Hari ke-172: Mengamati Kebiasaan Orang Jepang, Ini Hasilnya!

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - June 20, 2020


Seminggu lagi, genap sudah enam bulan aku di sini. Itu artinya, waktuku tinggal sembilan bulan lagi. Entah kenapa, aku kok sedih, ya. LOL. Normalnya, merantau lebih-lebih di negara orang itu bawaannya homesick.  Aku sebaliknya, justru nyesek kalau ingat hanya tinggal beberapa "detik" lagi. Tapi ya sudahlah ya, syukuri dan nikmati. Itu saja. Percaya, aku nanti akan kembali entah gimana caranya. :)

That's why, di postingan sekarang, aku ingin menuliskan kebiasaan-kebiasaan orang-orang di sini dari yang kuamati dan alami (maksudnya interaksi). Tentu saja, opini ini sifatnya subjektif, mungkin belum bisa mencerminkan gambaran orang Jepang secara keseluruhan. Ya,  kecuali kalau meneliti (yang benar-benar meneliti alias bukan hanya datang sekilas) satu per satu sampai 47 prefektur. Tapi kan ya butuh waktu lama, modus banget, xixixi.

Selama hampir enam bulan ini, ada begitu banyak hal yang menarik perhatianku. Jauhh sebelumnya, aku udah pernah membuat postingan serupa di hari ke-11, ke-13, ke-18, dan sebelum aku pindah ke Jepang. Nah kali ini, aku mencoba rewrite versi lebih lengkapnya lagi. :) 

Jadi selama di sini, apa aja sih kebiasaan orang Jepang yang menarik perhatianku?

1. Jalan kaki
Kurasa semua orang di seluruh dunia sudah tahu bahwa masyarakat Jepang memang gemar jalan kaki. Hal tersebut aku buktikan sendiri saat di sini. Bahkan, menjelang musim panas seperti sekarang pun, jalan kaki tetap dilakukan. Tua, muda, laki-laki, perempuan, semuanya biasa jalan kaki, bukan hal aneh lagi. 
Suasana pejalan kaki di sekitar Stasiun Akihabara.
 
Suasana pejalan kaki di Shibuya.

2. Bersepeda
Jika di tanah air bersepeda identik dengan kegiatan olahraga, maka di sini berbeda. Sepeda pancal, begitu aku biasanya memanggil, digunakan untuk menunjang kegiatan sehari-hari atau dengan kata lain sebagai kendaraan pribadi. Bahkan hampir di semua tempat umum ada fasilitas parkir sepeda. Tidak hanya itu, pemilik sepeda juga harus terregistrasi. :) 
Tempat parkir sepeda di depan dormitory. Punyaku yang mana? :D
Mari berpetualang, Nak!
3. Mengantre
Tidak hanya sekadar teori saja, tapi mengantre benar-benar sudah menjadi kebiasaan dan budaya. Sejauh ini, aku belum pernah mengalami antreanku diserobot. :) Tidak ada yang berpikir kalau enggak cepet atau nyerobot enggak bakal kebagian, enggak gitu. Aku yang pernah menulis buku proyek DAK tentang mengantre jadi ingat bahwa sesungguhnya ada begitu banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan dari kegiatan menunggu giliran tersebut. Belajar sabar, belajar tidak mengambil hak orang lain, belajar bahwa segala sesuatu butuh pengorbanan, dan belajar tentang proses adalah beberapa di antaranya. 
Orang-orang mengantre di depan Gundam Cafe, Akihabara.
Mengantre menunggu Tsukuba Express.
4. Mengantongi sampah
Di sini jarang tempat sampah. Bukan berarti tidak ada, namun jumlahnya tidak semelimpah di tanah air. Herannya, lingkungan sekitar begitu bersihh. Bahkan kalau kalian pernah nonton Youtube-nya entah siapa lupa namanya yang mengupas kehidupan gelandangan di salah satu daerah di region Kansai, kalian bisa melihat bahwa lingkungannya sangat sangat sangat sangat bersihhhh. Aku pun ketika melihat pramuwisma di dekat Stasiun Akihabara membuktikan sendiri bahwa tempat di sekitar mereka rapi, tidak ada sampah berserakan. Lalu, sampah-sampah itu kita letakkan di mana? Dikantongi. Nanti, kalau sudah bertemu tempat sampah bisa kita buang sesuai dengan kelompoknya masing-masing. :) 
Yang hampir pasti ada tempat sampah biasanya di supermarket, seperti ini, di Kasumi.
5. Menunggu bus di halte
Ya bukannya halte memang digunakan untuk menunggu bus, ya? Iya, tapi kita tahu sendiri bahwa kadang atau seringnya hanya pemanis saja. Nah, di sini, halte ya benar-benar untuk mengangkut atau menurunkan penumpang. Tidak ada istilah penumpang naik atau turun di tengah jalan yang notabene bukan di halte. 
Bus berhenti di halte untuk menurunkan dan membawa penumpang.
Taka menunggu bus di halte Ichinoya.

