Hari ke-344 di Jepang: 5 Hal yang Patut Disyukuri dalam 5 Tahun Belakangan Ini, Salah Satunya Tinggal di Negeri Sakura

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - December 09, 2020



2020 ini menjadi tahun yang berat bagi kita semua. Mungkin, ada banyak rencana yang tadinya sudah tersusun rapi menjadi urung dilakukan karena pandemi. Tapi, apa pun itu pasti selalu ada hal yang patut disyukuri. Pasti. Tidak perlu hal yang berat atau luar biasa, apalagi jika tolak ukurnya pengakuan orang lain. Lelah yang ada. :)

Hal yang patut disyukuri itu bentuknya berbeda tiap orang. Tantangan dan medan juangnya saja beda, mana mungkin bisa diseragamkan. :D Bagi yang lain, pencapaian kita mungkin biasa saja. Ya, bodo amat juga, sih. Meski sebagai makhluk sosial, kita tentu tidak bisa menafikan bahwa diakui eksistensinya sebagai mana yang dikatakan Maslow dalam diagramnya itu membahagiakan. Ya, siapa yang tidak suka jika usahanya dihargai. 

Aku pun mencoba mengingat kembali kira-kira hal yang patut disyukuri dalam lima tahun belakangan ini. Tentu saja, terlepas dari perihal setiap detik kita harus senantiasa bersyukur karena nikmat dari-Nya begitu luar biasa. Pun terlepas dari beragam tantangan dan masalah yang kerap membuat hati berkecamuk. Ya, pasti semua orang punya hal yang patut disyukuri, termasuk pemilik blog ini.

Sebenarnya, ide untuk menulis/sharing/memaparkan/mengekspresikan atau apalah namanya mengenai hal yang patut disyukuri lima tahun belakangan ini bukan lantaran 2020 sudah hampir habis. Bukann. Tapi sebagai bentuk "self healing" karena beberapa waktu belakangan menjelang kepulangan ke tanah air ini jujur saja hati berkecamuk dan pikiran ke mana-mana. 

Nurani seolah berkata kalau boleh memilih penginnya sih enggak mau pulang, tapi kan tidak mungkin. 🤭 Aneh memang, di saat banyak teman yang homesick ketika merantau, aku sebaliknya. 😆 Padahal, semua juga tahu kalau mengembara ke negeri orang yang bahasa serta budayanya beda bukanlah hal yang mudah. Tapi jujur saja, ternyata yang bagi orang lain adalah masalah besar bagi kita bisa jadi biasa saja. Pun sebaliknya, yang bagi kita luar biasa atau membuat trauma bisa jadi bagi tetangga b aja. Nah, kan. Tiap orang memang berbeda. :)

Baiklah, kembali ke topik, ya. Terlepas dari segala macam hal yang kuhadapi, pastinya enggak cuma berisi senang/sedih saja, aku ingin menuliskan setidaknya lima hal yang patut disyukuri dalam lima tahun belakangan. Ini pengingat buatku pribadi bahwa Allah begitu baik pada semua hamba-Nya tanpa pandang bulu, bahwa setiap tahun selalu ada hikmah yang kita dapat, dan bahwa selalu ada cerita manis di antara sekian banyak tumpukan tantangan. 😊

Lalu, apa saja 5 hal yang patut disyukuri dalam 5 tahun belakangan ini?

  1. Akhirnya hamil di 2016 setelah menikah di 2008. Alhamdulillah, akhirnya Allah memberikanku kesempatan untuk merasakan hamil. Sungguh, punya anak adalah sebuah misteri kalau boleh kubilang. Jika hal kasat mata seperti menulis buku, selama kita konsisten menulis, yakin pada akhirnya juga akan terbit. Tapi punya anak? Kita sudah rajin ikhtiar pun belum tentu jadi, bukan. 😊
  2. Aku melahirkan anak laki-laki sehat tak kurang suatu apa pun di 2017. Alhamdulillah, Allah memberikanku kesempatan untuk membersamainya. Semoga kelak bisa menjadi anak salih meskipun bundanya biasa-biasa saja, enggak sesalihah orang-orang di luar sana atau setidaknya yang aku kenal. 
  3. Suamiku promosi di 2018. Alhamdulillah. Di tahun 2010 kalau tidak salah, aku dan suami pernah menulis buku duo tentang MANAJER, sebuah buku mengenai pimpinan dari sisi karyawan atau pekerja. Dan bagai sebuah doa, beberapa tahun setelahnya, suamiku benar-benar menjadi seperti buku yang pernah kami tulis. Jadi ingat kata Bunda Rose, penasihat FLP Jepang, bahwa menulis itu juga seperti berdoa, maka tulislah yang baik-baik dan bermanfaat.
  4. Suamiku mendapat beasiswa ke Jepang dan berangkat menjelang akhir tahun, bulan September tepatnya. Alhamdulillah.
  5. Tahun ini, 2020, kami bertiga bisa merasakan tinggal di negeri sakura. Alhamdulillah.
Jangan ditanya kepedihan atau masalah apa yang kami hadapi karena sejatinya kebahagiaan yang kita terima setara dengan tantangan/kesedihan/luka/duka yang kita hadapi dan alami. Hanya saja, sangat normal jika sebagian besar orang lebih memilih untuk menunjukkan yang baik-baik saja. Bukan lantaran karena ingin mencitrakan diri bahwa hidupnya sempurna, bukann, tapi hal tersebut sejatinya juga bentuk self healing. 

2020 ini memang berat. Semua bilang demikian. Tapi, bukankah kita juga pernah melewati tahun yang mungkin jauh lebih berat dan bisa melewatinya? Semoga tahun ini pun kita lulus dengan nilai A. Saling mendoakan, ya. Doa baik akan kembali ke pemiliknya. 🤗

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)