Perasaan Bersalah ketika Traveling Sendirian setelah Jadi Ibu

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - March 24, 2023

Traveling, apa pun bentuknya, adalah sesuatu yang istimewa. Betapa tidak, selalu ada hal baru yang bisa kita pelajari dan pasti akan ada hal berbeda yang akan kita temui. Beda kondisi, beda rasa, beda pengalamannya juga.
 
Traveling sebelum punya anak versus setelah, misalnya. Jika sebelumnya, kita tak perlu khawatir atau kepikiran ini itu, maka setelah ada bocah... mau ninggal lama-lama kok ya rasanya beban berat bangett. Setidaknya, itu yang aku alami. Dan, di dunia nyata, aku seolah sudah ter-branding sebagai ibu-ibu yang suka galau manakala harus meninggalkan anak (meskipun sama bapaknya) untuk urusan tertentu. Jadi, boro-boro ninggalin anak untuk traveling, sedangkan untuk urusan serius/penting saja, aku masih suka kepikiran kalau terlalu lama.  

Sedih karena enggak bisa bebas? Enggak sama sekali. Malah sedih kalau pergi sendiri karena berasa ada yang kurang, enggak bawa anak.

Padahal duluu bangett setelah menikah dan sebelum punya anak, pergi-pergi sendiri bukanlah hal yang aneh. Tak perlu merasa bersalah karena suami sudah mengizinkan (toh kegiatannya jelas dan positif). Tak perlu juga merasa seperti orang hilang hanya karena enggak bareng teman. Intinya sih super duper okelah ya pokoknya. Setelah punya anak, semua berubah total. Lebih sering memilih sedikit repot karena harus bawa ini itu namun bisa membawa anak ke mana-mana ketimbang harus pergi sendiri ninggalin anak. 

Beberapa kejadian yang membuatku merasa bersalah ketika harus meninggalkan anak untuk sekadar refreshing atau istilah sekarang METIME adalah sebagai berikut:
  1. Pergi ke Asakusa sendiri sementara Taka hanya berdua dengan Mas Ryan di Tsukuba. Padahal ayahnya nih udah sangat mengizinkan banget. Dia malah heran ketika aku pulang cepat. Zuzur, di kereta Tsukuba Express sempat nangis karena udah ninggalin anak. Katakanlah lebay. Memang. LOL. Padahal anaknya mah santai-santai aja, emaknya memang yang drama.
  2. Pergi bersama teman-teman baik untuk sekadar nongki-nongki cantik maupun pengajian/liqo'. Teman-temanku sudah bisa menebak kalau aku pasti akan bolak-balik ngecek HP. Padahal, lagi dan lagii, Mas Ryan sudah sangat bisa dipercaya.
  3. Jujur, saat di Tsukuba, Taka lumayan sering kutinggal entah itu untuk urusan belanja atau olahraga. Dia hanya berdua dengan ayahnya saja di dormi. Yang terjadi? Sejatinya aku enggak tenang dan bolak-balik WA suamiku. wkwkkwk
Temanku pernah komentar, "Kamu tuh enggak posesif ya sama suami, tapi kalau sama anak iyaaa. Hadeuhh!!" LOL.
 
Sebenarnya aku hanya menikmati apa yang tidak akan bisa terulang untuk kedua kali. Toh nanti kalau dia sudah semakin dewasa, aku tidak  mungkin seperti ini. Berhubung sekarang masih bocah, ya wajar dong yes. Untuk sekarang ini, aku lebih suka traveling bersama anakku karena selain enggak perlu merasa bersalah, kami juga bisa saling menguatkan bonding yang kelak akan bermanfaat saat dia sudah jadi "orang" dan punya kehidupan sendiri.

Bukuku tentang Jalan-jalan bersama Taka sebelum pandemi yang bisa dibeli secara online.

(Tulisan ini disertakan dalam Ramadan Blog Challenge yang diselenggarakan Blogger Perempuan)
 
 
 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)