Hari Ke-38 di Jepang: 12 Jam di Tokyo Disneyland, Ngapain Aja?

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - February 07, 2020


Ada yang pas kecil ngefans banget dengan kisah putri-putriannya Disney? Atau, malah bermimpi suatu hari nanti bisa seperti Cinderella: bertemu pangeran tampan dan baik hati kemudian bahagia selamanya? Saya mungkin termasuk yang antimainstream. Pas kecil mungkin iya sempat mengidolakan, tapi saat remaja langsung sadar bahwa itu HALU, seenggaknya buat saya. Xixixi.

Saya bukan putri. Saya enggak secantik mereka alias sadar sesadar-sadarnya kalau kecantikan saya ya standar-standar aja alias gini-gini aja. Saya juga tidak bermimpi diselamatkan pangeran tampan untuk kemudian bahagia selamanya karena saya sadar juga kalau pangeran tampan banget pasti milihnya ya yang cantikk angett. Poin semuanya, saya tahu bahwa itu semua tidak mungkin. Ini antara realistis dan pesimis alias ngaca gitu ya maksudnya? LOL. Mending ngaca to yo daripada halusinasi kemudian patah hati dengan khayalannya sendiri.

Itu sebabnya, saya tidak tertarik dengan printilan-printilan seorang putri. Saya pribadi lebih tertarik dengan pendekar wanita macam Bibi Lung atau Mikasa Aeckerman atau Power Rangers Pink/Kuning yang notabene harus berjuang mendapatkan apa yang diinginkan termasukk berjuang melawan penjahat demi perdamaian dunia (sebenarnya cuma halu yang berbeda aja, sih LOL).

Buat saya, kisah putri-putriannya Disney, sekadar untuk hiburan saja, bukan sampai masuk alam bawah sadar. Yaaeyalah. Xixixi. Sebab, kalau kisah putri-putrian bertemu pangeran tampan dan bahagia selamanny ini masuk pikiran bawah sadar repot juga lhoh. Bahkan, ini (atau mereka menyebutnya sindrom cinderella ) sudah dibahas juga oleh beberapa psikolog. Emang apa efeknya? Selalu ingin diistimewakan, selalu ingin paling, selalu ingin dinomorsatukan, playing victim, harus banget ketemu pangeran tampan yang bisa menjamin kehidupannya, harus banget diakui, kurang struggle, dll. Serem juga, kan.

Bila pun kemudian saya yang sudah mendoktrin diri sendiri sejak remaja kalau bukan putri dari negeri dongeng yang cantik jelita dan lebih suka disebut pejuang ini bertemu dengan laki-laki yang ternyata menganggap saya putri dan ia sangat memuliakan, maka saya cuma bisa bilang alhamdulillah. Ternyata meskipun menurut diri sendiri biasa-biasa aja (itu sebabnya saya menutup semua pintu sumber kebaperan saat remaja dan lebih memilih fokus belajar), eh... ya ada juga ya yang suka sampai sebegitunya. Entah kesambet apa dia. Wkkkk. Ehh, maksudnya alhamdulillah, bersyukur sama Allah. Masing-masing orang emang udah ada jodohnya. Dan buat saya, laki-laki yang saya maksud itu adalah ayahnya bocah, insyaallah pertama terakhir dan satu-satunya. Aamiin. (Vic Zhou, Dao Ming Tse, Tom Cruise, Hideaki Takizawa, & Takeshi Kanechiro tolong minggir).

Tapii, sekarang saya tidak akan membahas banyak tentang itu. Yang akan saya tulis di sini adalah tentang pengalaman mengunjungi dunia imajinasinya Disney di Tokyo atau kerap kita kenal dengan nama Tokyo Disneyland Sabtu 1 Februari kemarin. Seperti apa, sihh. Saya akan berbagi mulai dari berangkat hingga pulang yang total menghabiskan waktu 12 jam (kira-kira) atau bahkan lebih. Hehehehe. Yukkss.


