Hari ke-193 di Jepang: Tsukuba saat Petang dalam Frame

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - July 11, 2020

Di postingan ini, aku tidak akan bercerita banyak melalui kata-kata. Biarkan foto-foto saja yang menjelaskan petangku, kami, di Tsukuba hari ini. Kelak, semuanya akan sangat aku rindukan ketika sudah kembali ke tanah air. Semoga bisa ke sini lagi (berasa pulang besok, padahal masih lama).


Kebebasan adalah hal luar biasa yang harus disyukuri keberadaannya.
Terbanglah, Nak. Gapai cita-citamu. Namun jangan pernah lupa tuk kokohkan imanmu.
Siapa yang jadi perisai siapa: pohon-pohon yang jadi pelindung apato atau apato yang melindungi barisan pohon ini.
Petang adalah tanda berakhirnya waktu. Seolah, ia ingin mengingatkan bahwa seberat apa pun hari yang kamu lalui, semua pasti akan berlalu. Semangat selalu wahai jiwa-jiwa yang kuat.
Bisa menyapa orang-orang dengan senyuman adalah kebahagiaan. Setidaknya, itulah yang aku pelajari dari bocah berusia tiga tahun ini.
Petang identik dengan jeda. Ya, jeda antara keramaian dan kesendirian.
Terima kasih untuk seorang nenek yang jualan sesuatu di Plaza Bivi yang memberi hadiah MINIONS untuk orang asing seperti kami. Berawal dari Taka yang dengan berani menyapa "Hello" disertai senyum, berakhir dengan dikejarnya diriku. Katanya, Taka ramah dan pemberani. Itu sebabnya dia memberi hadiah yang aslinya dibungkus plastik. Terharu. :)
Jadilah lentera, jadilah bermanfaat. Jika tidak bisa, setidaknya tidak menjadi perusak.
Tempatku menunggu bus C10.
Petang memiliki keindahannya sendiri, tidak perlu iri dengan pagi.
Dalam gelap, kita sering tersadar bahwa hidup hanyalah sekelebatan saja.
Sepi. Sendiri. Wanita. Aman. Empat kata kunci yang aku buktikan sendiri sejak di sini. Semoga seterusnya begini. Semua manusia butuh jaminan rasa aman, bukan.
Bahkan dalam satu gedung yang sama saja terdapat beragam tempat dengan penawaran yang berbeda. Jadi, kenapa takut jika tidak sama?
Sendiri atau bersama-sama, semuanya sama-sama baik. Yang penting, kamu tahu siapa dirimu.

Bahagia adalah... melihat anak-anak, tidak hanya anak sendiri, ceria.
Hidup bersama dalam satu gedung mengajarkanmu makna toleransi yang sebenarnya.
Tidak perlu ditambah filter agar cerah. Sama seperti kulit yang tidak perlu diubah. Apa adanya saja. Toh, kita pasti akan dipertemukan dengan seseorang yang menerima kita secara utuh, yang kelak akan berkembang bersama. Percaya.
Mereka pulang, mereka berangkat. Rutinitas yang kadang menjadikan seseorang lupa bahwa dirinya manusia.
Ada yang bahagia bisa di sini, tapi ada juga yang sebaliknya. Aku termasuk yang pertama. Orang lain, bisa beda.
Istirahatlah sejenak. Kamu berhak.
Orang datang dan pergi. Tidak perlu terlalu menyalahkan diri sendiri ketika ada yang menghilang karena pasti akan diganti dengan yang lebih menyenangkan.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)