Hari ke-199 di Jepang: Curhat Covid-19

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - July 17, 2020

Pak pos tetap semangat bertugas meski cuaca tidak bersahabat. Semangat, Pak!
Hari ini, seharian aja aku di dormitory. Hujan memang tidak terlalu deras, tapi karena semingguan ini mendung, jadi suhunya lumayan dingin (meski tidak sedingin beberapa bulan yang lalu saat winter atau spring). Kira-kira, suhu saat ini seperti di Batu, 20-an derajat celcius lebih dikit.

Entah, kenapa hari ini aku malas sekali ke luar. Bahkan untuk sekadar berolah raga ke Tsukuba Senta yang biasanya semangat saja enggan. Aku lebih memilih di dormitory saja sepanjang hari menemani bocah plus belajar sesuatu untuk meningkatkan skill-ku yang bermanfaat buat ke depan kelak. Sorenya kedatangan tamu, tetangga dormi, ngasih donat. Ehm, enaknya. Makasih, Mbaak Syarah. :)

Apa gerangan yang membuatku malas ke luar hari ini? 

Apa karena aku sudah mulai jengah tiap hari dijejali data-data dan berita mengenai covid-19 dari berbagai negara? Jengah dalam konteks ini semacam... Ya Allah, kasihan ini orang-orang. Enggak aku aja yang merasa begini, teman-temanku pun. Manusiawi, bukan.

Memang, cara orang menghadapi covid ini beragam. Ada yang kalem, ada yang marah, ada yang biasa aja, ada yang mendoakan biar cepat reda, ada yang makin rajin berolah raga, ada yang makin rajin belajar, dll.

Yang bikin sedih, ada juga yang bereaksi "senang" dan "bersyukur" dengan alasan:
- akhirnya orang-orang tahu rasanya di rumah aja itu gimana
- akhirnya gak bakal ada yang posting foto-foto jalan-jalan
- dll

Entah, seberat apa luka atau sesakit apa peristiwa yang pernah dialami sehingga bisa jadi seperti itu. Cuma bisa mendoakan semoga bisa bahagia biar enggak seperti itu lagi. Aamiin.

Lalu, kondisi di sini sendiri seperti apa?

Setelah pemerintah mencabut status darurat, jumlah orang yang terinfeksi covid naik lagii. Dan prefektur dengan jumlah orang yang terinfeksi paling banyak masih sama dengan sebelumnya, Tokyo. Dari yang aku baca di berbagai media online seperti NHKWorld dan teman-temannya, salah satu clusternya adalah dunia malam. Dan jika sebelumnya pengidap terbanyak orang tua, maka kali ini anak muda atau mereka yang usianya 20-an dan 30-an. 

Sebenarnya dari yang aku buktikan sendiri saat ke tempat wisata pasca pemerintah mencabut status darurat, jumlah pengunjung sudah menurun drastis. Beda banget dengan sebelum ada covid. Cuma kalau kehidupan malamnya ya enggak tahu, kabarnya memang ramaiii lagi. Kalau untuk kondisi transportasi publik, di jam-jam tertentu memang kembali ramaii karena anak sekolah dan orang kerja sudah mulai masuk seperti biasa. 

Jika kondisi masih begini, tiap hari masih ada aja yang terinfeksi, aku enggak yakin Idul Adha besok bisa kumpul-kumpul. Sementara beberapa hari yang lalu, aku dapat email dari sensei kalau pertemuan di dunia nyata untuk kelas bahasa Jepang belum bisa dilakukan.

Dear covid-19, kehadiranmu benar-benar mengubah semua tatanan dunia. 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)