7 Perilaku Orang yang Berpotensi Membuat Ibu Hamil Baper serta Cara Mengatasinya

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - April 02, 2019


Bumil baper??

Sebenarnya kalau masalah baper atau bawa perasaan atau apa-apa dipikir & dimasukin hati sih enggak perlu nunggu hamil yaa karena yang namanya wanita pasti sangat akrab dengan yang satu itu. Makhluk yang perasaannya melimpah ini emang enggak bisa lepas dari kebiasaan menganalisis segala sesuatu yang terjadi dengan begitu dalam dan sepenuh jiwa. Bedanya, ada yang ekspresif dalam mengungkapkannya, ada yang sok cuek & sok enggak butuh. Kalian termasuk tim yang manaa? Jangan baper yaa baca ini. Santai, Sist. Wkwkwk. Iya... iyaa... termasuk tim wanita kuat yang enggak pengin orang lain tahu kalau lagi baferr, tapi menangis saat lagi sendirian. Ehh, itu yang nulis, ding. Xixixi.

Maka bisa dibayangkan ya, jika dalam keseharian atau kondisi normal aja wanita enggak lepas dari yang namanya PERASAAN, lantas gimana pula saat hamil yang notabene hormon wanitanya mengalami lonjakan. Enggak heran, kalau ibu hamil jadi makin sensitif. Kalau kadarnya masih dalam taraf wajar sih enggak masalah. Tapi, kalau sudah sangat berlebihan, ehm... harus mendapatkan perhatian khusus biar enggak mengganggu kehamilan. Karena kalau kondisinya terus-menerus seperti ituu, yang rugi malah diri sendiri: enggak bisa menikmati hamil, bayi dalam perut pun bisa stress, dan interaksi dengan orang sekitar jadi enggak nyaman. Padahal, semua ibu yang tengah berbadan dua tentu memimpikan menjadi ibu hamil yang bahagia. Ya, kan.

Sebenarnya selain masalah perubahan hormon, hal-hal berikut ini juga bisa memicu baper pada ibu hamil. Apa aja? Berikut saya ambilkan dari tulisan saya di ummionline.

1. Diceramahi berlebihan seolah ibu hamil tersebut adalah gelas kosong yang enggak tahu apa-apa

Sebenarnya, kita bisa merasakan kok nasihat yang tulus ingin memberi informasi dengan yang ingin mempermalukan atau hanya untuk sekadar pamer ilmu.

Setiap wanita pastinya memiliki naluri keibuan. Jadi sebenarnya sudah fitrah jika siapa pun yang tengah hamil akan berusaha memberikan yang terbaik pada buah hatinya. Etisnya sih jika seseorang ingin memberi informasi, cukuplah sesuai porsi, enggak perlu juga menceramahi berlebihan seperti ngajarin anak-anak.

Ada baiknya memang jika sebelum meng-input sesuatu, seseorang tanya dulu kondisi orang tersebut seperti apa. Barulah setelah tahu, informasi atau hal yang terlewat (padahal penting) untuk bumil tersebut bisa diberi. Kalau tiba-tiba menceramahi bertubi-tubi rasanya kok kurang tepat ya. Ibu hamil kan bukan balita. Meski maksudnya baik, tapi penyampaian yang enggak tepat bisa membuat salah paham.


2. Dibandingkan

Enggak bisa dimungkiri memang semua orang kadang tergoda untuk membandingkan dirinya dengan orang lain hanya untuk sekadar tujuan receh: menunjukkan bahwa dirinya lebih baik, kuat, tabah, hebat, dan semacamnya. Bumil pun tidak lepas jadi sasaran.

“Aku dulu sih pas hamil lincah …,”
“Aku dulu sih pas hamil masih bisa angkatin aqua galon …,”
“Kamu sih enak enggak sama ngurus balita. Kalau aku dulu pas hamil sambil ngurus lima bocah …,”
"Dulu pas hamil ke mana-mana sendiri, tapi udah biasa sih, enggak manja dikit-dikit diantarr,"
Dan, semacamnya.

Padahal, semua juga tahu kalau membandingkan bukanlah sikap solutif. Nambah masalah yang iya.

Setiap ibu hamil punya kondisi beragam yang enggak bisa disamaratain. Itu sebabnya, enggak mungkin jika bisa dibandingkan.


