Hari Ke-0 di Jepang: Perjalanan bersama Batita ke Negeri Sakura

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - January 01, 2020


Dalam 15 bulan ke depan, postingan-postingan saya di blog ini akan lebih banyak tentang catatan harian selama tinggal di Negara Matahari Terbit. Penginnya sih setiap hari nulis. Moga-moga terlaksana. Belajar dari pengalaman di masa lalu, kurang rajin menulis catatan harian ketika di tempat perantauan sebelumnya (Bekasi, Lampung, dan Balikpapan), maka kali ini saya tidak ingin melewatkan apa yang saya alami di sini. Dan tentu saja, salah satu cara mengabadikannya adalah dengan menulis. Doakan konsisten, ya. Aamiin.

1 Januari 2020, pukul 08.20 waktu setempat atau 06.20 WIB, saya dan Taka sampai di Bandara Internasional Haneda. 

LEGA, ini yang kami rasakan. Akhirnyaa, setelah melewati serangkaian "proses", kami bertiga bisa berkumpul.

Perjalanan saya dan bocah sendiri bisa dibilang rada-rada drama. Jika diringkas dan diruntut, seperti ini kira-kira:

Selasa, 31 Desember 2019, pukul 06.00 WIB, Taka belum bangun. Padahal biasanya, dia selalu bangun pagi. Sementara, saya dan orang tua sudah siap. Bocah seolah tahu kalau dia akan pergi. Antara senang akan segera bertemu ayahnya dan sedih karena akan berpisah dengan kakek neneknya. Syukurlah, enggak lama setelah saya selesai berbenah diri alias dandan, dia bangun.

Kami berangkat dari rumah Junrejo pukul 07.00 WIB. Warung Ramoi punya Mbak depan Sengkaling menjadi tempat tujuan pertama dan berlanjut Sawojajar rumah mertua. Setelah pamitan ke Mbak dan mertua, pukul 09.30 WIB, saya menuju Bandara Abdul Rahman Saleh.


Semoga masih ada waktu untuk bertemu lagi, dokpri
Sebelum masuk untuk check in, tentu saja saya berpamitan denga kedua orang tua yang mengantar. Doa dan restu mereka adalah segalanya. 

Di bagian check in, Mbak petugas bilang kalau koper saya kelebihan muatan. Bukan kelebihan bagasi loh ya karena jatah saya total ada 46 kg sedangkan bawaan saya hanya 36 kg yang kesemuanya ada di satu koper besar. Mereka menyarankan agar saya membagi dua saja karena maksimal satu kopernya hanya boleh 32 kg. Niatny pengin enggak rempong dengan cuma bawa satu koper besar ehh ini malah rempong. Ya sudahlah.

Penyelesaiannya? Saya bongkar koper dan taruh sebagian di kardus. Bersyukur ada mas-mas porter yang siap membantu sampai tuntas (enggak gratis alias kita bayar). Saya pun membagi dua barang bawaan: satuny di kardus yang kemudian saya wrapping dan satuny lagi tetap di koper besar. Sementara, bawang bawaan saya sendiri yang masuk kabin ada dua: tas ransel dan tas slempang.

Pesawat boarding pukul 13.20 WIB sementara saya sudah di bandara pukul 10.00 WIB. Terus ngapain? Alhamdulillah, Taka enggak rewel. Dia main di playground bersama anak-anak lain yang juga menunggu. Ini adalah kali keempat dia terbang dari bandara Abd. Saleh sehingga sudah lumayan familiar.


Taka menikmati bermain bersama teman (eh... kakak-kakak) baru, dokpri
Tepat hampir setengah dua siang, pesawat Garuda Indonesia membawa kami menuju Jakarta. Cuaca enggak begitu baik saat take off alias hujan lebat. Jadi ya udahlah banyak merapal doa saja. Bersyukur lagi, Taka enggak rewel. Dia seolah tahu situasi banget kalau kami pergi enggak seperti biasanya, lengkap ayah bunda anak. Alhamdulillah, semoga jadi anak sholeh, Nak.

Saya dikagetkan oleh WA suami yang baru aja saya buka setelah berada di Bandara Sukarno Hatta terminal 3 yang mengatakan kalau koper saya sudah sampai duluan. Rupany pihak garuda menelpon suami, karena menghubungi saya enggak bisa juga, untuk menanyakan kapan bagasiny akan diambil. Ehm... ternyata, koper dan kardus saya sudah berangkat duluan ikut penerbangan sebelumnya dengan maskapai yang sama. LOL. Saya sempat membatin apa ini karena saya check in terlalu awal, ya. Tapi sisi positifny, saya enggak perlu lagi ngendon di tempat pengambilan bagasi. Kami bisa langsung mengambil bagasi di bagian informasi Garuda Indonesia yang lokasiny enggak jauh dari tempat pengambilan bagasi.

