Hari ke-203 di Jepang: Keindahan di Balik Kaca Jendela

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - July 21, 2020

Setelah hampir empat bulan enggak "menyentuh" sama sekali bus ke Tokyo, terakhir awal Maret saat ke Kyoto, akhirnya kemarin aku "reuni" lagi dengan bus yang menghubungkan Stasiun Tsukuba dengan Stasiun Tokyo ini. Ingin mengurus hal penting di prefektur sebelah adalah alasan utamanya. 

Sebenarnya untuk menjangkau Stasiun Tokyo ada moda lain yaitu kereta api Tsukuba Express lanjut Yamanote Line. Cuma kalau dihitung-hitung, jatuhnya lebih mahal dan harus naik kereta dua kali (meskipun sampainya lebih cepat). Sedangkan kalau naik bus, memang total perjalanan sedikit lebih lama jadi 1 3/4 jam, tapi cukup naik sekali saja dan tarifnya lebih murah. Emak-emak ekonomis. :D

Dari Tsukuba Senta, bus berangkat pukul 09.00 JST, tepat waktu. Aku memilih kursi rada belakang setelah membayar di depan dari pintu masuk dengan menge-tap kartu PASMO. Meski sebenarnya enggak ngefek juga mau pilih kursi yang mana lha wong penumpangnya sangat sedikit, enggak sampai 10 orang.

Ehm, sudah lama aku tidak menikmati pemandangan di luar dari balik kaca jendela bus. Maka, setelah mengenakan sabuk pengaman (yups, bus antar prefektur d sini dilengkapi seatbelt), pandanganku auto ke luar menikmati suasana yang berganti-ganti sambil sesekali mengabadikannya.

Aku membatin, setelah kurang lebih tujuh bulan di sini, aku benar-benar ditunjukkan dengan bukti nyata bahwa segala sesuatu walau itu sederhana, tapi kalau bersihh to the max akan terlihat istimewa. Lihat saja beberapa foto di bawah ini yang "kutangkap" dari balik kaca.





Semuanya memiliki kesamaan: BERSIH. Ya, bersih. Selama di sini, aku memang belum pernah menemukan daerah yang kotor. Bahkan di pojok-pojok pun bersihh. Jadi teringat ajaran Islam bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Di sini, teori tersebut seolah dipraktikkan.

Kebersihan tidak hanya tanggung jawab satu orang memang, tapi semuanya tanpa terkecuali. Di sini misalnya, jumlah tempat sampah bisa dikatakan jarang. Jadi kalau kita punya sampah, misal plastik atau bungkus makanan, ya kita simpan dulu di kresek. Barulah kemudian ketika menemukan tempat sampah, kita buang. Tidak ada plastik berceceran, tidak ada sampah nyempil di semak-semak. Mayoritas sadar bahwa sampah adalah tanggung jawab masing-masing. Dan ternyata terbukti, dari sesuatu yang terlihat sederhana, jika dilakukan secara masif akan menghasilkan hal yang luar biasa.

Foto-foto di atas misalnya yang mayoritas bernuansa sungai. Padahal "cuma" sungaii, tapi kalau bersihhh, masyaaAllah.

Jadi ingat saat ke Kyoto, aku sempat memfoto sungai yang juga bersihhh.



MasyaaAllah. Padahal "cuma" sungai kalau dipikir-pikir. Effort-nya "hanya" bersihkan, bersihkan, bersihkan! Tapi terbukti, hal yang kerap disepelekan akan menghasilkan sesuatu yang istimewa ketika dilakukan oleh sebagian besar orang, tidak hanya satu atau kelompok tertentu saja.

Perjalanan yang cukup panjang pun jadi enggak terlalu berasa karena pemandangan sekitar bersih dan rapi. Jiwa pun jadi enggak mudah emosi kalau lihat yang bening-bening begini. Semoga menginspirasi. :)

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)