Hari ke-178 di Jepang: Mengeksplorasi Lingkungan Sekitar Dormitory saat Status Darurat Nasional ala Bocah

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - June 26, 2020

Jika di postingan sebelumnya, aku menceritakan kondisi Tsukuba setelah ditemukan kasus covid-19 pertama, namun sebelum penetapan status darurat nasional. Maka, selanjutnya adalah saat kondisi darurat. Ceritanya aku bagi menjadi beberapa bagian, ya. :)

Penetapan kondisi darurat di Tsukuba kira-kira satu bulan dimulai dari April minggu kedua sampai dengan Mei minggu kedua. Posisi saat ini di stage 1. Alhamdulillah, tapi harus tetap WASPADA, enggak boleh lengah! :)

Sebenarnya, saat penetapan status darurat kemarin, di sini lagi banyak "gawe". Misalnya, masuknya tahun ajaran baru, sisa-sisa musim semi yang bunga-bunganya masih tetap menawan dipandang mata, puasa ramadan dimana komunitas muslim di sini biasanya berkumpul bersama, dan masih banyak lagi. Taka sendiri awalnya akan kumasukkan semacam play center karena kalau untuk TK A harus empat tahun, enggak boleh kurang. Tapi, tentu saja urung aku lakukan. Ada cukup banyak kegiatan dan rencana yang memang harus di-cancel karena biar bagaimana kesehatan bersama tetap yang utama.

Jika sebelum penetapan status darurat nasional, Taka cukup sering (atau sangat sering malah huehehe) kuajak ngebolang (perjalanan jauh terakhir ke tempat beda region), maka setelah penetapan status darurat nasional dia anteng saja di dormi. Hanya sekali saja kuajak jalan yang mengharuskan naik kendaraan umum, yaitu saat vaksin varicella. Selebihnya, tidak.

Namun, bukan berarti selama sebulan penuh itu dia "kusimpan" di dalam ruangan aja, ya. Kasihan jugalah. Sesekali, Taka kuajak main ke sekitar dormitory. Ya, secara kasat mata lokasinya memang sangat sangat sangat dekat dengan tempat tinggal, enggak jauh-jauh. :D

Hikmahnya adalah... ternyata ada begitu banyak tempat sekitar yang tidak kalah indah dan menarik. MasyaaAllah. 

Nah, berikut ini beberapa dokumentasinya.












Meski enggak bisa jalan-jalan jauhh, tapi bocah tetap bahagia dan ceria. Alhamdulillah. Dan meski, perayaan ulang tahun di dalam dormitory saja, tapi dia enggak protes. (Jujur aja dia juga enggak terlalu ngerti konsep ulang tahun karena sejak awal aku enggak pernah merayakannya, entah itu ulang tahunku sendiri/suamiku/anakku. Xixixi. Bukannya enggak romantis, tapi Allah lebih tahu bahwa meski terlihat lempeng tapi doaku enggak pernah putus buat keluargaku agar selalu diberikan yang terbaik. Begitulah. Maaf kalau enggak romantis ala drama Korea. :D)


Meski suasana di luar sedang gonjang-ganjing yang berimbas pada kegiatan anak di luar yang jadi sangat-sangat dibatasi demi keamanan dan kesehatan, tapi bukan berarti tidak bisa bahagia serta ceria. Karena sejatinya, bahagia itu sederhana dan bisa didapat dari berbagai macam cara. Semoga anak-anak kita yang tumbuh di masa pandemi ini tidak sampai kehilangan masa kecilnya, ya. Aamiin. Postingan selanjutnya masih dengan tema yang sama: kondisi di Jepang saat deklarasi darurat nasional. Bukan catatan dari seorang pakar, melainkan catatan sehari-hari yang kualami dan rasakan selama pandemi dari orang Indonesia yang sedang berada di negeri sakura. Kelak, ini akan jadi kenangan. :)

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)