5 Hal yang Harus Disyukuri Memiliki Kampung Halaman Bernama Junrejo, Sebuah Tempat di Kota Batu yang Dulu Kerap Dijadikan Bahan Olokan

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - February 27, 2019



"Rumahmu di mana?"
"Deket Sengkaling,"
"Oh, deket pemandian Sengkaling?"
"Enggak, deket Batu,"
"Lhoh, yang bener yang mana?"
Percakapan dengan ayahnya bocah 17 tahun yang lalu.

Di lain kesempatan
"Lebaran, aku ke rumah, ya?"
"Ngapain? Jangan. Rumahku jauh,"
"Enggak apa-apa, pengin ketemu Bapakmu,"
"Jangan, Bapak galak,"
"Jadi alasan sebenarnya apa?"
Ngejar, deh. Huft.

"Junrejo tuh mana, sih?"
"Ngapain tiba-tiba nanya gitu,"
"Pengin ke rumahmu. Namanya Junrejo, kan,"
"Tempatnya enggak terdeteksi, Kak. Enggak jamin pulang bisa selamat, ya,"
"Enggak apa-apa"

Percakapan dengan orang yang sama. Dan, beneran kan... doi nyasar pas pertama kali ke rumah ortu.

Tinggal di tempat yang namanya sering dijadikan bahan bullying teman-teman itu rasanya... kezel. Ini di mata bocah ingusan waktu itu, ya. Aku masih sangat ingat, mereka kerap kali bilang "Haii, Junstone," Seandainya mereka tahu perasaanku. Xixixi... dramaaa.

Kenapa kesal? Entahlah. Namanya juga bocah ingusan. Ya mungkin pada dasarnya aku dulu enggak suka aja sih digodain atau apa ya namanya... dipermainkan kali ya lebih tepatnya meskipun tujuannya buat lucu-lucuan. Sebagai yang termudaa di keluargaa sendiri dan keluarga besar, jujur aja aku lelahhh dijadikan bahan lucu-lucuan. Begitu alasanku kala itu. Maka, di luaran aku jadi rada sensitif. Ini sedikit cerita masa lalu, ya. Kalau sekarang mah enggak ngefek. Udah tua, Cyin. Hahah.

Sikap manyunku tersebut enggak terkecuali kalau tempat tinggalku dijadikan bahan lawakan. Aku jadi kayak semacam sensi gak jelas terus ngebatin, "Ya emang sih tempat tinggalku terpencil banget, tapi emangnya kenapa. Kan cuma masalah tempat tinggal aja. Dan lagi, aku juga bayar SPP," Tapi, semua perasaan itu cuma bisa kupendam. Xixixi. Deuh, kok mules ya rasanya kalau nulis ini sekarang. Enggak nyangka dulu pernah alay. Wkwk. Alhamdulillah, alayny enggak sekarang.

Okayy, lanjutt....

Itu sebabnya, ketika Mas Ryan yang waktu itu (katanya) naksir to the max sama aku, pengin main ke rumah, pengin tahu alamatku di mana, ya otomatis aku pasang kuda-kuda. Batin berkata, "Enggak ah, ntar dibilang Junstone lagi sama aja kayak orang-orang,"

Walaupun tentu saja akhirnya Mas Ryan tahu. Dan, awalny doi enggak pernah bilang Junstone. Tapi, lama-lama bilang juga. Xixixi. Dasar.

Mungkin sampai sini, pembaca, terutama yang dari luar Kota Wisata Batu, belum ngeh. Jadi, inti tulisanku apaa?

Bisa dibilang tulisanku ini mungkin promosi kampung halaman yang benar-benar kampung halaman. Maksudnyaa, tempat aku lahir, tinggal, dan besar hingga menikah.

Kalian tahu Kota Wisata Batu, kan? Pasti, ya. Haree geenee.

