sejatinya dingin (mendekati nol derajat celcius). Foto: dokpri.

  • Share:

You Might Also Like

18 comments

  1. Masya Allah Mba...sharing pengalamannya sangat bermanfaat sekali. Ikut deg degan bacanya... hehehehe

    ReplyDelete
  2. Wah, seru sekali perjalanannya. Paling enggak jadi punya gambaran kalau mau ke Jepang. Hahahha tapi kapan? 😅😅😅

    ReplyDelete
  3. Wah selamat mbak akhirnya bertemu lagi dengan yang terkasih eaa

    ReplyDelete
  4. Waah ... Senengnya ketemu suami. Tau banget rasanya soalnya sy pejuqng LDM juga walau gak beda negara tp beda propinsi xixi. Btw selamat menikmati quality time... Seru banget ceritanya mb

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah, ikut senang mbaaa bisa kumpul lagi dengan suami. Btw, ini akan menetap lamakah disana?

    Ponakan saya maret tahun ini pulang ke Indonesia kelar suaminya selesai kuliahnya di Jepang

    Jaga kesehatan yaa mbaaa, take care

    ReplyDelete
  6. Seru juga ya sama bocil naik pesawat ke Jepang. Anteng ya si bocil. Sehat selalu ya nak :)

    ReplyDelete
  7. Pembagian kartu imigrasi memang mengikuti permintaan negara yang dikunjungi. Ada yang keduanya diberikan awak kabin, ada yang tidak. Tapi tertibnya warga Jepang menjadi catatan tersendiri bagi saya. Kesadaran tinggi menjaga kebersihan dan menjunjung tinggi kejujuran warga Jepang, luar biasa. Selamat berkumpul dengan suami Mba

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah, udah sampai Negeri Sakura. Wah, pastinya si kecil senang sekali bisa betemu ayahnya lagi. Eh, bundanya juga pastinya.....

    ReplyDelete
  9. Wah Mbaknya nie orang Malang, tapi Namanya berbau Jepang ye hehe,
    Seneng ye bisa ketemu suami, Bulan Madu Part 2 iki jenenge Mbak wkwkwkwk

    ReplyDelete
  10. Mengesankan sekali Mbak. Jepang salah satu negara yang ingin saya kunjungi. Sharing ini jadi tambahan ilmu.

    ReplyDelete
  11. Seru sekali pengalamannya, ada bagusnya dikasih tips, mba travelling ke Jepang, panduannya.

    ReplyDelete
  12. Waaaa kerennya udah nyampe Jepang aja mba hihi, seneng dan pasti kangen banget yaaa LDM 3 bulan kebayang banget nih. Seru banget aku baca aktivitas dan detail dari saat proses landingnya ini

    ReplyDelete
  13. Huaahh, pas banget nih lagi BW gini eh nemu yang lagi dicari hihi. Sumpah ya mba, baru sampe dan tiba di Bandara pun, rupanya cukup ribet urus imigrasinya. Btw, travelling ke Jepang masuk list aku nih (entah kapan terealisasinya), hehe. Yang jelas kalau nemu blogpost all about Japan, langsung auto girang hahaa.

    ReplyDelete
  14. hoooaaaa... jadi pengen ke sana, pengalamannya bikin ikut deg-degan

    ReplyDelete
  15. Aku pikir mbak Miyosi udah sering ke Jepang, secara nama & wajahnya kan Jepang banget qiqiqiiii...
    Ikut bahagia ya mbak akhirnya bisa kumpul suami selama 15 bulan ke depan. Doain aku bisa ke Jepang juga, negara impian sejak kelas 6 SD ;) aamiin

    ReplyDelete
  16. Wah, perjalanan jauh hanya berdua bocil, pastinya sesuatu bangeeet.

    ReplyDelete
  17. Daku belum pernah ke Jepang, jadi degdegan juga membacanya.. Kek apa nih di hari ke 2 ceritanya 😁

    ReplyDelete
  18. Finally sampai juga Bunda dan Taka di Jepang dengan selamat. Pastiny hepi ya Mbak bisa ketemu lagi dengan suami setelah beberapa bulan LDM.

    ReplyDelete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)