Jangan Buru-Buru Marah, Pahami Dulu 7 Alasan Kenapa Naskahmu Ditolak Penerbit

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - October 24, 2018

Jangan Buru-Buru Marah, Pahami Dulu 7 Alasan Kenapa Naskahmu Ditolak Penerbit


Menjadi editor lepas selama kurang lebih tujuh tahun, dari mulai zaman lugu dan polos sampai sekarang, membuat saya banyak belajar mengenai proses penerbitan sebuah buku dari sisi editor. Dan, hal tersebut sangat membantu saya ketika menulis naskah. Sebenarnya sampai saat ini pun, saya masih terus belajar. Penginnya sih jadi orang yang enggak cepat puas gituu biar enggak malas belajar.

Dunia penerbitan tidak sesederhana yang dikira pembaca. Untuk sampai menjadi sebuah buku yang baguss, semuanya butuh proses yang panjang. Salah satu penerbit tempat saya bekerja sebagai editor lepas dulu, zaman masih di Bekasi, malah menggunakan jasa konsultan juga sebelum buku benar-benar dicetak. Tujuannya agar buku-buku tersebut benar-benar berkualitas sehingga tidak ada pembaca yang "tersesat".

Jika dari sisi penulis, naskah ditolak itu bikin emosi jiwa atau bahkan mungkin hancur harga diri (ya kali selebay itu, xixixi), maka tidak demikian dari sisi penerbit. Saya mencoba berbagi pengamatan selama tujuh tahun jadi editor lepas kenapa kok sebuah naskah yang menurut penulisnya sudah keren dan bombastis abis enggak ada yang bisa nyamain DITOLAK. Semoga apa yang saya bagi ini bermanfaat untuk calon penulis, ya. Aamiin.

Sebenarnya, penyebab naskah ditolak itu ada banyak. Namun, saya menyederhanakannya menjadi 7 poin. Apa saja?

1. Naskahmu memang jelek
Maaf kalau terlalu menyakitkan. Tapi naskah ditolak bisa jadi memang karena jelek entah itu dari sisi bahasa, gaya penulisan, atau yang lain. Intinya, naskah yang dikirim tadi memang perlu perbaikan dari sisi kualitas. Jangan baperr, semua penulis rata-rata pernah. Pun penulis yang sudah punya nama bahkan bukunya dijadikan film. Saya pribadi justru bersyukur ketika naskah saya ditolak karena kualitasnya yang kurang oke. Itu artinya, saya diberi kesempatan untuk memperbaiki.

2. Naskahmu enggak sesuai dengan idealisme penerbit
Penerbit A khusus menerbitkan naskah pelajaran, tapi kamu ngotot ingin menerbitkan novel di situ. Yaa, gimana, ya. Ya jangan baper sih kalau ternyata tulisanmu ditolak lha wong idealismenya aja udah bedaa. Itu sebabny, penting untuk mempelajari profil penerbit sebelum kamu mengirim naskah. Yaa, biar enggak sia-sia nunggu gitu.

3. Naskahmu sama aja dengan yang lain
Tema bisa saja sama, tapi isi harusnya beda. Karena tiap penulis, pastilah punya sudut pandang yang berbeda. Nah, jika naskahmu sama aja dengan buku-buku yang ada di pasaran, lalu apa bedanya? Apa yang akan didapat pembaca saat membeli bukumu jika pembaca sudah mendapatkannya di buku lain yang lebih dulu terbit. Itu sebabnya, jadi unik memang perlu.

4. Tulisanmu enggak ramah pembaca
Kamu nulis buku yang bahasanya hanya kamu dan Allah saja yang mengerti. Yaa, gimana, dong. Menulis sesuatu dengan bahasa mbulet mungkin terkesan jenius ya. Padahal kalau kata salah satu ilmuwan, orang jenius yang sebenarnya itu bisa membahasakan sesuatu yang sulit dengan gaya cerita yang sederhana dan mudah dipahami siapa aja.

5. Plagiat
Ini mah enggak usah ditanya, ya. Semua orang juga sepakat. Mana ada penerbit yang mau meng-acc naskah yang ternyata plagiat. Yekan.

6. Mengandung SARA

7. Kamu enggak sopan
Naskahmu sudah baguss, tapi email kamu penuh dengan huruf kapital dan tanda seru. Ehm, ya udah. Emang penulis cuma kamu? Xixixi. Masih banyak kok penulis yang tulisannya bagus dan orangnya baik hati.


Nahh, itu tadi ketujuh alasan alias kemungkinan kenapa naskah kamu bisa ditolak penerbit. Sejujurnya, ditolak itu masih mending daripada digantung alias enggak ada kabar. Semangat, ya! Silakan jika ingin menambahi poinnya. Dengan senang hatii.


(Postingan ini diikutsertakan dalam One Day One Post bersama Estrilook Community)

  • Share:

You Might Also Like

32 comments

  1. Ternyata, ini toh penyebab naskah ditolak penerbit. Banyak yang udah pakai marah-marah dan menyalahkan penerbit tapi tidak mau berkaca pada naskahnya sendiri. Terima kasih sudah mengingatkan.

    ReplyDelete
  2. aku ngebayangin kalo seandainya tulisanku masuk ke penerbit, hihih
    menghayati banget tulisannya mba myosi, haha :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. xixixi seolah-olah kayak ibu2 cerewet padahal gak, nulisny sama nungguin anak maen heheh

      Delete
  3. saat ini cuma bisa membayangkan naskahku masuk ke penerbit. semoga suatu saat benar terjadi.

    ReplyDelete
  4. Nah... jangan-jangan itu. Perbaiki lagi naskah yo.

    ReplyDelete
  5. Terimakasih mbak sharingnya. Bermanfaat banget untuk saya yang masih pemula banget ini.

    ReplyDelete
  6. Ketawa baca nomor 4 :D Masyaallah Mbak ini keren banget! Saya boleh ngiri, ya, hehe, biar semangat belajar saya yang newbie ini:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkk
      Senang bisa bikin orang lain ketawa
      Semoga hari2nya menyenangkan y, Mb :)

      Delete
  7. Kereen ... Jadi tau dunia penerbitan.

    ReplyDelete
  8. Ups, kayaknya naskah saya mmg masih jelek nih... Hehe. Terima kasih sharingnya, jadi makin semangat berlatih terus. Bismillah smg segera punya buku solo.

    ReplyDelete
  9. Point terakhir itu, jangan2 dia nggak tahu gimana caranya kirim email yang baik dan benar mbak.

    ReplyDelete
  10. Waduh, ini mah mastah banget deh di dunia literasi, senang bisa kenalan dengan dirimu, Mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku juga senang kenal Mb Muyass
      Mesti matur nuwun sama Mas Huri, nih 😁

      Delete
  11. tapi soal plagiat, masih suka ada penerbit yang kecolonga ya, mba. Naskahnya sudah diterbitkan, tau-taunya plagiat.
    Sebagai penulis memang harus tetap berbesar hati saat ditolak.

    ReplyDelete
  12. wah menarik kak, kadang memang kita perlu merasakan ditolak penerbit untuk sebuah perbaikan tulisan kita

    ReplyDelete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)