Jangan Minder jika Kamu Introvert, Ini Alasannya

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - October 17, 2018

Jangan Minde Jika Kamu Introvert, Ini Alasannya


“Introverts, in contrast, may have strong social skills and enjoy the parties and business meetings. But after a while wish they were home in their pajamas. They prefer to devote their social energies to close friends, colleagues, and family. They listen more than they talk, think before they speak, and often feel as if they express themselves better in writing than in conversation. They tend to dislike conflict. Many have a horror of small talk, but enjoy deep discussions,” Susan Cain

(1) Pendiam (tidak terlalu suka bicara hal-hal yang sifatnya remeh temeh), lebih suka bekerja sendiri, lebih terbuka dengan orang-orang yang benar-benar dikenal, cepat lelah ketika berada di keramaian, tidak terlalu suka berdebat, menjaga keharmonisan (perdamaian), pendengar yang baik, dan mendapatkan energi baru setelah menyepi atau menyendiri; atau
(2) Mendapatkan energi baru di keramaian, suka bicara banyak hal mulai dari yang remeh temeh hingga yang berat, tidak terlalu suka mendengarkan, lebih suka ramai daripada sepi, dan biasanya tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika sedang sendiri.

Pernah menemukan orang-orang dengan karakter seperti di atas? Atau, mungkin kita sendiri. Yang manakah?

Kelompok pertama (kaum introvert) sering disalahartikan sebagai orang-orang pemalu, padahal tidak. Mereka, kelompok pertama ini, hanya tidak mau membuang-buang energi untuk show off dan lebih suka bekerja/belajar (memperbaiki diri terus-menerus). Sedangkan kelompok kedua (kaum ekstrovert), mereka disebut-sebut sebagai golongan yang lebih bisa sukses, lebih bisa menguasai dunia, dan lebih cocok menjadi pemimpin karena dinilai lebih ekspresif dan lebih terbuka.

Benarkah? Tentu saja tidak. Baik ekstrovert maupun introvert, kedua kelompok itu sama-sama memiliki peluang untuk sukses dengan cara mereka masing-masing. Bill Gates (pemilik Microsoft), Mark Zukerberg (pencipta Facebook), Mahatma Gandhi (tokoh perdamaian dunia dari India), dan Bung Hatta (pahlawan proklamator) adalah beberapa contoh kaum introvert yang kontribusinya untuk negara bahkan dunia tidak diragukan lagi.
Sedangkan untuk wanita berkepribadian introvert, kita memiliki contoh Marissa Mayer, CEO Yahoo yang dinobatkan oleh Majalah Forbes sebagai CEO wanita termuda di dunia, yang ternyata mengaku pendiam dan tidak terlalu suka dengan keramaian. Ada juga JK. Rowling, penulis novel Harry Potter yang karyanya sangat digemari oleh hampir seluruh orang-orang di dunia. Sertaa, Emma Watson, pemeran Hermione tokoh fiksi dalam film Harry Potter, yang ternyata di kehidupan nyata karakternya juga tidak jauh beda dengan tokoh fiksi yang ia perankan yakni rajin belajar, cerdas, dan tidak terlalu suka berpesta.
Beberapa tokoh yang disebutkan sebelumnya ternyata memiliki kepribadian INTROVERT. Jadi, masihkah kaum introvert dinilai tidak akan bisa sukses? Tentu saja, salah kaprah ini sangat perlu diluruskan.

Dalam bukun The Introverted Leader: Building on Your Quiet Strength dijelaskan bahwa sesungguhnya kaum introvert memiliki beberapa kelebihan (keunikan) yang tidak dimiliki oleh kaum ekstrovert, yaitu: berhati-hati dalam bertindak (tidak gegabah), berpikir dulu sebelum berkata, mencintai kedamaian (berpikir solutif), dan memiliki kelebihan pada komunikasi tertulis.

Kelebihan lain dari kaum introvert yang tidak bisa dianggap sepele yaitu kemampuan mendengar yang baik. Mereka tidak segan-segan mendengarkan siapa pun bercerita. Mereka juga akan memberikan perhatian dengan saksama. Mereka, kaum introvert, memang lebih suka mendengarkan, lebih suka menyimak, dan lebih suka mengamati. Bagi kaum introvert, kegiatan yang menurut orang lain membosankan itu, adalah bagian dari proses belajar (proses penelitian).