6. Anak sekolah berangkat dan pulang sendiri
Zaman kita sekolah dulu, berangkat dan pulang sendiri adalah hal yang sangat lumrah. Bahkan mungkin sejak TK, kita sudah terbiasa berangkat dan pulang sendiri. Enggak cuma kita yang seperti itu, teman-teman kita yang lain pun. Semakin ke sini, kita mulai sering melihat kebiasaan anak sekolah diantar jemput bahkan hingga usia remaja akhir, SMA maksudnya. Masalah keamanan adalah faktor utamanya. Ya, aku pun kalau di posisi sama juga akan melakukan hal serupa kecuali sekolah anakku memang benar-benar depan rumah persis. :D
Bertemu anak sekolah pulang di Stasiun Akihabara
Di sini, pemandangan anak sekolah berangkat dan pulang sendiri entah itu menggunakan sepeda pancal atau bus sudah sangat lumrah. Ya memang seperti itu seharusnya kan ya.

7. Tidak ada yang merokok di jalan atau kendaraan umum
Bukannya mereka yang tidak merokok yang harus toleransi dengan perokok, tapi perokoklah yang harus tahu diri dengan tidak merokok di sembarang tempat yang notabene bisa sangat mengganggu orang lain.  Dan selama di sini, aku belum pernah melihat orang-orang merokok sembarangan, lebih-lebih di tempat umum. :)
Suasana di bus, tidak ada yang merokok.
8. Pokemon GO
Heh? Masih zaman? Iya. Mungkin berbeda dengan di tempat lain yang hanya viral sesaat, berbondong-bondong ikut, kemudian tenggelam dengan sendirinya. Di sini sepertinya kalau sudah suka dengan suatu hal ya beneran suka sedalam itu. Setiap sore sejak di sini, kerap kulihat orang-orang (bahkan kakek-kakek dan nenek-nenek) main pokemon go di Tsukuba Senta. Aku sendiri sejak awal kemunculannya hingga detik ini belum pernah main secara emang enggak suka game cuma suka aja mengamati aja.  :D

Orang-orang ini meski tak saling kenal, tapi punya misi yang sama: menangkap pokemon terkuat. Btw, yang pakai baju kuning sebelah kiri itu suamiku, hehehe.
Pokoknya kalau sore-sore ngumpul sekitaran sini sambil otak atik HP, yakin deh, mayoritas main pokemon. Kepoin aja. :D
9. Kebiasaan terima kasih, permisi, silakan, dan minta maaf
Seperti yang pernah aku tulis di awal ke sini, jadi kalimat-kalimat "terima kasiih, permisi, silakan, dan maaf" seolah sudah sangat sangat mendarah daging. Enggak susah kita temukan kalimat ini di mana-mana. 

10. Pelayanan yang ramah
Punya masalah berat dalam hidup bukan berarti menjadikan orang lain sebagai pelampiasan dengan sikap jutek. Aku yakin kok orang di sini juga sama aja seperti di tempat lain, dalam artian pasti punya masalah berat. Kita bisa melihat bahwa angka bunuh diri di sini masih tergolong tinggi walau katanya dalam satu dekade terakhir ini cenderung turun. Artinya, enggak di sana enggak di sini, semua punya masalah berattt. Tapi yang aku takjub, belum pernah sekali pun ketika aku ke suatu tempat yang sifatnya pelayanan publik dijutekin oleh petugasnya. Mereka selalu ramah dan sangat sangat sangat sangat membantu sebisa dan semaksimal mungkin. Padahal, aku rasa di balik sikap manis dan ramah tersebut bisa saja menyimpan duka dan luka yang mendalam.  

11. Mempersilakan pejalan kaki untuk menyeberang
Aku buktikan ketika jogging. Ketika harus menyeberang jalan yang tidak ada rambu lalu linntasnya dan hanya ada zebra cross saja, pengendara mobil yang kebetulan akan melintas berhenti hanya untuk mempersilakanku menyeberang. Tapi kita sebagai pejalan kaki juga harus tahu diri sih. Sebagai bentuk terima kasih, kita biasanya membungkukkan badan. 

