5 Kegiatan di Masa Lalu Ini ternyata Bermanfaat ketika Menjadi Ibu

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - April 04, 2019


Mengurus anak bukan sesuatu yang mudah. Meskipun kerap kali saya dengar sejak zaman remaja celotehan orang-orang semacam, "Oalah, cuma momong anak aja, ta," nyatanya ketika diminta mengasuh bocah beneran belum lama berinteraksi sudah banyak yang angkat tangan.

"Mending ngerjain soal matematika, deh,"
"Mending skripsi,"
"Mending mumet ngerjain tugas kantor,"
"Sejam aja badan udah remek,"
"Aktif banget anaknya,"
Dan, komentar lainnya yang serupa, tapi intinya sama: anak-anak itu lucunya cuma semenit dua menit, selebihnya... wassalam. Begitulah kira-kira.

Maka, yang sejak gadis/jejaka alergi sama anak-anak, coba deh belajar untuk mencintai mereka. Jadi, nanti kalau diamanahi Allah bocah-bocah lucu udah enggak kaget-kaget amat.

Nah, ngomong-ngomong soal ngurus anak, saya jadi ingat kegiatan di masa lalu yang pernah saya lakukan yang ternyata sangat bermanfaat ketika saya jadi ibu. Di antara kalian, mungkin ada yang pernah mengalaminya juga. Atau, yang saat ini masih belia, mungkin sedang melakukan salah satu kegiatan ini. Bersyukurlah karena ada tempat menempa diri sebelum nanti menjadi pendidik untuk buah hati.

Lalu, kegiatan apa yang di masa lalu saya lakukan untuk kemudian saya syukuri di masa sekarang? Barangkali, kita sama. :)


1. Mengurus ponakan
Bersama ponakan bungsu
Saya dan kakak satu-satunya sangat dekat. Maka enggak heran kalau dua ponakan beda setahun yang lebih mirip anak kembar itu juga akrab dengan saya. Bahkan, mereka dulu memanggil saya dengan sebutan "mama tante". Kalau lagi ketemu, hampir-hampir mereka yang saat ini udah berusia 17 dan 16 tahun maunya sama saya mulai dari mandi, makan, main, dan yang lain.

Menjadi "baby sitter" buat mereka membuat saya yang saat itu masih remaja jadi banyak belajar. Dulu kalau pas lagi capek ngurusnya sering membatin, "Ni bocah berdua kapan gedenya, ya," 😂😂 Ehh, lha kok ndilalah setelah sekarang gede beneran kadang kangen masa-masa mereka masih unyu.


2. Menjadi guru les
Bersama beberapa murid les privat
Saat kuliah, saya nyambi jadi guru les baik di bimbel maupun privat. Murid les terkecil SD dan terbesar SMA. Dari sana, saya belajar, baik mengurus anak-anak maupun remaja sebenarny sama-sama capeknya. Bedanya, yang satu capek fisik, satunya capek psikis. Xixixi.


3. Menjadi guru TK dan PAUD
Bersama beberapa murid paud dan tk
Hanya sedikit mungkin yang tahu kalau saya pernah jadi guru TK dan PAUD. Enggak lama, cuma setahun aja, sih.
Selama kurun waktu tsb, saya belajar banyak hal. Salah satunya, anak-anak itu enggak pernah menyebalkan. Mereka itu lucu, lugu, polos, baik hati, dan ceria. Indah sekali, ya. Yang bikin senewen bukan mereka, tapi mungkin orang tuanya anak-anak. Ehh... wkwkwk.


4. Menjadi inspirator di Kelas Inspirasi
Bersama anak-anak
Meski hanya seharian, tapi pernah menjadi inspirator Kelas Inspirasi juga membuat saya belajar banyak hal, utamanya tentang memotivasi anak-anak polos dan lugu itu biar berani bermimpi. Jujur, meski capek fisik karena satu inspirator untuk 40 anak bahkan lebih per kelas, tapi secara batin puas.


5. Mendengarkan ibu-ibu curhat tentang anak mereka

Haii, jangan salah. Mendengarkan mak-emak zurhat tentang anak-anak mereka juga bisa buat belajar. Seenggaknya, kita jadi punya gambaran. Saya bersyukur karena sejak sebelum menikah sudah dijadikan "tempat sampah" makemak mengenai buah hati mereka masing-masing. Termasukk, tentang remfongnya jadi ibu. Saya yang kala itu masih unyu jadi berpikir jadi ibu rumah tangga enggak semudah kata orang-orang selama ini.


Ternyata, enggak ada hal yang sia-sia selama itu positif yang kita lakukan. Siapa tahu, di masa depan, berbagai macam kegiatan di masa lalu tersebut bisa jadi bekal berharga. Seenggaknya, kita punya gambaran alias enggak nge-blank banget. Jika kalian yang saat ini posisi belum punya anak atau bahkan belum menikah, tapi memiliki kegiatan seperti di atas atau kegiatan lain yang berhubungan dengan nakanak, bersyukurlah. Sungguh, semuanya benar-benar bermanfaat ketika menjadi IBU. Saya pun merasa sangat sangat bersyukur diberi kesempatan pernah mencicipi 5 hal di atas. Ada begitu banyaakk pelajaran berharga yang saya dapat di sana yang semuanya sangat berguna ketika kini menjadi ibunya anak saya.

Semoga kita semua bisa jadi ibu yang baik ya, Kawans. :)

  • Share:

You Might Also Like

5 comments

  1. Wah gak nyangka yaa...ternyata kegiatan2 yang gk di sangka sangat bermanfaat bagi kita buat kedepannya

    ReplyDelete
  2. Bener banget, mbaa. Aku waktu dulu itu nggak suka anak-anak (maklum, aku sendiri orang nya masih kekanak-kanakan). Trus baru belajar suka sama anak-anak itu pas aku hamil, pas aku ngajar bocil-bocil yang nggak mampu.

    Dan aku baru ngerasain bener-bener suka sama anak kecil itu setelah punya anak sendiri. Itupun setelah beberapa bulan menjadi ibu. Dan aku cukup menyesal dengan itu.

    ReplyDelete
  3. Saya termasuk yang 'awkward' sama anak kecil sebelum nikah. Udah males duluan aja gitu kalo harus berhadapan dengan anak kecil 😅 padahal saya sempat bantu mama jaga adik yang usianya terpaut 11 tahun dengan saya dulu, terus waktu kuliah semester akhir saya sempat intern menjadi guru mandarin di sekolah, jackpot banget dapetnya anak kelas 1 SD wkwkwk. Tapi setelah punya anak, mendadak saya luwes berhadapan dengan anak kecil lainnya. Bersyukur sih bisa dikasih kesempatan membesarkan anak sendiri, lelah tapi seru (:

    ReplyDelete
  4. Sempat kepikiran juga, mungkin skrg kalo suka ngasuh sepupu yg masih bayi bakal bermanfaat nanti. Alhamdulillah, jd terasa diingatkan 😆😆

    ReplyDelete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)