BELI TIKET ONLINE

Untuk alasan kepraktisan, kami berempat (suami, tante dan om Taka, serta saya) memilih beli via online.

Caranya mudah:
  1. Masuk ke https://reserve.tokyodisneyresort.jp/en/sp/top/ alias situs resminy. 
  2. Pilih "Park Ticket" atau kalau mau lihat-lihat dulu ya silakan kan menu di websiteny banyak ya hehe.P
  3. Pilih yang "search by jenis tiket". Kalau kami kemarin pilih "1 Day Passport".
  4. Masuk ke menu berikutnya yaitu "tanggal mau ke sana" untuk memilih mau pergi kapan.
  5. Lalu, pilih "spesify tiket", kami pilih "disneyland".
  6. Terakhir, pilih "delivery to home" ikuti instruksi selanjutnya. Mudah kok.

Oh iyaa, jangan lupa register duluu ya kalau belum punya akun. Caranya gampang banget seperti kalau kita register email atau akun lainnya.

Kalau sudah beres semua plus udah bayar, tiket elektronik akan dikirim ke email. Seperti ini "penampakannya".

Karena yang pesan Tantenya Taka, maka akunnya pakai nama dia. Foto: dokpri.

Tugas kita selanjutnya cuma ngeprint tiketnya aja yang notabene kalau di Jepang ini tempat ngeprint bisa dengan mudah kita temukan di konbini cem Family Mart.


TRANSPORTASI

Untuk menjangkau Tokyo Disneyland menggunakan transportasi publik relatif mudahh atau kalau boleh dibilang gampang bangett.

Kami kemarin seperti ini:

1. Dari Apato yang kami sewa beberapa hari di daerah Ikebukuro cukup jalan sedikit untuk kemudian naik bus ke Ikebukuro Station. Seperti ini penampakan busnya.

Selalu suka dengan bis di sini: berrsihh, dokpri

Jangan lupa siapin kartu PASMO atau SUICA nya ya. Plus pastikan juga ada isinya. Wkk.

2. Dari Ikebukuro, kami naik kereta api ke Shinkiba by Yurakucho Line.

Shinkiba stasiun terakhir, dokpri

3. Sampai di Shinkiba, kami naik kereta lagi (terakhir banget) ke Maihama atau tempat Disneyland berada.

Welcome to Tokyo Disneyland, dokpri

Saya sedikit lupa jam berapa tepatnya kami berangkat. Kalau enggak salah sih sekitaran 8 atau setengah 9 pagi. Yang jelas, kami baru benar-benar menginjakkan kaki di Tokyo Disneyland jam 10, dua jam setelah dibuka.

Dari Stasiun Maihama ke pintu masuk Tokyo Disneyland lumayan banget jalannya. Pemanasan dulu ceritanya hehe. Foto: dokpri.


TOKYO DISNEYLAND

Proses Masuk

Mungkin, inilah salah satu keuntungan beli tiket via online, kita enggak perlu repot lagi saat di lokasi. Yang kami lakukan begitu sampai hanya antree aja (yang notabene lumayan panjang) di pintu masuk.

Udah ramai padahal masih pagii, dokpri

Cara masuknya cukup mudah:
  1. Tas dan printilan yang kita bawa akan dicek oleh petugas (yang menurut saya ramah bangett dan bersahabat juga ceria, jauh dari jesan galak) di pintu masuk
  2. Scan tiket kita
  3. Masukkk.... Yeyyy

Sewa Stroller

Buat yang punya batita atau balita, sebaiknya sih sewa stroller atau bawa sendiri dari rumah. Kalau kami pilih yang pertama karena saya enggak bawa trike Taka ke Jepang. Hehe. Kenapa sebaiknya sewa stroller? Luasss. Apalagi buat yang berencana maen seharian, kayaknya pegel juga kalau pas si anak tidur emak dan bapaknya gantian gendong.