3. Selalu mendapat komentar yang tidak ada isinya

“Kok perutnya kecil amat?”
“Kok kegedean, sih,”
“Badanmu bengkak banget, ya,”
“Kok mamanya kurus? Anaknya sehat?”
“Kok gak mual muntah, jangan-jangan enggak hamil,”

Untuk yang terakhir, bagi seseorang yang baru saja hamil setelah sekian lama menunggu, komentar tersebut bikin bumil berpikir aneh-aneh.

Saya misalnya, termasuk ibu hamil yang enggak setiap hari (atau bahkan jam) mual muntah. Semua makanan yang ada dan terpampang di depan mata bisa dengan mudah masuk perut tanpa mengalami penolakan. Ketika ada komentar "jangan-jangan kamu enggak hamil" atau "jangan senang dululah, ibu hamil tuh sering mual muntah bukannya kayak kamu," jujur aja pikiran saya ke mana-mana. Iya ya, jangan-jangan saya enggak hamil, jangan-jangan kehamilan saya bermasalah. Ya walaupun semuanya hanya ada dalam pikiran, tapi enggak bisa saya mungkiri kalau berpengaruh pada keceriaan. Tsahh.

Bersyukur, dokter kandungan yang saya tanya ini dan itu menjelaskan secara gamblang ala dosen bahwa kondisi saya dan bayi sehat. Beliau bilang ya bersyukur aja kalau hamil jarang mual dan muntah, bahagia aja kalau hamil enggak pakai benci salah satu makanan. Artinya, ibu hamil bisa makan dengan bahagia. Xixixi.


4. Diancam dengan mitos

“Jangan begini nanti begitu …,”
“Jangan anu nanti itu,”
Dan, komentar semacamnya yang tidak berdasar.

Duluu, percaya mitos masih bisa ditoleransilah ya karena ilmu pengetahuan tidak secanggih sekarang. Tapi kalau saat ini masih juga mendewakan mitos, deuhh. Dan lagi, percaya kan bukan sama mitos, tapi sama Allah yang mengizinkan hamil dan meniupkan ruh.


5. Diteror dengan pernyataan semacam "nanti normal aja, jangan sampai deh caesar. Dihhh, manjaa!"

Semua ibu hamil pasti bercita-cita ingin lahiran normal. Tapi jika sudah berusaha semaksimal mungkin dan ternyata harus caesar, gimana? Dan lagi, bagi sebagian ibu hamil, dikasih amanah bisa mengandung saja sudah sangat bersyukur. Jadi dia tidak peduli dengan kompetisi yang berseliweran di dunia ibu yang salah satunya mengenai normal lebih baik daripada caesar atau sebaliknya. Satu lagi sih, yang ngebiayain buat lahiran kan bukan yang komen, kenapa niat banget ngajak ribut. 😂


7. Kok ayahnya?

“Kok setiap kontrol enggak sama suami?”
“LDM pas hamil emang enggak ngeri?”
“Hati-hati lhoh, banyak suami yang selingkuh pas istrinya hamil,”

Entah apa manfaat berkomentar seperti itu.

Saya enggak baper hanya karena LDM dengan suami. Lha wong komunikasi lancar jaya. Dia juga sering pulang. Dan kalau pas dia ada & saya sedang jadwalnya kontrol ya pasti diantar.

Saya juga enggak baper lihat suami nganterin istrinya kontrol kalau pas saya sedang enggak bisa ke dokter kandungan sama suami alias saya aja. Lha wong ibu hamil tersebut sama suaminya sendiri. Xixixi.

Intinya, saya selalu mensyukuri kondisi yang ada. Toh, semua baik-baik aja. Saya juga paham yang namanya dunia nyata enggak bisa 100 persen ideal. Misal, semua ibu hamil pastinya pengin dekat dengan suami alias enggak LDM, ingin setiap kontrol ditemani suami, atau yang serupa. Tapi jika kondisi tidak memungkinkan, apa iya harus memaksa atau mengeluh.

Yang membuat saya terganggu bukan hal semacam itu, tapi komentar orang-orang yang kadang ngasal bernada memanas-manasi. Entah, apa untungnya. Padahal, sedekah itu kadang enggak perlu yang ribet dan jauh atau menunggu kaya. Berkata-kata enggak bikin panas kuping juga termasuk. Tapi ya udahlah, santai aja kok. Xixixi.


