Hari ke-60 di Jepang: Corona

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - February 29, 2020



Sudah dua bulan saya tinggal di negara impian ketika kecil. Sudah dua bulan juga saya merasa benar-benar menjadi bagian di dalamnya. Selama dua bulan ini, ada begitu banyak kejadian yang berujung pada satu poin: MENIKMATI.

Ya, menikmati musim dingin yang suhunya jauuhh lebih dingin daripada kampung halaman saya di Batu.

Menikmati beradaptasi to the max dengan bahan makanannya.
Menikmati ke mana-mana sendiri naik transportasi publik tanpa was-was masalah keamanan, sementara anak dan suami saya anteng di dormi, "Mas, aku mau pergi sendiri, dong," Menikmati melihat orang-orang penuh kesadaran tinggi mengantre di mana pun itu. Menikmati melihat orang-orang berdiri rapi di sisi kiri tangga berjalan. Menikmati kebersihan bahkan di pojokkan sekali pun. Menikmati terbiasa dengan kalimat "domo arigato" dari petugas konbini atau sopir bus disertai wajah ramah mempersilakan Menikmati melihat orang-orangnya yang sopan-sopan dan respek, sekaligus enggak kepo dengan urusan pribadi orang Menikmati perasaan riang setiap kali menemukan label HALAL ketika belanja di swalayan Menikmati sapaan "ohayo, konichiwa, konbanwa" setiap kali bertemu dengan orang Jepang (utamanya orang tua) di jalan. Menikmati kilar-kilir ke tempat-tempat populer yang kerap didatangi orang-orang dari berbagai belahan dunia. Enggak terhitung rasa syukur dalam hati. Enggak ada istilah homesick meski kadang kalau lihat teman upload bakso pedas saya ngiler juga. :) Sudah dan baru dua bulan saya di sini. Dua bulan saya mensyukuri setiap detik berada di sini seolah enggak mau kehilangan kesempatan apa pun itu untuk kemudian menyesali setelah nanti kembali ke tanah air. Hingga kemudian... Corona datang. Ya meski dia sudah tercium sejak akhir atau pertengahan Januari, tapi kondisinya belumlah seperti sekarang. Saat itu, kami masih bisa jalan-jalan ke tempat-tempat mainstream. Yang penting pakai masker. Maret besok, rencananya akan menjadi waktu yang lebih sibuk daripada sebelumnya. Suami yang fokus mengerjakan tesis, anak ada jadwal imunisasi, saya juga mulai mencarikan play center untuk bocah (karena kalau untuk TK harus 4 tahun), dan kelas bahasa Jepang saya juga akan segera dimulai. Semuanya menyenangkan. Semua berubah sejak status level terhadap Corona dinaikkan. Teman-teman saya di tanah air pada nanya, "Emang sudah separah apa sih Mi?" Saya sendiri tidak berani menilai gimana tingkat keparahannya karena toh beberapa hari kemarin masih bisa pergi pergi. Hanya saja kalau lihat berita, beberapa tempat wisata tutup sementara menyusul keputusan Perdana Menteri Abe yang memberi himbauan agar semua sekolah di Jepang libur. Bahkan dari yang saya baca di situs NHK, gubernur Hokaido meminta masyarakat enggak keluar rumah selama tiga minggu ke depan kalau enggak penting-penting amat. Untuk ibadah, di Tokyo kegiatan Salat Jumat ditiadakan dulu, di Tsukuba masih ada walau hanya sebentar. Dan hari ini, detik ini, sejak sepagian, saya ngendon aja di dormi.

Jujur, saya masih positif (termasuk mereka di grup orang Indonesia di Jepang) bahwa ini untuk mengantisipasi agar virus tidak makin menyebar sehingga bisa fokus menyembuhkan mereka yang sudah kena. Semoga kondisi segera pulih dan semua orang bisa bebas pergi dengan aman dan nyaman. Aamiin.


  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)