Sewanya mudah kok. Kalau dari pintu masuk lurus ajaa kemudian ada semacam pertigaan belok kanan (berasa naik angkot). Kalau kami kemarin, Om dan Tantenya Takalah yang sigap ke tempat persewaan stroller begitu kami sampai. Xie xie, Ahjussi & Ahjuma.

Ini nanti diletakkan di stroller bagian belakang, dokpri
Oh iya, agar enggak sampai ketukar dengan yang lain, strollernya dilengkapi dengan namaa masing-masing anak. Jadii, tenang ajahh. Hehe.


Wahana yang Dikunjungi

Karena perginya sama bocah, maka udah bisa ditebak kalau wahana yang kami kunjungi lebih banyakk yang sifatnya Taka bangett. Hehehe. Jika sehari sebelumnya Takaa rada bosan karena tempat wisata yang kami kunjungi (Kawaguchi Lake & Iyashinosato) kurang anak-anak, maka kali ini berbeda. Dia girangg bangett. 

Meski belum semuaa wahana kami kunjungi, tapi lumayanlah ya. Seenggaknya, kami (terutama suami, Taka, dan saya, karena kalau om & tantenya udah pernah ke sini) udah menginjakkan kaki di taman Disney pertama yang dibangun di luar Amerika. Buat saya sendiri sih mumpung tinggal di Jepang jadi ya saatnya eksplor tempat wisata di sekitar sini. Saya tipe yang lebih memilih mengulik hal-hal di daerah tempat saya tinggal di mana pun itu. Biar sekalian gituu. Xixixi, emak-emak ekonomis ya gini. LOL.

Lalu, apa saja wahana yang kami kunjungi kemarin (plus kesan dan rasanya)?

1. Toon Town

Emak bapaknya enggak mau kalah sama anaknya, foto: Tante Taka
Jalan-jalan ke "kampungny" Mickey, Donal, Daisy, Minie, dll yukkkss. Kotanya berasa nyata. Saya autobilang ke suami, "Kalau ada gini beneran, lucu kali, yaa," maksudnyaa penghuninya bukan patung, melainkan manusia cem kita. Hehehe.

Di Toon Town ini, enggak semuaa tempat kami masukii. Antreannya mayan soalnya. 

Beberapa yang kami sambangi:

a. Goofy's Paint & Play House

Kami ke sini sebenarnya karena antreannya enggak terlalu banyak. Tapi, emang baguss. Cocok bangett buat anak-anak. Kita diminta membantu Goofy mengecat kamarnya dengan warna sesuka kita. 

Bagian luar kamar Goofy, dokpri

b. Minnie's House

Saya sukaa bangett sama desain rumahnya Minnie yang cewek bangett dan alat masaknya lengkapp, jauh banget dengan yang saya miliki. LOL. Yeahh, Minnie kan emang hobi masak, ya.

Mau masak apaa, dokpri

Unyuuu, dokpri
Selamat makann, dokpri

Wahana di Toon Town yang belum kami kunjungi: Gadget's Go Coaster, Chip and Dale's Tree House, Toon Park, Donald's Boat, dan Roger Rabbit's Car Toon Spin.

Toon Park, dokpri

Emangg enggak cukup kalau sehari. Harus banget kembali. Tapi kan setidaknya udah dicicil. Xixixi.

Foto sama siapa, Nak?, dokpri

2. Tomorrowland

Ingatan saya langsung ke film dengan judul sama beberapa tahun yang lalu. Dan memang taman hiburannya bernuansa futuristik. Enggak heran kalau peminatnya enggak kalah banyak dengan wahana sebelumnya.

Di sini, apa aja yang kami hampiri?

a. Stitch Encounter

Wahana ini bentuknya teater. Pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan Stitch (pakai bahasa Jepang). Sayangnya, pengunjung dilarang mengambil foto atau merekam saat di dalam teater.

Bagian luar teater karena di dalam enggak boleh ambil gambar, dokpri

b. Monster Inc. Ride & Go Seek

Di sini, kita diberi tugas mencari monster lucu yang sedang bersembunyi. Caranya mdah, tinggal sorot aja setiap nemu mata di tempat-tempat tersembunyi dengan senter yang sudah disediakan di kereta. 

