Jangan Remehkan Pernikahan yang Tidak Harmonis

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - October 28, 2018

Pernikahan






Jangan remehkan ketidakbahagiaan dalam pernikahan, karena efeknya tidak jauh beda dengan penyakit kronis: mematikan. Bedanya, yang satu kelihatan dan yang satunya tidak.
Ketidakbahagiaan dalam pernikahan bisa bersumber dari banyak hal. Namun secara garis besar bisa dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Bersumber dari diri sendiri
Sumber ketidakbahagiaan pernikahan yang berasal dari diri sendiri misalnya karena menikah dengan orang yang tidak dicintai & diri sendiri enggak ada usaha untuk belajar mencintai (jadi dari awal emang udah enggak sreg) atau bisa dari sikap diri sendiri yang pada dasarnya emang enggak pernah bersyukur sekalipun sudah memiliki & mendapatkan segalanya. 
2. Bersumber dari luar diri
Ketidakbahagiaan yang berasal dari luar diri sendiri bisa terjadi karena diri mendiamkan ketika dibully (bisa karena tidak berdaya atau yang lain) sehingga pihak ketiga pun bisa bebas semaunya. Suami suka main tangan, mertua dan ipar yang jahat, kedatangan pihak ketiga, anak yang tidak bisa diatur, adalah beberapa contoh di antaranya. 
Dua penyebab di atas bisa berakibat fatal kalau dibiarkan. Bersikap seolah-olah kuat, sabar, & tabah bukanlah solusi karena pastii akan ada efeknya walau dalam bentuk tidak langsung.
Misal, seorang istri rela dan sabar diperlakukan tidak adil oleh suaminya. Sekilas sikap istri  tersebut seolah bijak padahal ternyata ada efek negatifny. Ketika memiliki menantu perempuan, dia berusaha menjadikan si menantu tsb seperti dirinya dulu dan seolah enggak rela ketika menantunya bahagia bersama anaknya. Nah, bukankah ini juga tidak sehat? Bukankah banyak sekali yang semacam ini? Padahal si menantu perempuan enggak salah apa-apa. Dan kira-kira bagaimana perasaan orangtua si menantu perempuan ketika ibu mertuany memiliki niat seperti itu walau tidak ia sadari.
Ketidakbahagiaan dalam pernikahan juga bisa membuat seseorang sangat tidak suka melihat orang lain bahagia. Seperti kata pepatah hurt people hurt people. Misal, berkata-kata pedas menyakitkan padahal orang lain enggak mengusik ketenangan hidupnya/enggak merebut suaminya:
“Gitu aja dianterin, emang enggak bisa ya berangkat sendiri,” padahal sejatinya dia ingin juga diperlakukan seperti itu.
“Kalau aku sih emang pekerja keras ya enggak suka nganggur. Bedalah sama kamu yang di rumah aja,” padahal dia juga mau diperlakukan layaknya princes
“Kok gak hamil-hamil ya ntar suamimu nikah lagi lhoh,” entah apa untungnya bilang begini. Kenapa bahagianya harus nunggu ketika perasaan orang lain hancur? Na'udzubillah.
Atau keusilan lainnya.
Jika disimpulkan, ketidakbahagiaan dalam pernikahan bisa membuat seorang wanita menyakiti orang lain selain dirinya (ingin membuat orang lain menderita seperti dirinya) atau menyakiti diri sendiri (bunuh diri atau semacamnya).
Adakah wanita yang tidak bahagia dalam pernikahan tapi tidak seperti itu? Kenyataannya ada jika kita mau membuka mata. Wanita tersebut adalah sosok berhati mutiara, yang ikut bahagia melihat orang lain bahagia sekalipun dirinya penuh luka, dan yang tidak ingin orang lain merasakan apa yang ia rasakan. Wanita ini adalah wanita berhati bidadari. Semoga Allah memberikan yang terbaik dengan mengobati luka-luka di hatinya.
Sahabat, jika kita sudah tahu bahwa efek ketidakbahagiaan dalam pernikahan ini sifatnya domino banget, semoga kita memiliki usaha untuk membuat pernikahan kita bahagia sesuai dengan kondisi masing-masing. Peradaban besar dimulai dari keluarga. Yang itu artinya untuk membentuk peradaban terrbaikk dibutuhkan keluarga-keluarga yang sehat mental dan jiwanya, tidak hanya penampakan fisik saja yang mentereng. Semoga kita bisa mewujudkannya demi dunia yang lebih damai. Aamiin.
Sumber: tulisan saya di ummi online
(Postingan ini diikutsertakan dalam One Day One Post bersama Estrilook Community)

