Hari ke-153 di Jepang: Lebaran di Tsukuba

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - June 01, 2020


Welcome, June! Please, be nice to us. :)

Meski Hari Raya Idul Fitri sudah lewat seminggu, tapi masih bolehlah ya dibahas di sini. Toh, masih Syawal. Terlebih lagi, suasananya sangat berbeda. Selain karena ada corona, ini juga lebaran pertamaku di luar tanah air. Pastinya, ada sensasi tersendiri yang rasanya sayang kalau tidak dikenang dalam bentuk tulisan.

Lalu, seperti apa hari raya di Jepang? Gimana rasanya?

Saat menjejakkan kaki pertama kali di "bumi" Tsukuba, kami punya rencana akan salat ied kalau enggak di Masjid Tsukuba ya Masjid Indonesia Tokyo (sekalian). Ya, di antara dua tempat itu. Jika yang pertama bisa dijangkau hanya dengan bersepeda dari dormitori, maka yang kedua harus naik bus kurang lebih se-jam-an. "Seru pastinya! Kalau di Tokyo, pulangnya mampir KBRI secara biasanya ada open house, huehehe," ekspektasiku saat itu.

Keluarga di Indonesia pun udah siap lahir batin dengan ketidakpulangan kami. Ibu malah berkali-kali bilang balik ke tanah airnya kalau udah selesai aja biar enggak repot (dan juga hemat ongkos, lol).

Aku bahkan udah bawa "seragam". Ada yang Indonesia bangett, batik. Ada yang biasa aja. Terserah nanti mau pilih yang mana. Meski kutahu lebaran di Jepang enggak mungkin sama dengan di Indonesia yang dirayakan se-negara, tapi toh aku tetap well prepared.

Sebenarnya, ekspektasiku enggak muluk. Nuansa lebaran di tanah air dengan di sini pastinya sangat berbeda meskipun enggak ada corona. Aku paham kalau enggak akan ada azan dengan volume keras, takbiran, pawai keliling, dan  mercon. Suasananya bakal biasa aja, tidak ada bedanya dengan sehari-hari. Tapi at least, aku bisa melihat guyup-nya muslim dari mana pun yang ghiroh-nya lebih terasa "berbeda" ketika berada di negara dimana orang-orang sejenis aku menjadi minoritas.

Namun manusia hanya bisa berencana. Siapa sangka kalau 2020 akan seperti ini. "Serangan" virus membuyarkan semuanya. Tidak pernah kusangka bahwa lebaran bisa seambyar ini. Bayangan untuk bisa berinteraksi dengan saudara muslim entah itu dari yang senegara atau dari negara lain pun pupus karena saat pandemi interaksi justru menjadi hal yang sangat dan bahkan harus dihindari.
 
Sumber gambar: IG KBRI


Walau demikian, masih ada banyakk yang bisa dinikmati. Seperti kata pepatah, "Tak ada rotan, akar pun jadi". Pun lebaran kemarin. Meski jauh dari bayangan bukan berarti harus diratapi, masih banyak hal lain yang bisa disyukuri.


1. Status darurat di Tsukuba dicabut menjelang Idul Fitri

Sejak kasus Covid-19 pertama muncul di Tsukuba Maret silam diiringi penambahan yang cukup signifikan se-Jepang, pergerakan orang-orang memang jadi sangat terbatas. Meski peraturannya enggak ketat alias "hanya" himbauan terus-menerus, dalam artian kalau melanggar enggak ada sanksi tegas, tapi kami tetap enggak enak hati kalau pergi untuk hal-hal yang tidak penting. Pun orang-orang di sini. Mereka cenderung koorperatif.


Alhamdulillah, semua membuahkan hasil. Beberapa hari sebelum lebaran, tepatnya 14 Mei, pemerintah mencabut status darurat di 39 prefektur, Ibaraki termasuk di dalamnya. Salah satu hal yang menjadi pertimbangannya adalah tren kasus yang cenderung turun. Di tempatku tinggal misalnya, Tsukuba, total kasus hingga detik ini 27. Sedangkan di prefekturku, Ibaraki, total kasusnya ada 168. Semoga enggak nambah lagi. Aamiin.
Sumber gambar: Ibarakinews & StopCovidIbaraki

Meski tetap tidak boleh lengah dengan kondisi yang sudah sedikit membaik, tapi setidaknya pencabutan tersebut membuatku lega. Ini semacam "hadiah" menjelang lebaran. Jujur, aku sendiri jadi lebih sering pergi untuk sekadar metime meski hanya ke sekitaran Tsukuba saja.


2. Salat ied di masjid dengan syarat dan ketentuan berlaku

Jika sebelumnya kegiatan yang sifatnya mengumpulkan/mendatangkan massa sempat ditiadakan (termasuk salat jumat), menjelang lebaran salat ied di Masjid Tsukuba diperbolehkan dengan syarat dan ketentuan berlaku.