Jika di penerbangan sebelum-sebelumnya, saya enggak pernah menggunakan jasa porter begitu sampai bandara Sukarno Hatta alias cukup saya dan suami saja yang meng-handle semuanya: satu jagain anak, satunya lagi ngurusin bagasi. Maka, di perjalanan kali ini, saya meminta tolong (tentu saja bayar) mas-mas porter yang lokasinya enggak jauh dari tempat pengambilan bagasi.

Dari penerbangan domestik, kami langsung ke penerbangan internasional. Saya sempat bongkar koper lagi dan meletakkan barang-barang yang saya bawa di tas slempang ke koper. Ya, biar barang bawaan yang saya bawa enggak terlalu berat sehingga bisa konsen jagain anak. Xixixi.

Niatnya pengin langsung check in ke penerbangan internasional, tapi ternyata belum bisa. Karena waktu boarding hampir jam 12 malam, maka saya baru bisa check in pukul 19.00 WIB. Padahal sih niatny pengin segera enggak bawa barang bawaan yang segambreng jadi bisa fokus main sama bocah. Ternyataa... gagal total.

Bersyukur, di bandara Sukarno Hatta terminal 3 ada fasilitas penitipan bagasi sementara. Lokasiny di depan pintu masuk. Enggak gratis, yes. 

Dari pukul 15.00 WIB sampai dengan 19.00 WIB ngapain aja Buu ame bocahh? LOL.

Saya sangat bersyukur karena Taka yang notabene masih 2 tahun 8 bulan benar-benar bisa diajak bekerja sama. Dia enggak rewel sama sekali. Alhamdulillah. Hal itu sangat-sangat membantu saya. Semoga jadi anak sholeh y, Nak.


Menikmati kegabutan dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan, dokpri
Lalu, empat jam ngenthang tuh ngapain ajaa??

1. Makan, utamanya ngasih makan Taka karena kalau saya sendiri justru enggak minat makan
2. Minum kopi dengan tujuan utama sebenarnya nge-charge HP. Xixixi. Bocah lihat Nussa Rara di youtube sementara emaknya menikmati dinginnya coffe latte dengan gula minimalis alias sedikit. Makasih, Sayang
3. Beliin Taka donat karena dia pengin
4. Foto-foto sama bocah
5. Mengeksplorasi lingkungan sekitar bandara sambil cerita-cerita. Anak saya ceriwis kata orang-orang, jadi mengeksplore sekitar sambil ngoceh ke sana ke mari udah pas banget

Hingga akhirnya, bocil pun terlelap dan tidur di gendongan saya. 


Udah enggak tahu lagi mau ngapain karena udah ngapain aja akhirnya tidur, difoto oleh petugas penjaga koper (minta tolong hehe... sempat-sempatny, Buu)
Pukul 19.00 WIB, setelah mengambil barang di tempat penitipan sementara di lantai yang sama, saya check in. Alhamdulillah, bisa juga akhirnya.

"Isi koper dan kardusnya apaan, Mbak?"
"Cuma makanan sama pakaian aja, Mas," jawab saya jujur ketika mas-mas petugas bertanya

Proses di bagian imigrasi pun lancar. Mereka hanya bertanya suami kuliah di mana di Jepang dengan ramah dan bersahabat. Alhamdulillah.

Setelah dua proses tersebut selesai, berikutny adalah nunggu pesawat. Ehm... lumayan juga nunggunya dari pukul 19.30 WIB sampai 23.30 WIB. Empat jam lagiii. 

Ngapain lagii? LOL.

Lagi-lagi, saya sangat sangat bersyukur sama Allah karena Taka enggak rewel. Bila pun sesekali ia bilang, "Capek, Bunda," atau "kapan ketemu ayah?" buat saya itu sangat sangat wajar dan normal. Doa bunda selalu buatmu, Nak.

Jadiii, empat jam ngenthang lagii sama bocah tuh ngapain aja?

1. Ngasih makan bocah biar enggak laperr
2. Mengeksplore gate tempat kami berada, sayangnya enggak ada playground-ny
3. Ngobrol sambil kilar kilir ke sana ke mari. Bocah nanya, saya jawab
4. Video call 

Raut wajah Taka sudah mulai bete ketika kami belum masuk pesawat juga. Yaa enggak hanya dia sih, saya pun. Apalagi, kami sudah mulai perjalanan ini sejak pagii. Artinya, sudah hampir 18 jamm "berkelana". Saya memahami ketika bocah mulai terus bertanya, "Pesawatnya di mana, Bunda?" 😁 


Bete banget ya Nak, dokpri
Tepat sebelum pergantian tahun, panggilan boarding pesawat kami diumumkan. Alhamdulillah. Akhirnya. 