  • Share:

You Might Also Like

19 comments

  1. Dalam pernikahan kita dituntut harus bisa instropeksi diri, menahan ego, serta berkompromi. Dengan begitu, Insya Allah kita pun akan merasa nyaman n bahagia. Hehehe

    ReplyDelete
  2. Mencari kebahagiaan dengan mendekat pada Allah mungkin bisa jadi solusi...
    Semoga kita termasuk yang diberikan rizki pernikahan yang bahagia.

    ReplyDelete
  3. Kalo masalahnya dengan suami sepertinya lebih gampang diselesaikan krn bisa lgsg dibicarakan.. tp kalo masalahnya eksterNAL Sprti Yg dicontohkan Mba.. Dr keluarga suami misalnya.. spertinya lebih menuntut qt utk banyak legowo ya mba

    ReplyDelete
  4. Betul mba, kalau saya juga berprinsip sama. Kalau tak bahagia bilanglah tak bahagia dengan pasangan kita sebaliknya juga kalau bahagia ya disampaikan. Karena dengan begitu kita sebagai pasangan suami istri bisa saling intropeksi diri dan membangun keluarga dengan semangat kejujuran. Saya sempat bermasalah sedikit dengan ibu mertua, alhamdulillah setelah komunikasi dengan suami akhirnya skrg jadi cair... Insya Allah kalau pernikahan diniatkan dengan output mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat maka tidak pernah akan ada kebahagiaan yang tersembunyi.

    ReplyDelete
  5. Pernikahan di awali dengan niat karena mengharap ridho Allah insya Allah akan langgeng perjalanannya aamiin

    ReplyDelete
  6. Banyak wanita yang sudah telanjur menjalani pernikahan yang tidak bahagia, bagaimanakah solusinya?

    ReplyDelete
  7. Seram juga dampak ketidakbahagiaan yang tak terlihat dan dipendam. Ibarat bom waktu yang siap meledak suatu hari nanti ketika menemukan pemicunya.

    ReplyDelete
  8. Aamiin. Seorang perempuan dan ibu harus bahagia, karena ketidakbahagiaan ibu akan sangat berdampak pada anak.

    ReplyDelete
  9. Mungkin sumber terbesar adalah diri dan pasangan, Ketika menikah ternyata banyak hal yang tidak sejalan. Komitmen, cinta, dan tanggung jawab serta anak adalah alasan untuk bertahan.

    ReplyDelete
  10. Kadang orang lain merasa jauh lebih paham kita ya daripada kita sendiri..hiks. karena itu mereka berani mengatakan ini itu ...

    ReplyDelete
  11. Dalam sebuah pernikahan menurut saya harus bisa saling menguatkan antara suami dan istri, sehingga ketika ada ujian dari luar bisa kuat. Jujur dan terbuka, insyaAlloh ada solusi. Hehe...

    ReplyDelete
  12. Tak ada yang bisa kukatakan mengenai pernikahan, karena air mata ini selalu menetes

    ReplyDelete
  13. Ya allah semoga Engkau menjauhkan kami semua dari pernikahan yang begitu

    ReplyDelete
  14. "ketidakbahagiaan dalam pernikahan bisa membuat seorang wanita menyakiti orang lain" Nauzdubillah, mudah-mudahkan kita dijauhkan dari hal-hal seperti itu, ya, Mba. Sangat menarik artikelnya. terima kasih sudah berbagi.

    ReplyDelete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)