Hari ke-241 di Jepang: Pernah Nggak Merasa Bersalah?

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - August 28, 2020



Melihat bocah yang tidur pulas, entah kenapa saya ingin memposting ini di blog. Saya juga tidak tahu apa yang menggerakkan saya menuliskan ini. 

Pernah nggak sih Bun kita merasa bersalah dengan si kecil karena terlalu sibuk kerja? Ini tidak sedang membahas wanita bekerja versus enggak karena jujur saya sendiri pun sejak dulu kurang sreg dengan pengelompokkan seperti ini. Lebih-lebih zaman sekarang yang notabene kerja bisa di mana saja.

Ya, pernahkah kita merasa bersalah karena terlalu sibuk... berorganisasi, bekerja, melakukan proyek A B C D E, atau bahkan sibuk meng-upgrade diri alih-alih untuk keluarga... hingga akhirnya mengabaikan si kecil yang notabene masih dalam tahap sangat sangat sangat butuh kita, bundanya.

Saya? Enggak usah ditanya. Saya bukan manusia suci. Jelas, saya pernah atau bahkan sering merasa bersalah. Meski saya belum (dan jangan sampai) pernah melakukan kekerasan fisik (na'udzubillah), tapi jujur... saya merasa bersalah... ketika lega akhirnya bocah sudah tidur sehingga saya bisa melanjutkan pekerjaan. Meski sehari-hari saya membersamainya, menikmati hari-hari bersamanya, kalau pergi sendiri ke mana enggak pernah tenang 100% karena hati tertambat pada si kecil, dan semacamnya. Ya, saya masih merasa bersalah. Meski saya tahu, yang seperti ini bukan saya saja.

Kadang saya berpikir, memang kenapa kalau kita "hanya" jadi ibu rumah tangga saja tanpa embel-embel. Entah itu embel-embel penulis, editor, blogger, ilustrator, pekerja lepas, apalah apalah. Memang kenapa kalau "hanya" ibu rumah tangga yang kegiatannya benar-benar total mengurus anak? (Karena jujur kalau suami bisa ngurus diri sendiri, bukan tipe suami manja atau yang harus didewakan, intinya kalau masalah suami dan istri itu setara). Ya, memang kenapa kalau "hanya" mengurus anak saja? Ini pertanyaan buat saya sendiri juga. Memang masalah kalau enggak aktif apa pun yang sekiranya bisa menyita waktu? Kecuali kalau sifatnya benar benar benar benar sangat sangat perlu, misal mom single parent harus banget "eksis" demi anak-anaknya karena suami sudah meninggal.

Jawaban atas pertanyaan di atas sedikit complicated. Saya paham. Saya pun. Intinya tidak sesederhana ilmu pasti yang diketahui, ditanya, dan jawab.

Tulisan ini benar-benar hanya pengingat buat diri saya sendiri bahwa kelak kita tidak bisa sedekat ini dengan anak secara fisik. Dia akan tumbuh dewasa. Dia akan berkiprah dan berkibar. Dia akan mengepakkan sayapnya. Dia akan bersinar. Dia punya kehidupan sendiri. Dia tidak bisa bersama kita 24 jam. Dia sudah akan jadi sesuatu dan seseorang. Intinya, meski secara hati tetap dekat, tapi jelas secara fisik akan jauuh berbeda. Terlebih, jika kelak dia sudah menikah. Sudah hukum alam. Semua mengalami siklus tersebut.

Ya, kelak dia akan seperti itu. Semoga selagi masih ada waktu, kita bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Maafkan Bunda Nak belum bisa jadi Bunda yang baik. Bunda akan terus berusaha dan belajar. Semoga kamu jadi anak salih, ya. Aamiin.

Yang saya yakini, semua Ibu pasti menyayangi anaknya. Hanya, bentuknya saja berbeda. Suatu ketika, saya pernah ke dormi sesama orang Indonesia untuk mengantar sesuatu. Yang bikin hati saya trenyuh, si teteh sedang mengerjakan tugas kuliah sambil memangku anak laki-lakinya. Bagi saya, hal-hal seperti itu bikin haru dan tertancap di hati. 

Bisa jadi, saya menuliskan ini sebenarnya juga sebagai self healing. Semua Bunda/Ibu pernah merasa bersalah. Semua Ibu sayang anaknya. Semua Ibu akan memberikan yang terbaik juga untuk si anak. Bahkan jika nyawa diminta juga pasti akan diberikan. Yang saat ini sedang merasa bersalah juga pada anak, semoga sedikit terobati ketika baca tulisan ini. Percaya, anak-anak kita kelak akan jadi anak-anak hebat di bidangnya masing-masing ya, Bunda. Dan yang pasti, anak-anak salih atau salihah. Aamiin 

  • Share:

You Might Also Like

2 comments

  1. Aamiiin Yaa Rabb

    daku mbrebek baca ini mb. sjak bulan ini kuputuskn mngurangi kgiatan online, semata2 krn ini mb.
    Tidak mau tll bnyak mnyesali masa sekarangku yg lbh dekat dg gadget (hp/komputer) yg notabene bukan kewajiban utamaku, drpada mnemani amanah Alloh yg sedang belajar dan haus perhatian orang tuanya. Semoga Alloh mampukan dan mudahkan segala urusan kita smua y mb cantikk.

    you’re so inspiring Mb Miyoshi and always be 💗
    terima kasih sdh berkenan mnulis ttg ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maa syaa Allah mbaa
      Saling ingetin y Mbaa
      Smoga kita bisa jd ibu yg baik aamiin ya rabb

      Delete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)