Pengalaman (Gagal) ke Korea Selatan

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - February 25, 2019


Jika yang lain cerita pengalaman suksesnya jalan-jalan ke Korea Selatan. Dalam artian, mereka benar-benar pergi ke sana. Maka, saya, sebaliknya. Pada postingan kali ini, saya ingin berbagi cerita pengalaman (GAGAL) ke negaranya para Oppa & Ahjussi. Yaa, kali aja yang baca bisa mendapat hikmah dari pengalaman kami. Hehe.

Agustus 2016, tiga tahun yang lalu, saya dan suami berencana ke Korea Selatan di 2017 melalui program Garuda Travel Fair. Sebenarnyaa, suami pengin mengajak ke Jepang karena 2011 dia pernah ke sana untuk urusan kantor. Jadi setidaknya kalau kami ke sana kan udah ada guide-nya, yaitu suami. Tapi saya bilang kalau kami harus pergi ke tempat yang sama-sama belum pernah didatangi dan yang bahasa formalnya bukan bahasa Inggris. Xixixi. Kok gitu, Mi? Yaa, suka-suka aja, sih. Toh, kalau pun tersesat misalnya, ya tersesat berdua. Kayaknya romantis, deh. Ya, kan. Pikir saya waktu itu.

Bersyukurr, suami setuju. Selanjutnya, kami menentukan tujuan mau ke mana. Waktu itu masih belum milih Korea Selatan. Hongkong? Ehm, enggak, ah. Beberapa teman saya kerja di sana. Saya sih bilang ke suami lagi alias persyaratan ketiga bahwa kami harus ke tempat yang enggak ada sama sekali orang yang kami kenal atau kenal kami. Jadi, benar-benar asing.

Lalu, kenapa kemudian Korea Selatan? Enggak tahu, ya. Pengin aja ke sana. Menginginkan sesuatu emang kadang bisa tanpa alasan sama seperti cinta. Hehehe.

Setelah sepakat ke mana kami akan pergi, cuz deh kami pesan tiket yang bentuknya seperti ini.



Yess, perginya emang masih hampir tahun depan. Namanya juga harga promo. Yekan. Selalu ada harga yang harus dibayar di setiap keuntungan yang kita peroleh, Dear. Kalau mau berangkatnya besok, ya harus mau harga selangit. Enggak ada yang gratis di dunia ini. Atau kalau mau yang perginya besok tapi harga murah, artinya ke yang dekat-dekat aja. Dan saya, jujur aja, enggak terlalu tertarik waktu itu.

Setelah positif beli tiket, suami mengambil ancang-ancang untuk cuti. Sedangkan saya, mulai membuat itinerary. Dan sejujurnya, saya juga enggak tahu-tahu amat bakal ke mana di sana. Apakah ke rumahnya Kim Shin atau Ji Eun Tak? Xixixi. Halah.

Yang ada dalam benak kami waktu itu adalah... refreshing sekaligus menghibur diri karena di usia pernikahan kami yang ke-8 belum juga diberi momongan. :)

"Udah bikin, ta?"

"Belom, masih baca-baca buku tentang Korea Selatan dulu yang kupinjem di perpus. Ehh, lha kok malah tertarik sama sejarahnya," beuhh... niat banget.

"Kayaknya males banget deh kalau kita nanti ngunjungi tempat-tempat yang udah mainstream. Kalau di sejarahnya sih...," terang saya ke suami antusias dan panjang lebar.

Hingga kemudian,...

"Iya, benar. Ibu POSITIF HAMIL. Ini usia kandungannya udah sekitar 8 mingguan lhoh, Buk," begitu kata dokter kandungan yang cantik itu kepada saya September 2016 atau sebulan setelah kami beli tiket.

Saya periksa ke dokter karena paginya test pack menunjukkan kalau positif.

Dan, ternyata benar. Saya HAMIL.

MasyaAllah.

Alhamdulillah.

Allah Mahabaik. Allah Mahabesar.

Saya dan suami bahagia karena yang ditunggu datang juga. Alhamdulillah.

"Mas, tapi ntar Mei gimana, ya,"
"Apa diajak, ya," tawaran 'gila' dari saya yang jelas jawaban saya adalah ENGGAK.

