Hari ke-174: Kebiasaan Masyarakat Jepang yang Berpengaruh dalam Mengendalikan Covid-19

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - June 22, 2020


Semua sepakat kalau tahun ini benar-benar penuh tantangan. Bahkan sekarang sudah enam bulan berjalan, artinya sisa waktu yang kita miliki di 2020 ini tinggal separuhnya lagi. Tapi, kondisi dunia secara umum masih tetap berkutat dengan pandemi. Kita punya pertanyaan yang sama: sampai kapan ini terjadi?

Aku sendiri saat virus yang menurut ahli sebenarnya sudah ditemukan sejak tahun 60-an ini menjadi bahan pembicaraan orang-orang awal 2020 silam sedang tidak tinggal di tanah air, melainkan di sini, negara matahari terbit. Kala itu, aku masih "santai", dalam artian enggak sampai berpikir bahwa corona akan menyebar ke banyak negara. Pendapatku pun sama dengan orang-orang pada umumnya: paling flu biasa. Bukannya meremehkan, tapi berusaha berpikir positif. Nyatanya? Salah! Penularan yang sangat cepat serta begitu mudahnya virus bermutasi pada akhirnya menjadi mimpi buruk bagi semua orang di seluruh dunia. Tidak pernah kusangka bahwa adegan di film-film bertema virus atau penyakit menular atau pandemi akan kita alami di dunia nyata seperti sekarang ini.

Di Jepang, virus corona mulai muncul pada pertengahan Januari. Kasus per harinya sempat naik drastis di pertengahan Maret hingga akhir April yang membuat status darurat diperluas pada pertengahan April ke seluruh prefektur dari yang tadinya hanya untuk tujuh prefektur saja di awal April. Kondisi saat ini, status darurat nasional sudah dicabut pada akhir Mei kemarin setelah tren kasus per hari sudah mulai turun di dua digit. Pelonggaran juga sudah mulai banyak dilakukan terutama yang terkait dengan ekonomi atau hajat hidup orang banyak. 

Tempat tinggalku, Ibaraki, termasuk menjadi salah satu prefektur yang pencabutan status daruratnya dipercepat awal Mei dengan pertimbangan kasusnya memang sudah menurun. Posisi saat ini ada di stage 1 dengan total kasus ada 170, sembuh 150, meninggal 10, dan dalam perawatan 10. Sempat tidak ada penambahan kasus baru selama 46 hari, terakhir awal Mei, namun dua hari yang lalu terdeteksi ada dua kasus baru lagi.

Kalau dari opini pribadiku, kasus covid-19 di Jepang ini termasuk bisa dikendalikan. Dan kalau aku amati, kebiasaan masyarakat sehari-hari selama ini sedikit banyak berkontribusi. Tentu, selain kebijakan pemerintah, ya. Yang namanya kesuksesan pastilah ada unsur kerjasama dua pihak atau  lebih, kan. Di sini, dari sejak kasus pertama hingga sempat masa darurat nasional kemudian kasus menurun seperti sekarang, tidak ada yang namanya lockdown. Dalam artian, tidak ada larangan keras ke luar rumah yang sampai ada sanksi jika melanggar. Tidak seperti itu. Jadi, sifatnya "hanya" himbauan terus-menerus saja kalau boleh kukatakan. Selain juga penutupan fasilitas umum, pengalihan proses belajar anak sekolah dan kuliah dari offline ke online, work from home bagi yang bisa, dan semacamnya.

Lalu, kebiasaan masyarakat Jepang yang berpengaruh dalam mengendalikan covid-19 itu apa saja? "Sederhana" sebenarnya, tapi disiplin dan beberapa di antaranya bahkan sudah jadi semacam budaya atau tidak hanya dilakukan hanya saat ada corona saja.