Nah, Kota Batu ini terdiri dari 3 kecamatan, yaitu Bumiaji, Batu, dan Junrejo. Aku yang di Junrejo. Junrejo sendiri memiliki 7 Desa: Beji, Mojorejo, Tlekung, ..., dan Junrejo. Aku yang di Junrejonya.

Sekarang, enggak usah nanya, lihat aja, Junrejo memang ramaiii. Segala ada. Kalau musim liburan bisa dipastikan macet. Tapi duluuu ketika aku masih ingusan, Junrejo dianggap apa sih sama orang luar. Yaa, mungkin dianggap pelosok bangett. Saat aku SMP di Batu dan SMA di Malang, enggak sedikit yang semacam... apa ya... kayak WOW gitu saat kubilang dari Junrejo. Bahkan, beberapa di antara mereka ada juga yang nanya itu di mana. Xixixi. Makin syok ketika kubilang kalau tiap hari pergi pulang.

Aku bersyukur kok lahir dan besar di Junrejo. Sangatt. Amat sangat. Bersyukur, rumah ortuku di sini. Pokoknya bersyukur. Kenapa? 5 alasan ini mungkin akan menjelaskan.

1. Junrejo dekat dengan tempat wisata terkenal seperti Predator Fun Park (seriusan tinggal jalan doang), Batu Night Spectacular, Coban Rais, Jatim Park, dll.

2. Lokasinya di tengah-tengah antara Malang dan Batu, tapi masuknya Batu.

3. Di sini segala kenangan akan beragam peristiwa ada. Ya namanya juga kampung halaman.

4. Air lancarr jayaaa. Alhamdulillah. Konon, nama Junrejo itu sendiri berasal dari kata Junwatu. Jun itu tempat air... semacam gentong raksasa gitu, deh. Rejo itu watu alias batu. Jadi maksudnya tempat air yang berasal dari Batu. Cerita turun temurun yang kudengar, katany sih masih eraat kaitannya dengan Kerajaan Singosari. Aku sendiri belum meneliti sejauh itu.

5. Penduduknya ramah
Kalau kalian ke Junrejo terus tiba-tiba disapa sambil senyum atau dibantuin to the max, sungguh... itu bukan karena naksir. Tapi ya emang semacam ajaran turun temurun seperti itu. Tolong jangan baper atau bilang di-PHP-in.

Yang namanya kampung halaman, seterpencil apa pun dulunya, pasti akan selalu istimewa. Ya, kan. Termasuk, akuu. Meskipun kini Junrejo alias Junstone sudah berbeda 180 derajat, namun ingatan akan Junrejo belasan tahun silam akan selalu terpatri. Dan meskipun dulunya nama kampung halamanku sering dijadikan bahan lucu-lucuan, aku bangga lahir dan besar di sini.

Kalian yang pastinya punya kampung halaman, yukkk... ulik.... Seperti apa kampung halaman kalian dulu dan sekarang?

  • Share:

You Might Also Like

4 comments

  1. Wkwkw... gue berarti pernah main ke sini nih mba. Sama pendi. Udah rame dan dingin.
    Pas kami balik dr Batu Night jam 7an kayaknya. Gak ada angkot, sepi dan harus jalan kaki sampe ke jalan raya. Kocak, mana gerimis lagi. Spooky abis hehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayakny bukan deh
      Ad angkotny kok sejak dulu terus sekarang mah rame bgts
      Jangan2 mas beni n dek pendi kembali ke masa lalu atau nyasar ke alam ghoib wkkk eh peace

      Delete
  2. kalo kampung ku skrng malah tambah macet..jalannya sempit, dan udah gak ada lagi anak anak renang disungai seperti jaman aku kecil yang senang lari larian dijembatan trus melompat ke sungai :(

    ReplyDelete
  3. Wah Junrejo berubah 180 derajat itu gimana Mbak berubahnya?
    Apa jadi warna warni seperti destinasi Kota Batu lainnya? Kayaknya sekarang Kota Batu banyak banget destinasinya, apa apa jadi tempat wisata.

    ReplyDelete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)