Ketika Tulisan sering Ditolak

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - July 07, 2019


Salah satu karakter yang harus dimiliki penulis adalah SIAP DITOLAK dan enggak usaj banyak drama. Bukannya kejam, tapi memang begitu adanya. Hampir semuaa penulis pernah merasakan yang namanya DITOLAK. Masih untung kalau cuma ditolak, kalau ditambah dengan caci maki? Maka benar, enggak berlebihan jika ada yang mengatakan bahwa menulis hanya untuk mereka yang berani dan bernyali.

Ditolak memang menyakitkan, tapi jika itu bisa bikin kita lebih baik lagi kenapa harus emosi. Toh, normalnya, setelah ada penolakan pastinya ada perbaikan. Ya kecuali kalau emang dari yang bersangkutan sudah enggan.

Sebelum membahas langkah apa saja yang sebaiknya kita ambil ketika naskah ditolak, maka ada baiknya jika kita menengok sebentar para penulis terkenal berikut ini yang naskahnya pernah ditolak takhanya sekali, tapi berkali-kali oleh penerbit. Siapa saja mereka? Beberapa di antaranya adalah:

1. JK. ROWLING: ditolak 14 kali
2. Penulis novel THE HELP (difilmkan juga): ditolak 60 kali
3. Stephen King: ditolak 30 kali
4. Meg Cabot, penulis Princess Diary (difilmkan): ditolak 17 kali
5. Dan, masih banyak lagi termasuk penulis dalam negeri

Ehm, ternyata kita benar-benar tidak sendiri. ☺

Lalu, apa yang bisa/biasanya kita lakukan setelah naskah ditolak?

1. Puas-puasin masa-masa galau atau enggak terima
Ada kalanya, ego sebagai penulis berbicara, "Perasaan aku udah nulis bagus bangett. Kok yaaa ditolak, sih?"
Atau, sebaliknya, "Iya, sih. Siapa sih aku. Ya pantes kalau naskahku ditolak. Aku emang gak berbakat jadi penulis. Ya, udahlah,"

Nikmati aja masa-masa frustasi itu, tapi kasih deadline. Drama queen sesaat boleh-boleh saja. Tapi hidup terus berjalan. Kita mau mogok nulis atau move on juga gak ada pengaruhnya sama penerbit. Realistis, ya. Jadi mendingan move on.

"Aku akan galau dari tanggal 1 sampai 7, setelah itu bakalan bangkit!" seperti ini misalnya

2. Cari tahu kenapa ditolak
Alasan ditolak ada beragam, misalnya:
a. Tulisan kita emang kurang bagus
b. Tidak marketable untuk saat ini
c. Tulisan kita sensitif
d. Tidak sesuai dengan idealisme penerbit
e. Tema udah basi
f. Gaya bahasa kaku
g. dll
Jadi, ditolak tak semata-mata karena tulisan kita gak berkualitas, tapi bisa jadi karena alasan lain

3. Perbaiki
Tidak ada cara yang paling tepat selain memperbaiki. Ada untungny juga ditolak karena kita bisa lebih dalam lagi mengupas isi atau lebih bisa menampilkan sesuatu yang beda atau alasan lain.

4. Kirim Lagi
Terakhir, tentu kirim lagi. Jumlah penerbit di Indonesia ada ratusan. Silakan lihat di website IKAPI.
Itu di Indonesia aja. Kalau kita gak mau "main" di Indonesia juga bisa, misalnya kita lebih memilih penerbit luar negeri. Silakan.

Tulisan ditolak itu ibarat minum jamu. Pahit sih, tapi menyehatkan (menguatkan mental)

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)