Mengajak Bersyukur vs Menyuruh Bersyukur
Sekilas nampak sama, tapi sebenarnya berbeda.
Mengajarkan bersyukur >> namanya aja MENGAJAK, jadi ya menganggap yang diajak itu setara.
"Kita bersyukur yuk karena udah dikasih hidup sama Allah,"
"Mari kita bersyukur karena udah dikasih rezeki, dikasih sehat, dll,"
"Masyaallah, bersyukur banget ya kita tinggal di Indonesia, kulinernya juara!"
Dan masih banyak lagi yang serupa.
Intinya, muhasabah bareng.
Sementara itu, MENYURUH bersyukur >> dari namanya aja berarti menganggap lawan bicara di bawah banget dan menilai diri setinggi menara gading.
"Kamu itu bersyukur...!!!"
"Bersyukur kenal sama aku. Coba kalau ga?!"
"Kamu tuh bersyukur loh kenal sama aku...!"
Dan masih banyak juga contoh serupa.
Kalau kalian mau yang mana, Guys? Menyuruh orang bersyukur atau mengajak? Semoga termasuk yang mengajak, ya. Pun saat konteksnya menghadapi yang lebih muda. Rasanya kok narsis banget kalau nyuruh bersyukur, apalagi menyuruh bersyukur karena udah kenal sama kita. Iyuh banget, sih. 😅
Walaupun nampak serupa, tapi ternyata beda 189 derajat. Yang satu, oke oke aja. Sementara satunya lagi bisa melukai harga diri orang lain. Padahal, setiap manusia, apa pun posisinya dan siapa pun dia, pastilah punya harga diri. Lalu, siapa kita tahu-tahu datang mengobrak-abrik. Kita juga bukan tuhan. Sama-sama manusia, cuma mungkin waktu lahirnya saja yang berbeda.
Hidup kadang sudah melelahkan dan penuh gejolak. Tak harus juga kita tambah dengan membuat luka pada orang lain.
Kalau konteksnya kita yang disuruh begitu, gimana? Konteksnya, kita yang dibilang, "Makanya, bersyukur/kamu tuh bersyukur kenal sama aku blablabla...!" Jawabannya mungkin klasik bangett, yakni SABAR dan diam saja. Lalu, bikin tulisan. Eh, enggak, yaa. Sabar ajaa. Diam. Dan, iya, benar banget kalau kita emang harus bersyukur bertemu siapa pun itu karena bisa belajar. :)