1. Menjaga kebersihan
Ya, kita semua tahu bahwa masyarakat Jepang memang terkenal dengan budaya menjaga kebersihan yang sangat tinggi. Misalnya:
  • Jarang tempat sampah, tapi tidak ada sampah berserakan. Mereka semua mengantongi sampahnya masing-masing. Barulah nanti kalau sudah ketemu tempat sampah, mereka membuangnya.
  • Tidak ada yang merokok sembarangan, terutama di tempat umum. Jadi, tidak ada pemandangan puntung rokok di mana-mana.
  • Tidak ada yang meludah sembarangan karena jelas ini sangat sangat merugikan orang lain.
  • Jika punya hewan peliharaan ya benar-benar dipelihara dan dirawat. Misal, dirantai saat pergi agar tidak berpotensi menggigit orang lain dan ketika hewan tersebut buang air besar di jalan si pemilik siap-siap memungut kotorannya dengan kresek atau plastik.
  • Dari cerita seorang kakak yang pernah tinggal di sini lamaa (sekarang sudah di Indonesia), tidak ada istilah tempat makan dibuat bergantian. Atau mungkin kalau konteks sekarang, gantian pakai masker. Nope. Bukan karena egois, justru "berbagi" yang sifatnya seperti itulah yang sebenarnya egois karena berpotensi menularkan penyakit.
  • Cuci tangan
  • Dll
Nyatanya, memang seperti itulah yang aku lihat selama di sini. 
Awal Januari, suasana di salah satu jalan dekat Stasiun Tokyo yang rapi dan bersih.
2. Jarang kontak fisik
Jauh sebelum ada himbauan physical distancing, masyarakat Jepang sudah sangat familiar dengan hal tersebut. Selama di sini, aku belum pernah melihat mereka dikit-dikit kontak fisik kalau bertemu teman. Cukuplah menyapa, sudah.

Salah satu cara menjaga serta meningkatkan imun dalam tubuh adalah dengan rajin berolahraga. Dan selama di sini, bertemu mereka jogging bukanlah hal yang aneh lagi. Tua, muda, laki-laki, dan wanita apa pun profesi dan latar belakangnya gemar berolahraga, at least jogging atau jalan kaki.

4. Pakai masker
Jauh sebelum ada corona, pemandangan melihat mereka pakai masker bukanlah hal yang aneh lagi. 
Awal Januari, ketika masih belum ada corona, di Akihabara. Memakai masker bukanlah hal yang aneh lagi.

Bagaimana dengan di tanah air? Tentu aku tidak ingin dan tidak bermaksud membandingkan, jadi jangan sensi ya, hehehe. Tolong dibaca sampai bawah. :D Aku menuliskan hal-hal di atas ya karena memang saat kasus corona melanda dunia, posisiku sedang di sini. Otomatis yang aku lihat dengan mata kepala alias secara nyata ya yang di negara sakura.

Jujur, sebagai Warga Negara Indonesia yang cinta tanah air, aku masih lumayan tenang ketika covid-19 belum sampai Indonesia. Saat itu, keyakinanku cukup besar kalau Indonesia bisa kuat. Jika "serangan" MERS atau SARS atau yang lebih dulu hadir saja Indonesia tidak tumbang, maka yang ini juga seharusnya sama. Secara, mereka masih "sekufu". Begitulah pikiran positifku bicara. Aku juga selalu berdoa agar virus tersebut tidak akan pernah sampai ke tanah air.

Namun, hatiku langsung ambyar ketika di awal Maret kasus pertama ditemukan. Kemudian, berlanjut ke kasus berikutnya dan berikutnya. Hingga detik ini, kasusnya sudah lebih dari 40.000-an. Sementara Jepang yang lebih dulu kena, sampai detik ini kasusnya 17.000-an. Gimana enggak kepikiran? Apalagi beberapa waktu belakangan ini, penambahan per harinya tidak hanya satu dua atau tiga digit, melainkan empat digit. SEDIH pastinya. Tidak usah ditanya bagaimana rasanya.