Dari yang kubaca di Fan Page Masjid Tsukuba, seperti inilah protokolnya:

ANNOUNCEMENT:
Assalamualaikum,
Insha Allah, we will pray Eid prayers this Sunday in three session (maximum 100 people for each session) as followed:
1- First Eid prayer will start at 8:00am
2- Second prayer will start at 9:00am
3- Third prayer will start at 10:00 am
Anyone who would like to pray in the Masjid, we request to follow the rules below:
1- Make wudhu at home
2- Bring and wear your own mask😷
3- Bring your own prayer mat
4- Before entering the Masjid please wash your hand with soap (available outside close to the entrance door).
5- We arranged sanitizer, so please use it before entering in prayer hall.
6- If you have fever, headache or not feeling well, please do not attend.
7- Please follow the mark in masjid (1 meter distance )
8- Please avoid handshake or hugging each other and please minimize your time in masjid.
8- Before leaving the masjid, please don’t forget to wash your hands with soap.
9- We regret to announce that due to risk of corona virus, it’s quite difficult for Tsukuba Masjid representatives to manage and control ladies side for Eid ul Fitr prayer.  We request ladies and children to stay at home during Eid prayer.
10- Please refrain from traveling from outside Ibaraki prefecture to pray at Masjid Tsukuba.
We request you to cooperate with management team.
Thank you for your cooperation in advance.

Meski begitu, anjuran dari pihak KBRI adalah warga salat sendiri atau bersama keluarga di rumah masing-masing demi keselamatan bersama.

Sumber gambar: KBRI


3. Lebaran di hari libur
Sumber gambar: FP Masjid Tsukuba

Alhamdulillah, Idul Fitri tahun ini jatuh pada hari libur. Buat kami yang tinggal di sini, momen tersebut rezeki banget karena itu artinya suami benar-benar libur kuliah. Sereceh ini bahagiamu, Mbak? Iya, nih. LOL.
 

4. Kehangatan tetangga begitu terasa meski tidak bisa berinteraksi lama di dunia nyata

"Gimana Mbak rasanya jauh dari keluarga?" pertanyaan beberapa teman saat aku baru aja pindah ke sini. Meski bukan pertama kalinya aku merantau, tapi pertanyaan serupa masih sering kudengar. Alhamdulillah, baik-baik aja sejauh ini. Bagi wanita yang sudah menikah, rumahnya adalah di mana suaminya berada. Prinsipku sih gitu, ya. Apalagi, baik orang tua maupun mertua juga mendukung, enggak  nggandoli. Doakan kelak aku bisa seikhlas mereka ya pas "melepas" Taka. :D

Bersyukur, di setiap tempatku merantau, Allah juga selalu saja mempertemukanku dengan orang-orang baik. Enggak terkecuali, di sini. Saat hari raya kemarin misalnya, sejak H-1 hingga hari H, tetangga datang silih berganti untuk mengirim makanan khas lebaran. MaasyaaAllah. Sebagai "pendatang baru", jujur aja aku sangat terharu. Tidak ada kata lain selain itu.


5. Telepon, WA video call, dan Zoom dengan keluarga

Meski tidak bisa bersua di dunia nyata, alhamdulillah kami masih bisa "reuni" dengan keluarga di dunia maya. Dengan orang tua, kami menelepon. Dengan keluarga mbak, kami berkomunikasi melalui WA video call. Dengan mertua serta adik-adik, media zoom yang dipakai. Bersyukur, teknologi memudahkan semuanya. 

Lebaran dengan mertua dan tiga adik ipar (Malang) & adik ipar yang sudah menikah (Taiwan), dokpri
  

6. Mendokumentasikan hari H lebaran di Tsukuba


Karena lebaran tahun depan di tanah air, jadi tahun ini wajib banget didokumentasikan meski sepi, huehehehe.


Kampus suami, dokpri

Kampus suami, dokpri.
Masjid Tsukuba, dokpri

Semoga Allah memberi kesempatan lagi nanti untuk bisa berlebaran di negeri Sakura. Aamiin.


7. Enggak LDM lagi

Jika lebaran 2017, 2018, dan 2019 masih long distance marriage sehingga beberapa hari setelah hari raya siap-siap berpisah, maka tahun ini enggak. Alhamdulillah. Which of the favors of Allah would you deny??


Tidak hanya di sini, di mana pun, nuansa lebaran tahun ini pasti berbeda. Namun, kuyakin bahwa akan selalu ada hal yang bisa kita syukuri di setiap detiknya. Mohon maaf lahir batin ya, Kawan. Semoga kondisi dunia segera membaik meski mungkin tidak akan pernah sama lagi. Semangat selalu! :)

  • Share:

You Might Also Like

36 comments

  1. Bumi Tsukuba, aku tadi salah bacanya tsubasa :-D keseringan lihat anak-anak nonton kartun.
    Harusnya bisa merayakan momen lebaran yang berbeda di Jepang ya, tapi sayang karena pandemi semua harus berubah.
    Alhamdulillah menjelang lebaran ada perubahan status dan semoga makin ke sini trendnya makin turun ya.
    Maaf lahir batin mbak.