April adalah prediksi lahirnya anak kami yang itu artinya di bulan Mei usiany belum genap sebulan.

Saya menawarkan agar suami saja yang  pergi. TANPA saya. Sayang aja, sih. Begitu pikir saya. Tapi, suami enggak mau. Pergi sama-sama atau enggak sama sekali. Begitu kata dia.

Opsi lain adalah menawari adek ipar yang hobinya memang traveling untuk nggantiin. Ehh, lhaa kokk, ndilalah... dia sudah punya rencana ke sana Januari 2017. :)

Sebenarny, saya enggak terlalu memikirkan dan lebih memilih "ntar deh diliat lagi" karena fokus saya saat itu jadi berubah ke calon bayi. Saya takhenti-hentinya bersyukur karena bisa hamil akhirnya. Saya bersyukur karena Allah memberi kesempatan saya untuk menjadi seorang ibu. Ya, saya lebih fokus dengan itu.

Kenyataannya, Mei 2017, kami tidak jadi pergi ke sana. Dapat refund sih meskipun enggak 100 persen.

Kenapa bayinya enggak dititip aja ke saudara yang penting kan stok ASIP? Ya mana mungkin sih saya bisa konsentrasi senang-senang di sana sedangkan di sini ada bayi yang sudah saya tunggu keberadaannya yang sangat membutuhkan saya 24 jam. Jelas, dengan alasan apa pun kecuali saya meninggal, menitipkan anak yang masih butuh perhatian bukanlah opsi. Setiap ibu punya prinsipnya masing-masing kan ya. Saling menghargai aja, sih. :)

Kenapa bayinya enggak diajak? Lhah, apalagi ini. Xixixi. Katakanlah saya memang ibu yang protektif ya karena Taka pertama kali naik pesawat usia 16 bulan. 😊

Saat itu, saat belum ada Taka, kami memang pengin jalan-jalan berdua ke sana. Tapi setelah ada Taka, prioritas pertama adalah dia. Jika tidak bisa berdua, mungkin nanti bertiga. Positif saja.

Kesayangan, Taka

Jika biasanya pengalaman gagal pergi bikin kecewa, tapi bagi kami sebaliknya. Gagal pergi ke Korea Selatan, tapi mendapatkan bayi yang selama ini diidamkan. Maka, nikmat Allah mana yang didustakan?

  • Share:

You Might Also Like

23 comments

  1. Alhamdulillah , selamat y ba, dede taka dan ibu bapaknya bisa jalan2 k korea, skrg jd bertiga klo jalan2 y

    ReplyDelete
  2. Semoga lain kali jalan-jalannya bisa bertiga ya bunda ☺❤...

    Kali aja Mekkah menanti abis ini aamiin

    ReplyDelete
  3. saya pernah juga begini, beli tiket buat tahun depan, gak lama kemudian hamil anak ke-2 dan lahirannya sekitar seminggu sebelum jadwal berangkat. akhirnya ga jadi berangkat deh hehhehe. kalau saya tiketnya hangus, tapi penerbangan dalam negeri dan lagi promo airasia, jadi ya direlakan saja hehehee. skrg ga pernah lagi beli tiket terlalu jauh, kalau beli ya sekitar 2 bulan sblum berangkatlah.

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, diberi ganti yang jauh lebih baik. Insya Allah, ke Koreanya bisa tetap dilakukan. Kalau kemarin hanya berdua, kini bisa bertiga. Lebih seru...

    ReplyDelete
  5. Ada yang dikorbankan untuk insyaallah ganti yang lebih baik ya mbak. Semangat jadi ibu dan semoga bisa jalan2 bertiga (atau berapapun)

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah ya mbak, Allah Maha baik dengan segala rencana dan ketentuanNya ^_^

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah yah Allah keren banget ngasih timingnya punya amanah. Gpp mba gagal ke korsel tapikan yang ngegantinya tak tergantikan bukan. Mudah2an ketularan hamilnya dan punya anaknya aamiin

    ReplyDelete
  8. masyaa Allah.. kejutan banget ya mbak. udah lama nunggu akhirnya dapat. apalah arti tiket ke korea kalau gantinya jauh lebih baik.

    dan iya, setuju sama mbak. mana tega bawa bayi sekecil itu perjalanan super panjang. mana tega juga ninggal dia.

