Hari ke-392: Sakit di Jepang

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - January 26, 2021

Selama tinggal di Jepang sejak 1 Januari 2020 hingga 24 Januari 2021, Alhamdulillah aku enggak pernah sakit. Padahal mah yang namanya merantau di tempat baru, pastilah ada yang namanya penyesuaian demi penyesuaian. Tapi, semuanya kuhadapi dengan semangat dan senang hati. Enggak jarang, aku menertawakan kedodolanku. LOL. Bukannya trauma/jiper, kumalah semakin penasaran setiap kali melakukan kesalahan sebagai orang baru. Semangat memperbaiki diri dan belajar begitu tinggi. Istri bahagia, suami bisa konsen kuliah (Alhamdulillah tesis suamiku termasuk tiga terbaik kemarin baru dapat kabar dari profesornya), dan anak pun ceria bahagia. Padahal status kami di sini hanyalah ORANG ASING! Itu artinya, semisal enggak nyaman pun ya wajar, terlebih kami adalah minoritas. Namun, yang terjadi sebaliknya. Aku malah menikmati setiap tantangan yang ada. Efeknya ya ke keluarga kecil: ibu bahagia, suami dan anak kecipratan energi positifnya.

Hingga kemudian....

Hari demi hari berganti. Makin ke sini, kepulangan makin dekat. Aku memikirkan suatu hal yang tidak bisa aku bagi di sini. Kupikir terus-menerus dan setiap hari sampai... AMBRUK!

Enggak nyangka.

Jalan belasan kilometer, oke.

Lari mengekplorasi tempat sepi sendiri, ayo.

"Mengungsi" dengan anak tiap kali suamiku presentasi di dormi, iya.

Mancal sepeda ke tempat jauh, mangga.

Belajar hal-hal baru, wow banget.

Semua kujalani dengan bahagia dan gembira. Tapi ternyata, hatiku langsung lemah saat mau pulang. 

Sebegitunya, Mi? Ya, itulah. Benar kata orang bijak bahwa psikis memengaruhi fisik. 

Selama di sini, aku enggak pernah yang pijat. Padahal di tanah air, seminggu sekali pijat Bu Yuli. Ketergantungan banget bisa dibilang. Ya tapi Alhamdulillah, ternyata bisa juga enggak pijat selama itu. Ketika kita menjalani hari-hari dengan ikhlas, semuanya lancar. 

Sebaliknya, ketika pikiran-pikiran negatif muncul karena suatu hal, karena terpicu sesuatu, misal kalau kasusku adalah ketika mau pulang ke tanah air, fisik jadi ikutan rapuh karena psikis enggak sehat. 

Enggak nyangka kalau aku akhirnya sakit per 25 Januari 2021 kemarin. Padahal, aku enggak melakukan aktivitas fisik yang berarti. Yaelah, cuma main-main di tamah aja sama bocah. Itu mah seperrberapa bangett jika dibandingkan dengan kegiatan fisik yang biasanya kulakukan di sini alias receh.

Yang bisa kulakukan kemudian apa? Berdamai dengan hati dan berusaha ikhlas. Enggak mudah memang, apalagi jika kita masih trauma. Sama sekali enggak mudah. Tapi harus dilatih.

Pada dasarnya, tidak ada sesuatu yang akan terjadi apa pun itu tanpa izin Allah, bukan.

Melampiaskan kekesalan ke orang lain tentu tidak dibenarkan, tapi memendam kemarahan/kekesalan/dan sakit hati juga sama. Jika yang pertama menyakiti pihak lain, yang kedua menyakiti diri sendiri. 

Yang benar memang harus legowo dan ikhlas (walau praktik tak semudah menulis lol).

Bismillah aja, deh. Insyaallah semua akan baik-baik saja. Allah sesuai prasangka hamba-Nya.

(Tsukuba pukul 08.48 JST)

Suasana di depan dormitory saat musim gugur tahun lalu


  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)