Metime Emak di Hari Lahir 25 Desember

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - December 25, 2019


Hari ini adalah hari yang sangat sangat spesial buat saya. Apa pasal? TAMBAH TUA. Xixixi. 33 tahun euy. Ehm... sejak dulu saya enggak pernah ragu untuk mengakui usia saya berapa ketika ada yang nanya, toh cuma angka. Dan lagi, hal tsb sekaligus pengingat buat saya agar bisa jadi manusia lebih baik. Aamiin. Dan... yeahh... hari ini 33 tahun yang lalu, saya lahir.

Tidak ada yang spesial buat saya perihal hari lahir. Biasa aja. Sejak dulu pun saya santai-santai aja. Bila pun saya pernah berharap, iyaa... memang... saya pernah ngaarepp 25 Desember udah nyusul suami, udah bersama keluarga lengkap kap (ada anak, ada suami). Tapi kenyataannya? Saya baru nyusul dia akhir tahun ini. Yawes ya ndak masalah toh kita sebagai manusia memang cuma bisa berencana.

Dulu-dulu sebelum punya anak, bahkan sebelum menikah, momen perubahan (wujud) usia ini biasanya saya gunakan untuk METIME semaksimal mungkin. Poinnya sih sebenarnya untuk mengevaluasi diri. Apa yang sudah saya lakukan, apa yang belum, apa rencana saya, apa yang harus saya tingkatkan, dll. Intinya, saya melakukan autokritik pada diri sendiri agar ke depannya bisa lebih baik lagi.

Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa bentuk METIME saya saat ulang tahun adalah MENULIS di jurnal kehidupan. Ya, saya punya catatan yang hanya Allah saya yang tahu (eh... plus saya dan suami tentunya), tentang berbagai macam hal yang intinya tentang blue print hidup saya. Harus ditulis. Harus banget. Gunanya? Biar saya bisa mengevaluasi dan... enggak lupa. LOL.

Hari ini pun demikian. METIME saya di hari jadi ke-33 ini adalah dengan menulis.

Sebenarnya selain menulis, saya juga menyukai olahraga, mempelajari, dan menghasilkan sesuatu sebagai metime. Yeahh... jujur, sebagai orang introver, kebutuhan metime saya memang sangat tinggi. Arti metime itu sendiri buat saya adalah ketika kita enggak berinteraksi dengan siapa pun manusia kecuali diri kita. Bukan berarti ansos alias antisosial loh ya. Xixixi. Saya juga merasa kesepianlah y kalau sehari-hari sebatang kara di dunia. Hehe.

Sebagai contoh kecil bahwa saya bukan ansos dan hanya sekadar kebutuhan untuk "bertapa" yang memang besar adalah ketika masih aktif organisasi di Balikpapan. Saya merasa sangat lega ketika sudah sampai rumah setelah beraktivitas seharian. Padahal, sebelumnya, saya juga menikmati cuap-cuap dan aktif menceburkan diri mengurus acara-acara organisasi. Saya senang berinteraksi dengan banyak orang. Saya bahagia bisa ngobrol. Saya menikmati kilar kilir ke sana ke mari. Saya menyukai kesibukan di dunia "persilatan". Tapi jujur, saya tidak bisa aktif terus 24 jam bergaul dengan manusia. Saya butuh ruang pribadi untuk mengisi "baterai" agar bisa ON lagi di depan publik esok hari. Begitulah.

Sebenarnya, enggak cuma ibu aja ya yang butuh metime. Tapi, semua orang. Hanya aja memang metime selalu diasumsikan dengan emak-emak, terutama emak rumah tangga. Dunno whyy.

Saat menjadi seorang ibu, metime seseorang bisa berkurang drastis. Enggak masalah yang pentinf kualitas. Saya pribadi justru enggak bisa semisal METIME tanpa anak dengan asumsi agar bisa lama sendiriann. Ya, saya enggak bisa konsen kalau seperti itu. Yang ada sih malah kepikiran. Saya berpinsip selama fasenya dia masih harus dalam pengawasan, maka metime saya ya menyesuaikan. Tohh, bentuk metime ada banyak, kan.

Seperti saat ini misalnya, saat anak sudah tidur, barulah saya benar-benar bisa metime. Barulah saya bisa mengevaluasi melalui tulisan apa saja yang sudah terjadi selama 33 tahun ini. Barulah saya bisa tenang melakukan semuanya.

Emang kalau anak bangun enggak bisa? Ya bisa-bisa aja sebenarnya. Tapi, saya hanya ingin menikmati momen yang enggak bakal terulang ini dengan kualitas yang benar-benar tinggi. Alhasil, saya baru benar-benar pegang HP dengan tenang dan bisa nulis dengan bebas sebebas-bebasnya ya pas anak tidur.

Jadii, apa perbedaan metime saya di hari lahir saat sudah jadi ibu seperti sekarang dengan sebelum jadi ibu?? Ehm... lebih bebas dulu memang, tapi jujur lebih lega sekarang karena metime di hari lahir ditemani buah hati tercinta yang terlelap. Maka, nikmat Allah mana yang kita dustakan? MasyaAllah tabarakallah.

(Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia')

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)