Buat saya yang punya anaknya zuuzahh, hamil adalah peristiwa penting dan berharga. Jadi, sudah seharusny jika masa-masa kehamilan menjadi masa yang paling menyenangkan karena tidak akan pernah bisa diulang. Prinsip saya kala itu: saya ingin MENIKMATI hamil.

Lalu, bagaimana cara menjadi ibu hamil yang bahagia dan enggak mudah baper? Bagaimana menghalau galau? Cara ini saya lakukan ketika hamil kemarin. Saya tulis di sini ya kali bisa bermanfaat bagi pembaca. Buat yang punya cara lain, monggo berbagi, ya. :)

Agar enggak mudah baper saat hamil, ini yang saya lakukan:


1. Mensyukuri segala nikmat yang Allah berikan, termasuk nikmat akhirnya bisa hamil. Buat teman-teman yang hamilnya penuh perjuangan pasti memahami kok gimana rasa syukur itu benar-benar kita haturkan pada Gusti Allah. Kalau bukan karena izin Allah, kehamilan tidak akan terjadi. Maa syaa Allah, Allahu akbar.

2. Menerima dengan legowo bahwa kehamilan membuat seorang wanita berbeda baik secara fisik maupun psikis. Sikap nrimo tersebut akan membuat hati selalu bahagia. Menerima kalau tubuh mulai membengkak, toh nanti bisa kempes lagi setelah melahirkan. Menerima enggak boleh makan sembarangan, toh setelah bayi keluar bisa makan sembarangan lagi... ehh... xixixi.

3. Selalu komunikasi dengan pasangan termasuk diskusi soal parenting karena yang sedang dalam perut tersebut adalah anak bersama, bukan hanya anak ibunya saja.

4. Belajar dan beraktivitas seperti biasa atau melakukan kegiatan yang disukai. Apa pun yang bikin bahagia selama itu positif ya lakukan saja. Itu sih prinsip saya.

5. Mengambil sisi positif informasi yang diberikan siapa pun. Lebih-lebih dari yang sudah berpengalaman (orang tua, mertua, saudara, dan teman yang sudah lebih dulu jadi orang tua).

6. Tidak memusingkan hal-hal di luar kendali, termasuk kata-kata entah dari siapa dan maksudnya apa yang kadang-kadang bikin hati panas.

7. Berdoa


Selama kurang lebih 9 bulan (dan itu kalau dijalani terasa begitu cepat), ibu hamil akan menjalani petualangan seruu. Nikmati saja. Semua itu tidak akan bisa kembali lagi. Nikmati setiap momen yang ada sebelum masuk ke babak baru yakni officially menjadi ibu.

Happy mommy, happy baby.

  • Share:

You Might Also Like

22 comments

  1. Jadi org hamil itu baperan ya,,,😂😂 bisa di coba tuh solusinya, biar GK bikin orang hamil baper

    ReplyDelete
  2. Semoga dijauhkan dari org2 yg begitu ya Mbak Mio :)

    ReplyDelete
  3. Moga kalau aku nanti nikah dan bisa hamil engga baperan hehehe

    ReplyDelete
  4. Saya baru saja hamil karena anak baru 6 bulan tpi alhamdulillah banget pas hamil nggak pernah ngerasain kebaperan itu mbak.. Paling cuma ditanya "Meyy.. Yah kasian ya suaminya jauuh... Karena emang suami lagi di Aussie. Semoet baper sih tapi ya udah lah dibawa happy aja biar dedeknya juga happy

    ReplyDelete
  5. memang cobaan terberat bumil adalah selalu sabar mendengarkan ceramahan orang sekitar, seolah bumil gak pernah baca buku, belum lagi kalo yang dikerjakan atau yang dimakan tetiba dilarang orang lain, padahal udah baca2 dulu sebelumnya..

    ReplyDelete
  6. Sama itu mba.. Klo perut dielus2 sama orang lain.. Risih deh kalo aku mah :))

    ReplyDelete
  7. tabok aja bun yang suka komentar, wkwkwk, serem amat yes solusi saya. Tapi Alhamdulillah saya jarang banget bergaul ama tetangga jadi kalau ketemu senyum doang gak pernah tanya ini itu karena kan enggak kenal wkwkwwk. Sengaja sih abisan males kadang tuh. Lebih baik nulis aja di dalam rumah, lebih positif, wkwkwk.