Sebagai orang yang tidak tahu langsung bagaimana kondisi di lapangan, jujur aku tidak bisa beropini dan berkesimpulan apa-apa. Yang aku yakini, semuaaa pihak siapa pun itu pastilah sudah berbuat semaksimal mungkin dan memberikan yang terbaikk. Aku yakin mereka semua mengerahkan segala daya upaya serta kekuatan yang dimiliki. Lebih-lebih, masyarakat Indonesia ini identik dengan semangat gotong royongnya. Jadi pastilah di masa pandemi seperti sekarang ini semua pihak melakukan yang terbaik sesuai bidangnya masing-masing.

Di bidang kesehatan misalnya, ada aplikasi HALODOC yang saat ini juga sudah mengakomodasi covid test dengan metode rapid secara drive thru. Meski rapid tes ini bisa dibilang "tes awal", tapi at least bisa dijadikan indikasi untuk melakukan langkah selanjutnya: harus swab atau cukup di rumah saja atau bagaimana. Terutama, buat yang memiliki kecurigaan terjadi sesuatu pada diri sendiri, namun tidak berani berspekulasi atau pergi untuk memeriksakan diri karena khawatir akan menyebarkan atau terkena virus. 


Setiap negara memang punya kondisi beragam yang itu berpengaruh dalam menangani setiap masalah yang datang. Tapi, kita boleh kan belajar hal positif dari negara lain. :D Semoga Covid-19 ini segera pergi dari muka bumi ya, Teman-teman. Aamiin. Stay safe, ya! :)

  • Share:

You Might Also Like

19 comments

  1. Sebagai salah satu negara maju di Asia
    Jepang terbilang sangat tanggap dalam menghadapi bencana, termasuk dalam penanganan covid-19 ini ya kak.
    Kunci dari keberhasilan juga tidak lepas dari "disiplin'.

    ReplyDelete
  2. Artikelnya bgus..sangat membantu .setidakny hal mendasar yang harus kita perhatikan adalah kebiasaan...biasa jaga kesehatan..biasa jaga kebersihan..biasa jaga lingkungan dll...apapun itu kita ambil.sisi positifnya..berfikir kreatif dan tetap berkarya ..makasih mb mio artikelny bagus sekali...jepang salah satu negara maju yang amat sangat tertib

    ReplyDelete
  3. berarti kuncinya memang masyarakat di sana disiplin ya ka, dan mengikuti semua protokol yang dianjurkan oleh pemerintah dan pastinya mereka sadar betul dan tahu dengan baik mengenai penyakit ini, sehingga awarenessnya udah ada dalam diri masing-masing individu

    ReplyDelete
  4. Saya yakin Mbak segala sesuatu ada awal pasti ada akhir.

    Meskipun di Indo covid layan parah pasti nanti ada saat semua membaik dan menjadi 0 yg terinveksi, sekarang pun walapun banyak penambahan kasus baru setiap harinya tapi tingkat kesembuhan juga tinggi.

    Semoga pandemi ini cepat berlalu dan kita bisa hudup normal.

    ReplyDelete
  5. Masyarakat Jepang memang sejak dahulu terkenal dengan kedisiplinannya, jadi rasanya pemerintah sana tidak terlalu sulit memnghimbau rakyatnya untuk menaati SOP penanganan virus Corona ini. Hasilnya pun sudah bisa dirasakan yakni dengan terkendalinya penyebaran virus ini di negara tersebut.

    ReplyDelete
  6. Sepakat mbak. Kesuksesan pengendalian virus covid-19 ini pasti ada byk pihak salah satunya pihak pemerintah dan masyarakatnya. Boro2 di sini jaga jarak, orang2 di desa pd mulai bodo amat mbak. Salam2an udh jd hal lumrah lg, ngbrol deket2an juga udh jd hal biasa. Keluar tnpa masker tentu makin biasa. sedih pasti, kesadaran masyarakatnya mulai menururn :(
    Halodoc makin canggih ya ternyata

    ReplyDelete
  7. Di jepang ada peraturan tidak boleh merokok sembarangan. Di indonesia sama ada juga tulisan itu, cuma bedanya warga jepang gampang peka sedangkan warga indo kurang ngereken bahasa jawanya hihi

