Hari ke-169 di Jepang: Pengalaman Vaksin (Varicella) Anak di Masa Pandemi

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - June 17, 2020


Bagaimana rasanya memvaksin anak di masa pandemi saat pemerintah mendeklarasikan status darurat nasional? Pertanyaan retoris sih ya ini karena jawabannya pun semua udah tahu: DEG-DEG-AN.

Inilah yang aku alami sekitar dua bulan yang lalu. Tepatnya sehari setelah PM Abe mendeklarasikan status darurat untuk semuaa prefektur di Jepang (dari yang asalnya hanya untuk tujuh prefektur saja), aku dan Taka harus ke klinik untuk vaksin varicella. Sebenarnya, Taka sudah pernah vaksin saat masih di tanah air. Namun saat pindah ke sini dan melapor ke City Hall sebagai warga baru, petugasnya bilang di Jepang vaksin yang kalau di Indonesia populer dengan nama cacar air tersebut diberikan dua kali untuk anak-anak. Sedikit berbeda, ya. Berhubung Taka baru sekali, artinya kurang sekali lagi. :)

Sebenarnya, kondisi Tsukuba saat pemerintah mendeklarasikan status darurat nasional kemarin tidak semengerikan atau se-horror itu. Malah jaauhh di dasar hati, aku berpikir kalau Tsukuba masih relatif aman (dan semoga seterusnya). Meski saat itu hampir tiap hari ada penambahan kasus, tapi tidak drastis, dan kasusnya pun sifatnya "impor" dari prefektur "tetangga". Ya, karena warga Tsukuba memang cukup banyak yang bekerja di prefektur sebelah secara dekat dan bisa dijangkau dengan mudah menggunakan kereta api Tsukuba Express atau bus. Tapi biar bagaimana, penambahan kasus baik itu di sini (seluruh Jepang) maupun dunia yang cukup signifikan setiap harinya membuatku khawatir juga sebagai orang tua. 

Sebagai langkah konkritnya, aku sudah mengurangi beberapa kegiatan bocah di luar. Padahal sebelumnya, dia termasuk sering main di taman atau bahkan playground. Taka senang sekali berinteraksi dengan orang lain beda dengan kedua orang tuanya yang pendiam dan kalem.

Lalu, seperti apa sih pengalamanku memvaksin anak di masa pandemi? Simak ceritaku berikut ini mulai dari berangkat hingga pulang kembali ke dormi.

Membuat Janji dengan Klinik

Yang pertama kulakukan pastilah membuat janji, memastikan bahwa aku akan memvaksin anakku hari dan tanggal sekian. Untuk pemilihan kliniknya sendiri, aku sengaja memilih tempat yang berbahasa Inggris biar nyambung kalau diajak ngomong. Pengalaman pertama dulu saat X-Ray, aku cuma "Hai' Hai'" aja saat dokternya menjelaskan sesuatu karena aku enggak ngerti orangnya ngomong apa wkwkwk. Bersyukur kala itu susternya menjelaskan lagi dalam bahasa Inggris bahwa semua baik-baik aja. 

Nah, kali ini aku enggak mau gituu, apalagi berhubungan dengan sesuatu yang akan dimasukkan ke tubuh anakku. Otomatis dong aku make sure tempat yang bisa komunikasi dua arah, yang sama-sama ngerti kalau ngomong.

Alhamdulillah, berbekal baca website tsukubainfo plus bertanya dengan para "pendahulu", mereka yang sudah lama tinggal di sini maksudnya, aku mendapat rekomendasi tempat yang cocok.

Sebenarnya, aku bisa daftar melalui websitenya. Tapi kok ya belum lega gitu rasanya. Jadilah aku memilih langsung bikin janji aja melalui telepon. Setelah deal hari dan tanggalnya, next kami siap-siap ke sana (bukan di hari yang sama tentunya).

