Hari Keempat Puasa di Manado

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - April 06, 2022


Pujian kerap menjadi "jebakan". Khawatirnya, yang dipuji dinilai overrated. :) Orang-orang menganggap hebat, enggak tahunya zonk. Masih lebih mending dianggap biasa saja padahal berkualitas. Itu sebabnya, beberapa orang hebat yang saya kenal lebih memilih tak terlalu banyak eksposure, bahkan ada yang sama sekali tak punya media sosial. Padahal kiprahnya, masyaallah. Saya salah satu saksinya. Alasannya? Salah satunya ya itu tadi, khawatir dengan pujian, enggak nyaman terlalu banyak dipuji, dan semacamnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, tak sedikit yang marah/kesal ketika dirinya dianggap tak mampu/tak bisa, apalagi jika kenyataannya sebaliknya. Tapi apakah hal itu berlaku juga kalau ybs dianggap bisa padahal tidak. Kalau bahasa film, kamu mending dinilai overrated atau underrated oleh orang lain terutama yang baru kenal/enggak kenal-kenal amat/bahkan enggak kenal?

Pujian, di satu sisi bisa menjadi motivasi, tapi jika berlebihan bisa meracuni. Na'udzubillah.

Tips agar enggak terlalu gila pujian (terlepas dari sisi manusiawi sebenarnya semua manusia pastinya senang kalau dipuji ketimbang dicaci) adalah sebagai berikut (tolong ditambahi):

  1. Selalu ingat bahwa semua karena Allah, termasuk kelebihan yang kita miliki.
  2. Selalu ingat bahwa ada yang jauh lebih hebat sebagaimana kata pepatah di atas langit masih ada langit.
  3. Ingat kata Ustadz Khalid Basalamah, sesungguh pujian dan cacian manusia itu hanyalah sepanjang lidahnya saja.
  4. Untuk apa carmuk di depan manusia, sama-sama manusia. Kalaupun berbuat baik, itu pun sebagai bentuk menghormati/menyayangi sebagai sesama makhluk Allah dan itu pun harusnya rata, menghormati siapa pun enggak pilih-pilih (menghormati yang punya kuasa, meremehkan yang enggak jadi apa-apa). Ehm, jujur di poin ini, ingatan saja auto tertuju dengan orang-orang Jepang yang ketika kami di sana dapat perlakuan baik padahal "cuma" orang asing + saya pakai jilbab pula. Ke stasiun, Taka diberi stiker oleh bapak masinis Shinkansen & Kakak petugas kebersihan. Ke Bivi Tsukuba, ada nenek-nenek penjual menghadiahi Taka dompet bocah warna kuning. Saya belanja naik bus plus gendong bocah, pas turun ada sister bantuin sampai depan dormi. Intiny banyak hal ajaib yang saya dapatkan tanpa harus punya "sesuatu" dulu yang membuat saya bisa dispesialkan. Nope. Jujur, saya terharu. Itu cuma beberapa contoh, aslinya masih banyak.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati kita semua. Semoga kita semua bisa menjadi hamba Allah yang lebih baik. Aamiin.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)