    ReplyDelete
  8. Salut, warga Jepang nyatanya punya kesadaran yang cukup tinggi ya mba dalam berkontribusi menurunkan angka covid-19 di negaranya. Sehingga, meski pemerintah sifatnya hanya memberikan "himbauan terus-menerus", tapi dari kepekaan masyarakatnya sendiri siap mendukung untuk hal itu. KEREN

    ReplyDelete
  9. Kunci melawan Covid ini memang harus disiplin. Kalau di Jepang mereka sudah terbiasa, di Indonesia hanya segilintir orang yg hidupnya benar-benar disiplin. Semoga saja dengan Covid19 pola hidup orang Indonesia bisa berubah ke arah positif.

    ReplyDelete
  10. Memang tidak bisa dibandingkan kehidupan di Jepang dengan di Indonesia ya, Mbak... Tapi Jepang aja yang udah kaya gitu masih aja keserang virus. Mungkin hikmahnya di masa pandemi ini kita jadi lebih aware sama kebersihan, kesehatan, ya semoga pandemi ini segera berakhir seiring dengan ikhtiar kita bersama... Amin...

    ReplyDelete
  11. Luar biasa sekali Jepang ini, ya. Salut sekali dengan kedisplinan mereka. Ketika ada pandemi seperti ini, mereka bisa lebih mudah mengatasi. Nggak bingung berlebihan mesti gimana. Di sini semakin dilarang keluar semakin ambyar..hihi. BTW senang sekali ada aplikasi halodoc. Membantu banget ketika kita butuh melakukan rapid test. Bisa cek dan janjian dulu lewat aplikasi yaa

    ReplyDelete
  12. Mb Miyoshiii luv luv luv artikel ini. Dah lama pgn buat artikel sprti ini tp msh maju mundur. Bismillah, sy hrs smgt berbagi melalui tulisan sprti Mb Miyoshi 🌟

    ReplyDelete
  13. Patut ditiru kebiasaan baik masyarakat Jepang ya mbak. Termasuk rajin olahraga meskipun hanya sekedar jogging/jalan kaki. Di sini mau jalan ke depan komplek aja kadang males banget. Milih nyalain kendaraan.
    Btw, saya udah install aplikasi halodoc juga niy. Sangat membantu sekali untuk berbagai keperluan kesehatan.

    ReplyDelete
  14. Jadi contoh buat kita juga sih, kalau berjalan berurutan gitu, ya jangan dempetan ya. Biar phisical distancing nya tetep terjaga

    ReplyDelete
  15. yang patut dicontoh tuh kebiasaan disiplinnya masyarakat jepang ya mbak. Memang luar biasa karakter disiplin disana (walo aku belum pernah ke jepang, namun dari cerita kawan dan bacaan-bacaan menjadi tahu). Melawan covid-19 memang letaknya pada kebiasaan baik, disiplin dan konsisten dalam melakukan pencegahan. makasih mbak sharingnya.

    ReplyDelete
  16. untuk kontak fisik sepertinya yang paling sulit ditinggalkan oleh masyarakat indonesia..

    ReplyDelete
  17. Rapi, bersih dan orangnya super duoer disiplin. Sebetulnya, aku nggak pingin bilang kalau orang Indonesia nggak bisa diatur soal pencegpencegahan covid, buktinya mbak sama keluarga dan banyak orang lain yang tinggal di luar, bisa tuh disiplin ikuti protokol kesehatan.

    Di sini nih aturannya serba tidak jelas. Kayak cuma ada tapi sanksinya entah. Aku sampai nggak berani lagi buka data terbaru gara2 ada new normal mbak.

    ReplyDelete
  18. Selalu senang baca tentang Jepang dari mbak. Jepang memang sangat disiplin orang-orangnya dan individual ya, jadi fisical distancing ini memang sudah biasa. Jangan terlalu percaya data Indonesia mbak, terbukti banyak data apa pun itu kadang tidak valid hehe...

    ReplyDelete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)