    ReplyDelete
  2. Salam kenal mba, maaf lahir dan batin juga.
    Wah seneng banget ya punya cerita Idul Fitri di negara lain. Pasti banyak kisah yang seru. Sayang sekali masih suasana pandemi jadi sepi ya mbak

    ReplyDelete
  3. Meski suasana lebaran di Jepang gak sesuai ekspektasi, tapi ada pengalaman baru ya Mba merayakan hari raya lebaran di luar Indonesia hehe

    ReplyDelete
  4. Meski lebaran kali ini jauh lebih sepi, insya Allah tetap penuh berkah dan ada hikmah yg dapat kita petik ya mba.. Mumpung masih Syawal.. maaf lahir batin ya mba

    ReplyDelete
  5. wew, idul fitri nya di jepang.. benar-benar jauh banget dari keluarga yaa..

    semoga virus ini lekas berakhir biar kita semua bisa lepas rindu dg keluarga.. Amiinn..

    ReplyDelete
  6. Seneng banget baca pengalaman idul fitri di Jepang.
    Semoga someday saya dan suami bisa traveling ke sana.
    Doakan ya mbak... hihihi

    ReplyDelete
  7. Jepang, salah satu negara yang jadi wishlist saya selain Korea :) semoga suatu hari nanti bisa menginjakan kaki di sana, amin!

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah ya mba. Walaupun jauh dari ekspektasi tapi yang penting gak jauh dari suami hehehe. insyaallah tidak mengurangi kehangatan lebaran. Maaf lahir bathin ya

    ReplyDelete
  9. Lebaran yang penting maknanya. Ditambah teknologi mendekatkan yang jauh. Tetap bersyukur bisa silaturahmi dengan semua keluarga ya mbak

    ReplyDelete
  10. Boleh tau nama kampusnya, kak?
    Sungguh merasakan sekolah di luar negeri itu bikin betah. Semua fasilitas lab dan literasinya lengkap.

    Gini masku dulu sempet ga pulang-pulang ke rumah saking asiknya di lab.
    Kalau di rumah, gak bisa ngapa-ngapain, katanya.
    Padahal internet Jepang kan salah satu yang terbaik yaa...

    Taqabbalallahu minna wa minkum, kak.

    ReplyDelete
  11. Enjoy your Eid celebration in Japan. It is always different celebrated away from home and Indonesia and we did that so many times as well.maaf lahir batin

    ReplyDelete
  12. Apapun kondisinya masih banyak berkat yang patut kita syukuri setuju banget mbak

    ReplyDelete
  13. Iya mba, semua orang di dunia yang merayakan Idul Fitri sedang tidak bisa saling berkunjung dan berkumpul bareng keluarga. Tahun ini benar-benar masa dimana suatu saat kita akan mengingatnya sebagai sejarah tersendiri dalam hidup.

    ReplyDelete
  14. Selamat Idul Fitri mbak, salam dengan keluarga ya. Senang banget bisa virtual komunikasi dengan keluarga di Hari Lebaran kemarin ya. Btw aku pengen juga ke Jepang mbak hehe

    ReplyDelete
  15. Wah, sama ternyata ya, di Jepang pun gak ada shalat Ied di masjid. Walopun jumlah kasus Covid19 udah menurun. Walopun sedih, ada banyak hikmah ya. Masih bisa silaturahmi secara online. Monal Aizin Walfaizin, Mbak. Mohon maaf lahir dan batin

    ReplyDelete
  16. Sepertinya nggak jauh beda dengan lebaran di Indonesia Mbak. Tahun ini pada nggak kemana-kemana kami juga kok. Nggak ketemu orang tua bahkan ke tetangga pun buat keliling dari rumah ke rumah nggak bisa. Asli lebaran di rumah aja.

    ReplyDelete
  17. MasyaAllah seru banget bisa baca pengalaman lebaran di Tsukuba. Saya punya cita-cita pengen belajar ke luar negeri, namun belum tercapai hehehe. Tapi membaca pengalaman orang lain selalu membuat hati bahagia. Salut sama Jepang yang sudah bisa mencegah covid agar tidak meningkat.