Dan, sadarkah bahwa hal tersebut sebenarnya adalah modal yang sangat berharga untuk menggapai tujuan, menggapai cita-cita, dan modal untuk menakhlukkan dunia? Mereka yang bisa menjadi pendengar yang baik biasanya akan selalu bisa menampung aspirasi atau masukan dari mana saja, apapun bentuknya. Mereka yang memiliki kemampuan mendengarkan lebih baik akan memandang setiap kritikan sebagai sebuah perhatian, bukan sesuatu yang harus ditangisi atau diratapi.

Meskipun demikian, mendengarkan setiap aspirasi bukan berarti mengikuti setiap perkataan orang karena toh pada akhirnya keputusan tetap ada pada diri sendiri. Tapi setidaknya dengan memiliki kemampuan mendengar yang lebih baik, seseorang akan memiliki sudut pandang yang lebih luas, perspektif yang lebih kaya, pemahaman yang lebih baik, dan biasanya tidak akan mudah menjustifikasi orang atau kelompok yang berseberangan dengannya.

Tidak semua orang bisa menjadi pendengar yang baik. Hampir kebanyakan orang ingin didengarkan, tapi tidak mau mendengarkan. Hampir sebagian besar orang ingin diperhatikan, tapi enggan memperhatikan. Benar, kan?
Dan biasanya, orang-orang yang berkepribadian introvert tidak akan mengalami kesulitan melakukan itu semua, tidak ada keterpaksaan karena pada dasarnya mereka memang suka mengamati, suka memperhatikan, dan suka mendengarkan. Dalam pikiran kaum introvert, dengan lebih banyak mendengarkan, mereka bisa mendapatkan ide yang lebih baik dan lebih banyak. Tidak heran jika pada akhirnya orang-orang berkepribadian introvert memiliki banyak penggemar. Siapa sih yang bisa menolak pesona orang yang selalu bisa mendengarkan dan memberikan perhatian dengan saksama yang semuanya dilakukan dengan tulus tanpa ada paksaan dari siapa-siapa? 
Orang-orang introvert juga dikenal sebagai sosok yang memiliki ide-ide antimainstream atau tidak biasa. Tentu saja kita sudah bisa menduga kenapa  mereka seperti itu. Ya, karena mereka adalah pendengar yang baik, karena mereka adalah penampung inspirasi, dan karena mereka adalah pengamat yang baik.

Sayangnya, salah kaprah mengenai introvert-ekstrovert tersebut membuat beberapa (atau mungkin banyak) orang-orang berkepribadian introvert malu mengakui dirinya sebagai introvert. Mereka berusaha mengubah diri menjadi ekstrovert yang sejujurnya sama sekali tidak membuat mereka nyaman. Atau, jika mereka tetap dengan ke-introvert-annya, mereka menjadi sosok yang tidak percaya diri dan stagnan (gitu-gitu aja).
Padahal, tidak ada yang salah dengan seorang introvert. Apalagi, orang-orang berkepribadian introvert ternyata memiliki kelebihan yang mungkin tidak dimiliki orang orang-orang pada umumnya (orang-orang berkepribadian ekstrovert), beberapa di antaranya seperti yang sudah disebutkan di atas.

Jadi, seharusnya, kaum introvert tidak perlu malu atau minder atau berusaha mengubah jati diri hanya untuk diakui yang pada akhirnya malah membuat diri menjadi tidak nyaman. Kaum introvert yang saat ini belum sadar bahwa diri mereka itu sangat berharga harus segera sadar, harus segera “bertobat”. Jadilah diri sendiri, fokuslah untuk selalu belajar, dan maksimalkan kelebihan serta potensi yang dimiliki, dan lihat apa yang akan terjadi kemudian. Always proud and thankful to be an introvert! 

"There’s zero correlation between being the best talker and having the best ideas.” Susan Cain


Referensi:
Kahnweiler, Jennifer B. 2009. The Introverted Leader – Building on Your Quiet Stregth. San
Fransisco: Berrett-Koehler Publishers.
Laney, Marti Olsen. 2014. The Introvert Advantage. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Loehken, Sylvia. 2014. Quiet Impact. Great Britain: John Murray Learning.


(Tulisan saya ini juga ada di Majalah cetak Insani)

(Postingan ini diikutsertakan dalam One Day One Post bersama Estrilook Community)

  • Share:

You Might Also Like

2 comments

  1. Saya dulu sempat minder dan aneh dengan diri saya sendiri karena saya mudah lelah kalau ketemu banyak orang. Skrg udah biasa. Kalau ada yang bilang saya mengasingkan diri atau apa, saya cuek aja. hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba
      sama
      dulu saya merasa energi habis setelah koar2 atau interaksi lama dengan orang banyak adalah sebuah kekurangan, tapi sekarang malah bersyukur hehehe
      welcome to the club y, mbaa

      Delete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)