12. Membungkukkan badan
Pemandangan orang membungkukkan badan entah itu untuk berterima kasih atau meminta maaf atau sekadar mempersilakan bukanlah hal aneh lagi di sini. 

13. Tepat waktu
Sebelum ke sini, aku pernah baca berita kalau pihak kereta api tsukuba express minta maaf karena terlalu cepat datang beberapa detik. Kalian bisa browsing sendiri di google. Ada kok beritanya. Saat aku baca itu semacam woww. Segitunya. Dan setelah aku tinggal di sini memang aku buktikan sendiri bahwa tepat waktu sudah menjadi prinsip mulai dari hal terkecil hinggal besar. Belum pernah nunggu bus, bus-nya telat. Ke klinik pun, bukanya benar-benar tepat waktu. Ke fasilitas umum lain, sama aja. "Janjian" via online dengan calon pengajar bahasa Jepang, tepat waktu juga. MasyaaAllah.

14. No cipika cipiki peluk
Selama di sini, aku belum pernah lihat orang-orang kalau ketemu teman autopeluk dan cipika-cipiki, at least salaman. Nope. Palingan cuma nyapa doang.

15. Pakai masker sebelum corona
Jadi sebelum corona sampai sini, aku udah sering lihat orang-orang pakai masker. Seolah, itu sudah hal yang wajar.
Hari kedua bulan Januari di Akihabara. Covid belum ada, tapi orang-orang sudah banyak yang pakai masker.
16. Pakaian tidak mencolok
Saat pergi ke region Kansai, aku kerap melihat orang-orang berpakaian mencolok penuh warna. Berbeda dengan di region Kanto, jaraaangg banget kulihat mereka berpenampilan warna-warni. Umumnya sih yang soft gitu. Cenderung seragam emang, ya. Barulah aku melihat yang sedikit berbeda ketika ke Harajuku. :D
Rata-rata berwarna gelap.
Enggak ada yang ngejreng xixixi.
17. Cuek ketika ada cewek pakai pendek
Ada yang cantik berpakaian enggak tertutup lewat terus disuitin? Belum pernah lihat sendiri yang seperti itu. Rata-rata mereka cuek meski di musim panas seperti ini pemandangan mbak-mbak pakai pakaian pendek berseliweran di mana-mana. Buat yang masih suka nyuitin cewek, attitude-nya tolong dikondisikan, ya. Berdoa juga semoga anak lanangku jadi laki-laki yang enggak kagetan salih. Aamiin. :)

18. Jogging
Pemandangan orang-orang jogging entah itu pagi atau sore adalah hal yang sangat biasaa. Banyaakkk. Tapi, joggingnya tetap sendiri-sendiri. Orang-orang di sini memang suka berolahraga. Salut!
 
19. Menjaga fasilitas umum
Fasilitas umum sejatinya memang milik bersama, dibiayai dengan uang bersama, maka sudah seharusnya dijaga bersama. Karena kalau rusak, yang rugi kita-kita juga. :D
 
20. Hewan peliharaan benar-benar dipelihara dengan baik
Pernah merasa terganggu dengan anjing tetangga yang mengejar kita seolah pengin gigit? PERNAH! LOL. Takut? Ealahh. Di sini, aku belum pernah melihat anjing berkeliaran sendiri. Pastilah kalau jalan-jalan ya sama pemiliknya. Itu pun anjingnya dirantai, jadi terkendali dan tidak mengganggu orang lain. Terus, kalau hewan peliharaan tersebut buang air besar di jalan gimana? Tenang, si pemilik sudah siap sedia dengan plastik dan kresek untuk mengambil kotoran hewan peliharaannya. Intinya, hewan peliharaan ya benar-benar dipelihara sedemikian rupa. Bahkan aku sering lihat si pemilik meletakkan anjing-anjingnya tersebut di stroller.
 
21. Berdiri di tangga berjalan di satu sisi saja
Ya emang bukannya gitu ya? Iya, sehingga ketika ada yang pengin buru-buru bisa lewat di sisi satunya lagi. Di sini, teori seperti itu benar-benar dipraktikkan. :D
Orang-orang berbaris rapi di tangga berjalan Stasiun Tsuchiura.

Orang-orang berbaris rapi di tangga berjalan Stasiun Tsukuba.

Ada yang ingin menambahkan?

Selalu ada hal positif yang bisa kita ambil di setiap tempat yang kita singgahi, bukan. Pun dengan episode hidupku saat ini yang "dikirim" Allah ke sini. Semoga bermanfaat juga buat yang baca. Aamiin.

  • Share:

You Might Also Like

2 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)