Proses pencarian monster unyu yang tertangkap kamera, foto: Nte Taka

Yang belum: Star Tours (enggak cocok buat Taka), Space Mountain (enggak cocok juga buat bocah), Buzz Lightyear's Astro Blaster.


3. Fantasyland

Sesuai dengan namanya, di sini kita "diseret" bentar ke dunia "lain". Ya meski dari tadi juga udah termasuk dunia lain sih, ya. Hehe. Ada apa aja di sini? Banyakk. Cuma yang sempat kami datangi hanya dua:

a. It's a Small World

Sekai wa semai
Sekai wa onaji
Sekai wa marui tada hitotsu

Familiar dengan lagu di atas? Lebih suka versi mana? Kalau saya lebih tertarik dengan versi Jepangnya daripada Inggris. 

Lagu di atas menjadi "ost" wahana yang dinamai Small World ini. Di sini, kita akan diajak berlayar "keliling" dunia. 

Welcome to the Small World, dokpri

Haii Pariss, dokpri

b. Castle Carrousel

Kalau di kita sih semacam komidi putar. Kalau di sini dibuat nuansa ala-ala Cinderella. 

Jilbaban dan pakai rok enggak menghalangi buat naik kuda(kudaan) wkk, dokpri

Yang belum? Banyakkk: Alice's Tea Party, Snow White's Adventures, Cinderella's Fairy Tale Hall, Dumbo The Flying Elephant, Peter Pan's Flight, Pinoccio's Daring Journey, Pooh's Hunny Hunt, Haunted Mansion, dan Mickey's PhilharMagic. Di kunjungan berikutnya, deh. Kemarin juga ada beberapa wahana yang sedang diperbaiki, Cinderella misalnya. Moga dikunjungan berikutnya (entah kapan wkk), udah selesai semua.


4. Adventure Land

Kalau yang ini lebih ke nuansa Amerika zaman dulu gitulah. Yang kami coba:

a. Western River Railroad

Petualangan dimulai, dokpri
Dengan kereta uap, kita diajak untuk berkeliling Amerika bagian barat dan hutan tropis yang misteriuss. Ada dinosaurusnya juga. Bocah sih seneng, enggak takut. Hehe.

b. Pirates of Caribbean

Sesuai dengan namanya, pengunjung diajak berlayar ke dunianya Kapten Jack Sparrow. Buat anak-anak sebenarnya cukup menyeramkan, tapi bocah seneng ternyata. 

Yang belum kami sambangi di Adventure Land: Jungle Cruise, Swiss Family Tree House, dan The Enchanted Tiki Room.

Selain keempat jenis wahana di atas, masih ada WesternLand (5 wahana), Critter Country (2 wahana), dan World Bazaar (2 wahana) yang enggak kalah menarik dan seruu. Makanya saya bilang tadii, enggak cukup kalau sehari bisa mengeksplore semuaa. Harus banget balik lagii mumpung masih di sini. Hehehe.


Parade

Saat kami ke sana kemarin, ada 4 parade yang sifatnya outdoor yang kami lihat: menjelang makan siang, setelah makan siang, sore, dan malam. Untuk yang sore, saya tidak sempat mengabadikannya.

Parade pertama jam 11 siang, dokpri
Taka pun harus banget duduk biar enggak menghalangi orang yang di belakang, dokpri

Parade sang jam 2-an dengan formasi lebih lengkap, dokpri
Anak saya fokusnya malah ke burung yang hinggap, dokpri
Parade malam hari bernuansa lampuu, dokpri
Let it go let it go, dokpri
Beauty and the Beast, dokpri
Peter Pan, dokpri
Cinderella, dokpri
Semua parade di atas ditampilkan oleh manusia beneran, bukan patung. :D

Pas malam utamanya, kita seolah dibawa ke dunia putri-putriannya Disney dengan jargonnya happily ever after itu. Musik pengiringnya juga disesuaikan. Karena anak saya laki-laki, yang ia fokuskan malah warna lampunya, gubrakk. Baeklahh... laki-laki sejati berarti. Aamiin.