    ReplyDelete
  8. Aduh aku ya ikutan ngamuk kalo di komen, enak ya hamilmu bla bla, padahal dia gak tau kondisinya. Makanya lebih baik diam, daripada menyakiti hati. Sy aja gak mau di komenin, makanya sy berusaha enggak komenin orang apalagi sekedar perutnya kecil ya, ,udah berapa bulan padahal. Duh tydaaac !!!

    ReplyDelete
  9. Tonjok ajalah mbak yang bikin baper mah hahaa. Gimana atuh da menrut aku mah orang-orang yang gak bisa jaga mulutnya tuh selalu mendewakan kata "BAPER" biar perbuatannta disebut pembenaran haha kok jadi curcol sih hehe. Sabar aja yah mbak intinya mah meskipun hati mah pengen banget bejek-bejek tu orang *tuhkanesmosi lagi haha

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah... selama 5 kali saya hamil nggak pernah ketemu orang-orang macam itu mbak... atau kuping saya yang nggak peka sama omongan begitu ya... atau saya yang kelewat "nggak peduli" sama omongan orang yaaa... ihihihi...

    ReplyDelete
  11. Ibu hamil perasannya lebih sensitif dibanding buka bumil. Dan dibanding-bandingkan itu memang gak enak banget, malah bikin naik darah.

    ReplyDelete
  12. Orang lain sih sukanya komentar. Terkadang yang lebih nyesek lagi kalau yg komen ternyata keluarga sendiri. Apalagi keluarga dari pihak suami.
    Nah loh, berasa pingin gimana ... gitu. Hehe

    ReplyDelete
  13. Benar Mbak... Harus punya trik jitu menghadapi komen dan omongan sekitar. Maklum...kita nggak bisa menjaga kualitas isi bicara orang lain..tapi kita bisa menjaga kualitas perilaku dan pembicaraan kita. Semangat ya💪

    ReplyDelete
  14. Hehe...bener neh komen org seputar kehamiln tuh bikin baper ya. Tp klu kita berpikiran positif ya fine2 aja. Giti yes?

    ReplyDelete
  15. Bumil itu baperan yah,, masa sih,, blom nikah and hamil jd gk tau gmn rasanya,, tapi klo ddibanding²in tuh gk enak.

    ReplyDelete
  16. Sebagai emak yg pernah hamil dan saat itu sedang LDM, yuk toss dulu. Hihi...
    Alhamdulillah, semua baik-baik saja, tuh. Iyes, komentar-komentar emang adaaa aja. Pernah sih baper banget trus saya jadiin cerpen, hehe.
    Yuk, ah jangan bikin orang lain, terutama bumil, jadi baper. Yuk, jadi juga emak tangguh yang berusaha gak peduliin orang nyinyir ;)

    ReplyDelete
  17. Yg no. 7 ini yang wow. Hahaha...
    Aku sampek pesen ke suami, "kalau kontrol temenin. Biar aku nggak dianggap hamil duluan."

    ReplyDelete
  18. No 2 dan 3 mba dulu sering aku hadapi hehehe mungkin cobaan ibu hamil yang penting sabar aja lah ya orang mau ngomong gimana pun

    ReplyDelete
  19. AKu berusaha untuk gak ngomen macem2 tentang seseorang, karena aku nya sendiri pusing kalo dengar orang ngomen inilah itulah anulah.. dan kebanyakan itu cuma sekedar ngomen aja. Gak ngasih masukan yang bagus.

    ReplyDelete
  20. Ya emang betul sih oranv hamil itu emang baperan :v hahahha

    ReplyDelete
  21. Ya emang betul sih oranv hamil itu emang baperan :v hahahha

    ReplyDelete
  22. Dari semua itu yang bikin baper cuman 1, kalau hamil ada yang bilang suami bakal selingkuh, mungkin saya jawab, "kamu ya yang mau selingkuh ama suamikuh" wkwkwkw

    Aneh2 aja ya, tapi emang kadang kita gak sengaja melakukan hal seperti itu, saya kalau ama temen dekat selalu cerewet ingatin ini itu :D

    ReplyDelete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)