    Selamat idul fitri ya, mba. Mohon maaf lahir dan batin. Salam kenal ☺

    ReplyDelete
  18. Waaahh nggak papa lebaran di jepang ya mbak. Asal sehat2 selalu. Dedenya suaminya. Stay safe di sana, smga urusannya lancar, trs balik ke indo dlm keadaan sehat bahagia :).
    Salam kenal, maaf lahir batin mbak :)

    ReplyDelete
  19. wah happy ya bisa lebaran bersama lengkap alias ga LDM lagi, meski ada sedih juga karena harus jauh dengan orangtua, tapi semuanya apsti ada hikmahnya, semoga sehat-sehat di sana ya mBa, semoga someday aku bisa ngalamin tinggal di sana deh pengen tahu

    ReplyDelete
  20. maaf lahir batin juga mbak. seneng baca cerita pengalamannya lebaran di negeri orang. semoga selalu dalam keadaan sehat yang mbak dan keluarga di manapun berada.

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah mbak miyosi tahun ini bisa lebaran sama suami dan anak ya meski dlm suasana corona selalu ada kemudahan dinsetiap kesulitan mmg. Salam kenal mbak

    ReplyDelete
  22. Sama sama mba. Mohon maaf lahir dan batin juga ya. Wah senangnya sudah gak LDM an lagi. Mau bagaimanapun kondisinya asal kumpul bersama suami dan anak tercinta pasti ayem tentrem klo wong jowo bilang.

    ReplyDelete
  23. Ternyata meskipun yang terpapar sedikit, di Jepang tetap memberlakukan ketat ya mba tentang larangan shalat Ied berjamaah di ruang publik seperti masjid.

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah kasusnya sudah berkurang ya disana, jadi bisa shalat ied meski banyak syarat dan ketentuannya. Di daerahku juga Alhamdulillah sudah zona kuning setelah sebelumnya zona merah. Mohon maaf lahir batin ya Mbak semoha sehat-sehat terus Mbak Miyosi sekeluarga.

    ReplyDelete
  25. Aku sampai salah baca Mbak. Waktu baca di foto. bacanya tsubasa...wkwkw... Ttp semangat ya Mbak dimanapun berada, Ada Allah yg menemani.

    ReplyDelete
  26. Mbak Miyosi, maaf lahir batin, ya. Lama saya enggak berkunjung ke blog ini. Seneng baca tulisannya lagi. Oh,iya, pandemi ini mengubah banyak rencana dan banyak yang menunda kepulangan saat Idulfitri. Pastinya semua berharap pandemi ini cepat berakhir dan bisa beraktivitas seperti semula tanpa ada kekhawatiran.

    ReplyDelete
  27. Senangnya bisa melaksanakan shalat Ied berjamaah. Qadarallah, kami di Malaysia juga sama dengan Indonesia yang tidak dibolehkan menggelar shalat Ied. Kami pun mengerjakannya di rumah, itupun hanya suami dan si bungsu karena saya sedang cuti.

    ReplyDelete
  28. Tahun ini semuanya terasa berbeda ya mba. Alhamdulillah mba bisa kumpul dengan suami n anak. Stay safe ya mba

    ReplyDelete
  29. Mohon maaf lahir dan bathin ya mbak... ternyata seperti itu ya Lebaran di Jepang. Memang agak sedih ya lebaran tahun ini :(

    ReplyDelete
  30. Wah pengalaman menarik banget bisa tinggal di Jepang
    Jepang merupakan salah satu negara favoritku

    ReplyDelete
  31. Mohon maaf lahir dan batin ya mba, pasti berbeda ya bisa lebaran di jepang dan makin berbeda lagi karena ada wabah ini. Semoga cepat berlaluu, walau jauhan silaturahmi jalan terus ya

    ReplyDelete
  32. Keren ih mau dong cerita lebih banyak lagi mbakkuh

    ReplyDelete
  33. MasyaAllah, merasakan Lebaran di Negara orang dengan kondisi seperti ini pasti berasa banget ya Mbak kangen rumahnya, syukurnya masih bisa berkumpul meski melalui layar ya :)
    Maaf lahir bathin ya Mbak :)

    ReplyDelete
  34. Duh kapan saya bisa ke Jepang ya? Jepang salah satu destinasi yang ingin saya datangi suatu hati nanti aamiin hehe..senang membaca situasi Jepang saat lebaran

    ReplyDelete
  35. Mbak Miyosi masih di sana ya? Alhamdulillah udah gak LDM-an lagi ❤
    Lebaran tahun ini memang berbeda, tapi insyAllah banyak berkah dan hikmahnya.
    Btw, doain aku dan anakku someday bisa ke Jepang ya mbak. Impianku dari kecil yg menular ke anak 😊

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah, senangnya bisa melihat suasana lebaran di kota Jepang. Meski pandemi covid19 mengakibatkan sepinya hari raya tahun ini, semoga keberkahan selalu hadir ya kak. Bismillah, semoga harapanku bisa menginjakkan kaki di bumi Allah Jepan segera terkabul, meski belum tau kapannya. Hehe 😊😇

    ReplyDelete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)