Kembang Api

Enggak lama, selang setengah jam kemudian, setelah parade outdoor terakhir, kembang api pun muncul. Tanda juga kalau bentar lagi taman rekreasi ini akan segera tutup. Good night, everyone. See you next time!


Ishoma

Karena seharian, maka yang kita butuhkan tentu asupan makanan. Apalagi, yang bawa anak kecil. Untuk yang muslim enggak perlu khawatir karena ada beberapa menu makanan halal. Pun tempat ibadah juga ada. Semua tinggal kita lihat di peta yang bisa kita ambil di awal datang. Berhubung saya sedang "cuti" bulanan, jadii yaa bebass.

Salah satu spot makan, dokpri

Hal Menarik Lainnya

Rasanya seolah kurang kalau ke suatu tempat tidak menemukan hal yang menarik, setidaknya menurut saya karena bisa jadi menurut yang lain beda. Kalau di Tokyo Disneyland kemarin, hal yang membuat saya terkesan di antaranya adalah:
  1. Semua petugas yang saya temui ramahh, jauuhhh bangett dari kesan jutekk.
  2. Penampilannya rapi bangett, bahkan untuk bagian kebersihan... jauhhh bangett dari kesan kulu-kulu.
  3. Seragam masing-masing petugas desainnya lucuu, seperti di anime-anime.
  4. Untuk parade outdoor, pengunjung benar-benar dikondisikan sedemikian rupa agar semua kebagian. Misall, barisan depan harus banget duduk agar yang belakang bisa melihat.
  5. Meski banyak orang, tapi rapii dan bersihh.
  6. Saya sempat ninggalin tas di stroller Taka yang diparkir di luar wahana. Isi tas saya ada semuanya, termasuk resident card dan uang. Cukup deg-degan sih, tapi ternyata pas kembali dan syaa cek isinya... SAMA... enggak berkurang satu pun. Padahal, orang datang dan pergi lalu lalang. Cuma ya kalau bisa biar gimana kita tetap waspada, ya.

Catatan untuk Kunjungan Berikutnya

Bagi yang ke sini sama bocah pas musim dingin, penting bangett bawa selimut kalau emang berencana ngendon sampai malamm. Ya meski di sini ada yang jual selimut, tapi alangkah baiknya kalau bawa sendiri. Hehe.


PULANG

Setelah puas, meski belum ke semua wahana, dari pagi sampai malam di Tokyo Disneyland mulai dari baru buka sampai mau tutup, kami pulaangg. 

Karena semua pengunjung juga punya tujuan sama, maka bisa dipastikan kalau kereta bakal penuhh. Itu sebabnya kami memutuskan untuk mampir dulu ke beberapa toko oleh-oleh yang ada di situ. Sebenarnya utamanya sih Tante dan Om-nya bocah yang akan balik ke Taiwan. 

Rute pulangnya kebalikan dari rute berangkat. Dari Disneyland naik kereta ke Shinkiba dan dari Shinkiba ke Ikebukuro. Berhubung udah malam bangett saat kami sampai Ikebukuro Station dan bus udah enggak ada (terakhir pukul 11 malam kalau enggak salah), maka kami naik taksii ke Apato.

Bocahh? Udah tidur sejak di kereta. Meski udah saya bilang, "Jangan tidur dulu ntar lagi sampai," dan dijawab dengan anggukan, tapi yang namanya ngantuk yekan wkk. 

Petualangan seharian selesaii. Saatnya kembali ke dunia nyataa. LOL.

  • Share:

You Might Also Like

4 comments

  1. gemes banget sama Minnie's House :D semoga tercapai bisa kesana AMIN!

    ReplyDelete
  2. Is there anyone who fits with the story of Disney princesses so much? Or, even dreaming of someday being like Cinderella: meeting a handsome and kind-hearted prince. It is like a dream only.

    ReplyDelete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)