Saya kira, semua akan beres. Saya berencana segera tidur begitu pesawat lepas landas. Pun bocah. Tapi ternyata apa yang saya bayangkan enggak sesuai kenyataan.

Jujur, pesawatny enggak ada masalah alias enak-enak aja, semua pramugarinya juga ramah, dan makananny juga enak-enak. Yang bikin terus merapal doa adalah karena lagi-lagi cuaca yang sangat tidak bersahabat.

Sebelumnya memang pilot Garuda Indonesia sudah mengumumkan bahwa di wilayah Indonesia terutama Pulau Jawa, cuaca sedang kurang baik, jadi semua penumpang diminta anteng di kursinya masing-masing. Saya pun awalny mengira hanya turbulensi biasa. Ternyata, enggak. 😁

Paginya, saya mendapat kabar dari salah seorang sahabat kalau di ibu kota dan sekitarny sedang banjir parah karena hujan semalaman yang enggak kunjung berhenti. Weww... jadi ini yang terjadi di bawah ketika di atas mengalami guncangan? Astaghfirullah.

Pesawat baru stabil dan penumpang baru bisa bernapas lega setelah meninggalkan wilayah Indonesia. Bocah pun akhirny bisa tidur dengan nyaman selonjoran karena tempat duduk kami yang harusny diisi tiga orang cuma diisi saya dan Taka aja. Alhamdulillah.
Alhamdulillah bisa selonjoran, dokpri
Untuk bisa berkumpul lagi bertiga, kami harus melewati hujan badai ternyata. Kalau ditarik mundur bahkan proses ini sudah berjalan sejak suami mengurus CoE, pindah tempat tinggal untuk keluarga, kirim CoE ke Indonesia, saya ngurus Visa, berburu tiket, packing, pamitan, dll. Ah, saya seolah diingatkan bahwa enggak ada yang ujug-ujug di dunia ini. Semua butuh proses. Namun selama tujuan kita untuk kebaikan, berkumpul dengan keluarga misalnya, jalani saja prosesnya dan nikmati. Yakin, Allah akan melancarkan niat baik hamba-Nya. Aamiin.

  • Share:

You Might Also Like

19 comments

  1. Iya ya Mbak, saat di perjalanan itu cuaca sedang sangat ekstrem, banjir dan pohon tumbang di banyak tempat di Indonesia. Kebayang ya kayak apa di langit sana?
    Alhamdulillah sudah sampai dengan selamat ya. Dan Takaa ... keren, Nak, masya Allah, kooperatif. Sehat selalu ya, Taka. Bentar lagi kalau pulang sudah berbahasa Jepang nih Taka. :)

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah Taka nggak rewel ya. Salut bisa terbang berdua aja. Ini kayanya nama Taka udah kejepang2an bunyinya hehe

    ReplyDelete
  3. Semua memang butuh proses dan kita harus menikmati biar gak stres. Itu pasti rempong ya Mbak. Bawa anak, koper, dll. Alhamdulillah anaknya kelihatan santai

    ReplyDelete
  4. Terbayang malam tahun baru di bandara. Meninggalkan Jakarta juga. Dan di bawah sana, kami sedang berjuang menahan air masuk rumah... So sad...

    Semoga sukses di Jepang. Suami lancar dan meningkat prestasi dalam perkuliahannya. Terus bercerita ttg kehidupan di Jepang ya. Saya nantikan cerita detailnya 😊

    Salam dari Cianjur

    ReplyDelete
  5. Ya ampun mba keren dan salut sama Taka itu lama bener nungguinnya untung yah Taka baik bener jadi mba ga emosyenel hehehe..
    dari koper yang harus dibagi 2, nunggu lama bah mantab ditunggu cerita selanjutnya

    ReplyDelete
  6. kalau koper memang ngga boleh lebih dari 32 kg untuk bisnis dan 23 kg untuk ekonomi mbaa. Aku sering liat juga penumpang yang pikir karena dapat kuota bagasi 40kg lebih jadi semua dimasukkan dalam 1 koper hehehe. Jadinya pada bongkar barang di airport. untuk keselamatan dan kesehatan porter or kita yang angkat koper juga mba..kalau lebih dari 32 kg maka resiko tangan dan punggung cedera tinggi.

