Melahirkan Mendadak

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - April 03, 2019


2017, bulan keempat

Sudah cukup banyak teman yang bertanya kapan lahiran dan hanya bisa saya jawab akhir April karena memang prediksinya ya segituan atau selambat-lambatnya awal Mei.

Di bulan yang sama, hampir tiap minggu saya kontrol dengan ditemani suami. Alhamdulillah, menjelang lahiran kok ya suami sering banget dapet tugas dinas luar. Yang itu artinya, dia bisa sekalian pulang dan cuz nganter istriny kontrol sembari menikmati sisa-sisa kencan terakhir (lebay) berduaa ajaa sebelum resmi berstatus orang tua. Seminggu sebelum Taka lahir, dengan membawa perut segede itu, kami masih sempat nonton Beauty and Beast, film terakhir yang saya lihat. Setelah jadi ibu, setidaknya sampai detik ini, saya belum pernah lagi ke bioskop karena udah berkomitmen enggak mengajak bocah ke sana. Hehe.

Oh iya, saat kontrol, sebenarnya bu dokter sudah ngasih kode (cuma sayanya aja yang enggak ngeh) kalau semisal nanti lahirannya maju enggak apa-apa kan mengingat kondisi kesehatan saya di trimester III itu rada-rada mengkhawatirkan secara medis. Padahal trimester I sampai II lancar jaya dan enggak mengalami masalah yang cukup berarti.

19 April, saat saya kontrol lagi yang kali ini tanpa suami, ternyata udah pembukaan ajaa (setelah diperiksa tentunya, enggak mungkin diterawang aja langsung tahu pembukaan kan).

Kaget, itulah reaksi pertama.

What? Pembukaan? It means ntar lagi lahiran dongg. Antara percaya dan tidak sebenarnya. Saya sendiri enggak tahu kalau malamnya ngalamin kontraksi. Maksudnyaa, enggak tahu kalau itu namanya kontraksi. Walaupun sudah belajar dan baca ratusan teori tapi kan gimana-gimana belum ngalamin secara nyata. Memang malamnya, saya merasakaan sakit perut yang enggak biasa. Tapi enggak nyangka kalau itu namany kontraksi. LOL. Oh jadi seperti itu kontraksi? Yahh mirip-mirip dilepen (sakit pas haid) tapii berlipat-lipat rasanyaa.

Mengenai masalah kenapa tahu-tahu pembukaaan di saat cukup banyak bumil lain yang enggak ngalamin pembukaan walaupun sudah waktunyaa, selain faktor takdir tentuny, kalau dari sisi medis juga faktor suami berpengaruh. Sering "bertemu" dengan suami di kehamilan trimester akhir akan membantu mempercepat proses pembukaan. That's why, spog biasany mewanti-wanti bumil yang masih di trimester I untuk menghindari dulu "diskusi" dengan suami. Walaupun enggak apa-apa kalau kuat, tapi kan namany konservatif ya apa salahnya.

Setelah dinyatakan sudah mengalami pembukaan, saya melakukan serangkaian pemeriksaan medis. Rasanya enggak telaten secara selama hidup di dunia ya baru itu berhubungan dengan rumah sakit dengan segala peralatannya.

Setelah pemeriksaan selesai, suster membacakan hasil sambil menanyakan kapan mau dioperasi? Tanggal 20 apa 21? Karena alasan medis yang tidak bisa saya tulis di sini yang intinya berhubungan dengan keselamatan ibunya (saya enggak mau Taka punya ibu tiri hehe jadi harus berjuang juga untuk hidup), dokter sangat menyarankan untuk caesar. Dan, setelah berkonsultasi dengan suami by WA, akhirnya kami sepakat bahwa operasi akan dilakukan 21 April hari Jumat.

Mas Ryan yang saat itu ada di Balikpapan malamnya langsung cuz pulkam untuk menemani istrinya lahiran.

Kamis malam, saya masuk RS Hermina ditemani suami. Jumat pagi, operasi dilakukan dengan ditemani suami jugaa. Jumat 21 April 2017, kami berdua resmi menjadi orangtua. Saya resmi menjadi ibu.

Apakah kemudian bumi berhenti berotasi dan hidup tidak ada masalah setelah kita berhasil melewati satu fase? Secara kan orang-orang (termasuk saya) suka sumpekk ditanya kapan hamil yang notabene sejenis dengan pertanyaan kapan nikah. Dan ketika yang diberondong pertanyaan tsb kemudian berhasil menjawab pertanyaan orang-orang, terus hidup selesai gitu? Tentu saja tidak.

That's why menurut saya pribadi sangat penting sekali kita menikmati proses dan enggak termakan omongan orang yang sekirany bisa bikin down. Toh setelah satu fase terlewati akan ada tantangan berikutnya. Pasti. Jadi ya nikmati ajaa.

Saya sendiri bersyukur diberi kesempatan jadi ibu di usia saya yang sudah cukup matang. Allah is the best planner pokoknya.

  • Share:

You Might Also Like

1 comments

  1. Yes, takdir Allah selalu yang terbaik dibanding keinginan-keinginan manusia.
    Alhamdulillah ya prosesnya bisa dinikmati.
    Saya agak ngilu juga baca kontraksi itu, karena sepertinya 2 kali hamil dan lahiran, saya belum pernah sama sekali merasakan kontraksi apalagi sakitnya ngeden hehehe

    ReplyDelete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)