    ReplyDelete
  9. kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda mbak, hikmahnya adalah semoga suatu hari nanti tetap bisa berkunjung ke KorSel tak hanya berdua, namun bertiga

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah... mendapatkan sesuatu setelah penantian panjang, istimewa pastinya dan patut diutamakan... ke korsel mah bisa ntar2 ya, Mbak...

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah mba walaupun gagal ke Korea tapi Allah ngasih hadiah yang lebih dari sekedar kesenangan jalan jalan

    ReplyDelete
  12. Masyaa Allah, nikmat Allah mana lagi yg kamu dustakan.
    Saya pun seorang ibu yg prinsipnya begitu, sayang banget ninggal buah hati yg sudah dititipkan pada kita. Sampai sekarang anak udah SD pun klo jalan² sebisa mungkin ajak anak.

    ReplyDelete
  13. Gagal ke Korea, tapi dikasih sesuatu yang lebih membahagiakan, mbak. Nggak pa pa, alhamdulillah juga.

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah, gantinya adalah anugerah terbesar bagi seorang ibu. Insya Allah bisa berangkat lagi bahkan bertiga mbak👍
    Semoga saya sekeluarga juga berkesempatan mengunjungi negerinya suju😁

    ReplyDelete
  15. Wah masyaAllah gapapa gak jadi mbak, insyaAllah dikemudian hari bisa jalan2 ke tempat yg lebuh seru, sama saya juga suka was was kalo niggalin anak bepergian jauh

    ReplyDelete
  16. Masya Allah. Alhamdulillah... Saya ikutan senang dan terharu mbak. Allah memang sangat baik, memberikan kita rezeki dari arah tak disangka2, selalu memberi yang terbaik di waktu yang tepat.
    Bagi saya..pilihan yg mbak pilih sangat tepat, dan saya pun akan seperti itu jika di posisi mbak Miyosi.
    Btw..semoga ananda dan ortunya sehat selalu, Insya Allah next ada kesempatan travelling keliling dunia kembali😊😊🙏

    ReplyDelete
  17. Wouw cerita yang mengharu biru mbak. Mirip Novel di tivi, hehe.
    Btw, Selamat ya mbak untuk kelahiran bayi cakepnya.
    Alhamdulillah ...

    Manusia memang hanya bisa berencana, Alloh Swt juga yang menentukan.
    Dan walau gagal ke Korsel, dapat nikmat yang tiada tara ya mbak.😉😍

    ReplyDelete
  18. gagal ke negerinya oppa-oppa kerenn, tapi dapet ganti baby cyakeppppp nan menyejukkan hati yaa mba! ikutt senenggg! ohya next time, kalo ada bingung tiket mau diapain, aku siap menampung kok, xixiiiiii

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah ya mba...dibalik gagalnya ke korea ada hikmah yg tersimpan 😉

    ReplyDelete
  20. Iya mbak, ke Korea Selatan bisa kapan kapan, tapi anugerah dari Allah itu bisa lebih jadi penggantinya. Sama banget sama saya. Seharusnya saya ikut suami kuliah di Aussie, ehh di bula terakhir kita berkumpul di Indonesia sebelum dia berangkat, aku dinyatakan hamil. Jadilah saya fokus degan si calon buah hati selagi suami belajar di sana. Sekarng pun masih LDM hehehe *malahcurhat

    ReplyDelete
  21. Masya Allah, jadi gitu toh ceritanya dapet si adek. Next time masih bisa kok ya plesiran ke Jeju :)
    Saya sendiri baru bawa anak pergi agak jauh saat usianya 7 Bulan kok.

    Sehat selalu ya, Dek Taka. Segera ke Korsel lagi nemenin Bundanya, ya :)

    ReplyDelete
  22. Masya Allah mb batal ke Korsel tp dpt karunia luar biasa. Alhamdulillah rejeki mmg tdk disangka2 ya mb. Semg next time bs jln bareng si kecil...

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah ... Ini mah gagalnya emang karena ada kebahagiaan yang lebih daripada sekadar berlibur ke Korsel ya Mbak ...

    ReplyDelete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)