    Selamat menikmati Jepang. Saya juga dulu cita - citanya menulis perjalanan hidup selama tinggal di Swiss dan NYC, tapi malah ngeblognya on et off ajaa hehehe. semoga dirimu lancaar selalu menulisnyaaa.. Have fuuun. Saya sering mampir ke Tokyo Jepang kalau otw ke NYC, semoga bisa ketemu yaaa one day

    ReplyDelete
  7. Uwahhh...mbayangin berjam-jam nunggu sama balita aja saya udah ngos-ngosan.

    Alhamdulillaah semua lancar, ya. Semoga cerita selanjutnya juga membahagiakan.

    ReplyDelete
  8. Hebat lho mbaknya, traveling berdua bareng anak yang masih batita, saya sih pernah begitu tapi gak jauh hanya di daerah Indonesia

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah sdg sampai dg selamat di Jepang dan berkumpul sekelg.. Duh..pinter sekali anak sholeh Taka ini ya..nggak rewel.. Jempool..

    ReplyDelete
  10. Masya Allah, excited & terharu saya bacanya. Pas hari pertama tahun 2020 bisa berkumpul sekeluarga. Alangkah senangnya. Sungguh saya salut dengan perjuangan & kesabaran keluarga ini untuk meraih masa depan sambil terus mengusahakan untuk selalu bersama. Tak mudah tapi kalian benar2 memperjuangkannya dg porsi masing2. Semoga sukses & bahagia selalu. Aamiin.

    ReplyDelete
  11. Salut mbak perjalanan jauh bawa tentengan banyak dan bawa baby yang saya sendiri membayangkan bakal rempong...tapi bersyukurnya dedek Taka anteng....jadi meski sempat terjadi drama tetapi akhirnya sampai tujuan dengan selamat. Dan benar adanya bahwa semua itu butuh proses ...tak ada sesuatu yang datang secara tiba-tiba....bila proses itu dilakukan dengan ikhlas Insyaallah hasilnya pasti bikin puas.

    ReplyDelete
  12. Jadi, walau maksimal bagasi sekian, setiap kopernya nggak boleh lebih dari 32 kg, ya. Alhamdulillah walau prosesnya banyak, bisa sampai dengan sehat dan selamat, ya.

    ReplyDelete
  13. so far Taka masih anteng segitu ya mbak menurut aku apalagi harus melalui perjalanan panjang, Allhamdulillah sampai dengan selamat ya. Berarti pelajaran buat aku juga nih mbak untuk memperhatikan berat masing-masing koper yang dibawa saat naik pesawat. Ditunggu cerita lainnya selama di Jepang ya

    ReplyDelete
  14. Happy berkumpul bersama suami...
    Seneng banget bisa punya pengalaman tinggal di negeri orang.

    Semoga semuanya lancar...
    Taka pulang-pulang nanti uda kaya nihon-jin yaa...

    Onegaishimasu~

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah bisa melewati proses yang tidak ujug-ujug tadi ya mba. Semoga dengan begitu bisa mendapatkan 'kenaikan level' menjadi manusia yang lebih 'bervolume' dalam segala hal.

    Good job, Taka. Anak pinter nih tau saja ibu harus handle banyak hal karena nggak ada ayah. Senang ya mba udah bisa berkumpul kembali dengan suami meski harus melalui proses panjang yang lumayan melelahkan.

    Ditunggu kisah-kisah selanjutnya.

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah senang membacanya..perjalanan seru pastinya pergi berdua bareng balita..berkesan banget pasti hehe..doain dong saya jg pengen ke Jepang tp main aja sih..hehe

    ReplyDelete
  17. Mbak, Alhamdulillah ya.. baca ceritanya bikin deg degan.. apalagi saat hujan badai ya.. bersama anak anak di dalam pesawat, kita hanya bisa berserah diri saat cuaca buruk ya.. dan Alhamdulillah juga anak anak anteng selama perjalanan ya.. ditunggu cerita selanjutnya ya mbak

    ReplyDelete
  18. Semoga bisa mengabadikan momen-moen seterusnya dari h0 sampai h100 atau h1000 mbak. Momen yang kelak akan dibaca Taka sebagai kenangan masa kecil.

    ReplyDelete
  19. Baru hari ke- 0 saja sudah dilewati dengan cerita seru dan pastinya berkesan ya Mbak. Karena berangkatnya hanya berdua dengan si Kecil. Saya nggak kebayang deh kalau melakukan perjalanan gitu cuma berdua apalagi sambil bawa anak. Syukurnya Taka nggak rewel ya.

    ReplyDelete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)