APD alias Alat Pelindung Diri

Lokasi Takezono Family Clinic, nama tempat dimana Taka akan divaksin, sebenarnya enggak jauh. Cuma sekitaran 5 - 6 km saja dari tempat tinggal kami. Untuk pergi ke sana pun sangat mudah. Cukup naik bus C10 sampai Tsukuba Senta, lanjut jalan kaki sekitar satu km. Yang menyebabkan "spesial" dan tidak biasa ya kondisi. Bocah harus menggunakan masker serta sarung tangan sebagai alat pelindung diri.

Di Bus

Alhamdulillah, kondisi bus cukup atau bahkan sangat sepi. Anak sekolah dan kuliah memang belajar dari rumah. Pun karyawan makin banyak yang work from home

Bisa dibilang, jelas sekali bedanya antara sebelum dan sesudah deklarasi darurat nasional: dari ramai ke... sepiii. Padahal, tidak ada sanksi bagi yang "melanggar", sifatnya "hanya" anjuran dan himbauan jangan ke luar kalau enggak penting. Tapi alhamdulillah, orang-orang secara umum bisa diajak bekerja sama.

Di Jalan

Taka sangat antusias diajak vaksin karena bisa ke luar meski sejenak, lebih-lebih kondisi sepanjang jalan begitu menyenangkan untuk dinikmati.

Melewati Takezono Park yang menenangkan hati.
Jalanan pun lumayan sepi.

Kliniknya ada di seberang jalan.

Di Klinik


Sepi, itu yang ada dalam pikiranku saat sampai klinik.

Ada pengumuman ini di dekat tempat parkir.

Mobil di tempat parkir pun hanya ada satu.

Ternyata, aku datang terlalu awal. Huehehe. Kliniknya belum buka pas aku sampai. Padahal ya udah tahu sih jadwal klinik buka, cuma jaga-jaga aja kalau pasiennya banyak, makanya datang lebihh awal. Apalagi, ini kan pengalaman pertamaku ke sini. Ndilalah, sepii.


Pintunya masih tertutup.
Alhamdulillah, enggak berapa lama, klinik pun buka. Kami langsung dilayani dengan ramah oleh mbak-mbak resepsionisnya.

Aku mengisi form sebelum Taka divaksin.
Data-data yang harus kuisi.


Intinya sih tentang kondisi Taka sehingga sebelum benar-benar divaksin udah ada gambaran seperti apa.
Sementara itu, Taka bermain sendiri di tempat yang sudah disediakan.
Padahal ada televisi, tapi Taka memang lebih suka main.
Bosan main, dia duduk-duduk aja. Xixixi.
Selalu bawa mobil polisi ke mana-mana.
Kemarin, dia dapat nomor urut DUA. Jadi enggak berapa lama, langsung masuk, deh. 

Alhamdulillah, proses vaksinnya lancar. Dokter, suster, dan semuanyaa ramahh bangettt. Dokternya sempat bilang, "Please, let me know if there is a problem after he got vaccine," sebelum kami meninggalkan ruangan. Jadi ingat dokter anaknya Taka di Malang yang juga ngemong dan sabar. :)

Oh iya, biayanya berapa? GRATIS!

Bukti vaksin. Pertama di Indonesia, kedua di sini.

Perjalanan Pulang

Setelah berbasa-basi "pamitan", kami pulang. Oh iya, mereka mengingatkan bahwa Taka masih harus divaksin lagi setelah usia 3 tahun. Kali ini, Japanese Encephalitis (JE). Baiklah. :)


Rute jalan pulang sebelum naik bus.

 
Sampai Dormi 

Sesampainya di dormi, semua pakaian yang kami kenakan langsung masuk mesin cuci. Bocah langsung berendam. Sebenarnya "ritual" ini udah kami lakukan sebelum ada corona. Ya, meski di sini sangat bersihhh, tapi kok rasanya kurang nyaman kalau setelah pergi dari suatu tempat enggak membersihkan diri dan pakaian.


Itu tadi pengalamanku memvaksin anak di sini saat kondisi darurat April kemarin. Kalau saat ini, kondisi di Tsukuba sudah stage 1. Meski sudah mulai normal dengan kebiasaan baru, tapi kita semua harus tetap waspada. Semoga kondisi di seluruh dunia segera membaik, ya. Aamiin.
 










  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)