Bahagia Itu Dimulai dari Diri Sendiri, Sebuah Review Acara Bedah Buku

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - March 03, 2023

Kali ini, saya akan share hasil resume acara bedah buku Oktober tahun lalu yang diadakan Perpus BI secara hybrid. Daripada hasil catatan saya terongok begitu saja, akan lebih baik kalau di-posting juga di sini. Huehehe.

Berikut hasil resume sayaa yang bertajuk bahagia itu ya harus kita mulai dari diri sendiri. Harus bangett tuntass dengan diri sendiri sebelum berinteraksi dengan orang lain agar tak ada hati yang tersakiti karena pelampiasan luka batin. *Tsaah....

Langsung saja saya copaskan dari catatan saya waktu itu. Yukks. Inilah poin-poinnya.

Sumber foto: IG perpusBI


Narsum I: Bu Sofie Beatrix

Ecotheraphy atau Ecohappiness

Ketika alam tak seimbang, kehidupan manusia pun. Di Jepang, ecotheraphy sebenarnya sudah menjadi bagian dari kehidupan seperti berjalan di hutan atau alam, misalnya.

Ecotheraphy bisa untuk mengatasi trauma yg sangat mendalam, fobia, dan membantu kita menemukan makna kehidupan. Pada akhirnya/ujung-ujungnya, kita akan semakin bersyukur dan menyadari kebesaran Allah.

From healing to empowering (yang notabene adalah tujuan utama dari Ecohappiness Living/Theraphy) harus melalui beberapa tahapan: healing >>> meaning >>> empowering. Jiwa kita harus bersih dulu sebelum memberdayakan orang lain.

Prinsip ecotheraphy untuk kesehatan mental:

1. Hadir secara penuh, hadir lahir batin, fokus. Misalnya ketika sedang mengobrol dengan orang lain di dunia nyata >> stop main HP meskipun itu nyambi kerjaan, fokuslah mendengarkan. Terlihat sederhana, tapi bisa mengurangi stres jika dipraktikkan.

2.Merasakan apa yang sedang kita hadapi. Misalnya sedang berjalan-jalan di alam >> rasakan seperti apa.

3. Terkoneksi dengan tiga energi utama di dunia: manusia, alam, dan Tuhan.

Konon tiap generasi merasa generasinya paling tangguh 🤭. Contoh konkret adalah membandingkan dengan kalimat, "Kalau dulu..., anak sekarang lemah," atau penamaan generasi stroberi yang notabene yang ngasih nama siapa? Generasi sebelumnya 🤭.

Padahal, harusnya tiap generasi memberikan insight-nya masing-masing, misal generasi sebelumnya share pengalamannya dan bukan saling menyerang/membandingkan. 

Tiap generasi punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kalau bisa saling melengkapi. Misal generasi sebelum/generasi lampau >> punya kebijaksanaan. Generasi sekarang >> punya tingkat kecepatan yang tinggi. 

Jembatan antar-generasi adalah EMPATI agar bisa berkolaborasi.


***


Narsum II: Bu Elsa Christine

Anak zaman sekarang sedikit2 healing, benarkah? Meskipun penting, tapi jangan jadikan healing sebagai alasan.

Toxic Positivity, terlihat positif padahal toxic. Misalnya ada teman kena musibah dan responmu, "Kamu kurang ibadah kaliii, udah sabar aja, kamu itu harus bersyukur," 

Kuadran Perasaan (mood meter):

1. High energy, high pleasantness

2. Low energy, high pleasantness

3. High energy, low pleasantness

4. Low energy, low pleasantness

Kenali perasaanmu yang sebenarnya untuk mengetahui apa yang harus kamu lakukan selanjutnya.

Hanya 36 persen orang yang benar-benar tahu apa yang sedang ia rasakan (studi). Masih banyak orang yang denial/tidak mau mengakui perasaan yang sebenarnya karena takut/khawatir dengan stigma.

Yang bisa kamu lakukan agar sehat mental:

1. Check in with yourself, daily: mulai hari dengan bertanya bagaimana perasaanmu saat ini (harus jujur pada diri sendiri, ga boleh denial)

2. Check others around you: cek bagaimana kondisi orang-orang di sekitarmu (sebaiknya bertanya langsung ke ybs daripada tanya ke orang lain karena nanti jadi ghibah🤭)

3. Seek out help when needed (ketika merasa dirimu tidak baik-baik saja, segera minta tolong ahlinya).

Salah satu indikator lingkungan kita saat ini tidak sehat: kita takut speak-up (sungkan untuk bilang yang sebenarnya meskipun itu secara baik-baik/sopan).

Meskipun kesehatan mental sangat penting untuk diperhatikan, tapi jangan sampai kamu mendiagnosis diri sendiri. Harus pihak berwenang/ahli yang mengklaim hal tsb, tak sesederhana browsing di Google tentang kesehatan mental terus mengklaim diri sendiri depresi. NOPE.

Fakta terbaru tentang global disability >>> salah satu penyebab terbesarnya adalah depresi, bukan lagi jantung.

Musuh kita bersama: STIGMA

Cara untuk "mengatasi" stigma: jangan mudah berkomentar negatif ketika ada orang pergi ke psikolog atau psikiater, berusaha memaklumi, & menjadi pendengar yang baik ketika ada teman curhat (divalidasi, bukan dijustifikasi).

Dalam kehidupan sehari-hari, yang membantu sehat mental juga poin berikut:

1. Punya circle atau lingkungan sosial yang bagus/positif, tak merasa sebatang kara di dunia/tak merasa berjuang sendiri.

2. Memiliki bahan pembicaraan yang membangun/bukan ghibah dengan circle.


  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)