Tanda-Tanda Jiwa yang Sakit dan Cara Menyembuhkannya

By miyosi ariefiansyah (bunda taka) - August 26, 2018

Tanda-Tanda Jiwa yang Sakit dan Cara Menyembuhkannya


Setiap yang bernyawa dan berhati pasti pernah merasakan luka, termasuk luka yang tak kasat mata. Meskipun di sisi lain, setiap manusia juga berhak bahagia seperti apa pun masa lalunya.


Sakit fisik memang lebih mudah diidentifikasi dan disembuhkan dibandingkan dengan “sakit” jiwa. Kadang atau bahkan sering, penderitanya sendiri tidak menyadari bahwa dirinya, jiwanya, SAKIT. Bisa jadi karena memang tidak tahu, tapi bisa juga karena gengsi dan malu.

Lalu, apa saja tanda-tanda dari jiwa yang sakit? Menurut sebuah buku psikologi, Soul Detox, setidaknya ada LIMA ciri utama (bisa salah satu, beberapa, atau semuanya), yaitu:
  1. Insomnia
  2. Nafsu makan berkurang drastis
  3. Khawatir berlebihan, terutama ketika menghadapi masalah yang mirip-mirip atau serupa dengan hal yang membuat seseorang tersebut trauma
  4. Tidak bersemangat
  5. Malas bergaul atau antisosial
Jika kelima tanda-tanda tersebut poinnya adalah menutup diri/menarik diri ke dalam, maka ada juga yang berperilaku sebaliknya: bersikap agresif karena jiwanya marah, menjadi pelaku karena dulu yang bersangkutan pernah menjadi korban, dan menyakiti orang lain siapa pun itu karena dulu ia pernah disakiti.

Jadi, jika suatu saat kita bertemu dengan orang yang bicaranya kasar, suka “menyerang” tanpa sebab, dan marah tak beralasan, seharusnya dikasihani bukan sebaliknya. Hanya yang jiwanya terlukalah yang akan menyakiti. Kalau damai-damai aja mah ngapain nyari perkara. 

Seseorang boleh-boleh saja bilang “aku kuat” atau “ah, enggak ngefek” atau “cuma gitu aja” dan semacamnya, tapi perilaku tidak bisa bohong. Sedikit banyak, karakter, perilaku, dan respon seseorang dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang ia terima di masa lalu.
  • Kenapa seseorang mudah tersinggung? Bisa jadi, dulunya sering diremehkan.
  • Kenapa seseorang agresif dan ingin tampil, ingin sempurna semuanya? Bisa jadi, ia pernah mengalami peristiwa yang menyakitkan.
  • Kenapa seseorang tidak peduli, apatis, dan egois? Bisa jadi, dia dulu sering mengalami penolakan demi penolakan.
  • Kenapa seseorang bicara kasar? Bisa jadi, karena dia dulu sering dianggap lemah, jadi agar tidak lagi dipandang seperti itu ia berkata dan berbuat cenderung menyakiti orang lain. Agar tidak jadi korban lagi, ia harus jadi pelaku. Bisa jadi.
  • Kenapa seseorang enggan menikah? Bisa jadi karena ia tidak mau mengalami hal yang sama dengan orangtuanya.
  • Kenapa seseorang trauma memiliki anak di saat yang lain sedih belum juga memiliki momongan? Bisa jadi karena ia masih belum bisa menghilangkan traumanya sendiri dan takut jika itu sampai berulang ke anaknya nanti.

Pada dasarnya, semua manusia itu SAMA: terlahir SUCI tanpa noda sedikit pun. Peristiwa demi peristiwa yang kemudian membuat orang yang satu dengan yang lain menjadi tidak sama. 

Dan, tentu saja bukan untuk mencari pembenaran. Tapi, dengan mengetahui penyebab sakitnya, seseorang akan lebih mudah mencari obat untuk menyembuhkannya, jika ia mau.  


Ada 5 tips sederhana yang bisa dicoba untuk mengobati hati yang terluka, yaitu:

1. AKUI KELEMAHAN DIRI

SADARI bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Setiap orang pasti memiliki masalah. Maka, bersikap pura-pura kuat bukanlah hal yang bijak. Bagaimana mungkin “penyakit” bisa sembuh jika penderitanya menolak disebut sakit? Akuilah segala macam kelemahan diri, kekesalan, dan apapun yang sekiranya menjadi “sampah” dalam jiwa yang bisa menghambat kemajuan diri.
Tulis segala macam kekesalan dan kelemahan. Tulis tanpa ada yang terlewat. Tidak harus selesai hari ini juga, bisa jadi seminggu kemudian baru selesai atau mungkin lebih cepat/lebih lama. Tulis saja semuaa uneg-uneg dan jangan ada yang ditolak karena itu adalah kenyataan. Sekarang juga, tulis saja dulu, tumpahkan semuanya.

Setelah menuliskan semua kekesalan, kelemahan, atau apapun sebutannya, cari AKAR MASALAHNYA. Bagaimana seseorang bisa mencari solusi jika akar permasalahannya saja tidak tahu. Misalnya: Kenapa benci tanpa sebab dengan A? Emang dia ganggu? Apa dia merusak? Oh, ternyata jawabannya karena yang benci tersebut sebenarnya iri, ingin banget jadi seperti A yang notabene cantik, lembut, baik, pintar, dll. Atauuu, kenapa enggak suka dengan B? Oh, ternyata si B ini omongannya suka pedess padahal yang diomongin pedes enggak ganggu dia. Atauu, masalah lainnya.

Sekarang juga, tulis kenapa kesal, kenapa benci, kenapa males, kenapa sakit hati. Tulislah DENGAN JUJUR. Kita mungkin bisa membohongi orang lain, tapi tidak akan pernah bisa membohongi diri sendiri apalagi Sang Pencipta. Jadii, menjadi pribadi yang JUJUR (jujur pada diri sendiri, jujur mengakui kelemahan, jujur mengakui kekesalan) adalah pintu masuk utama untuk sembuh.


2. SEBUTKAN SISI POSITIF YANG DIMILIKI

Selain memiliki kelemahan dan kekurangan, semua manusia juga pasti punya kelebihan. Pasti memiliki pencapaian, apapun itu. Kadang, karena terlalu fokus dengan masalah dan kekurangan, seseorang jadi lupa bahwa ia sudah berjalan sejauh ini, sudah melewati beragam tantangan serta ujian.
Tulis semua pencapaian selama ini. Dan, setiap orang pasti berbeda, jangan pernah meminta sama. Tempat tinggal dan lain-lainnya saja beda.  


3. LAWAN MENTAL BLOK

Kenapa malas menikah? Karena trauma dulu (sejak kecil) selalu melihat pertengkaran orang tua
Kenapa ambisius? Karena selalu diremehkan
Kenapa minder? Kenapa malu? Karena sejak kecil sudah dilabeli enggak bisa apa-apa
Kenapa enggak mau punya suami cakep atau istri cantik? Karena punya suami cakep atau istri cantik berpotensi besar untuk selingkuh
Kenapa… ?

Beberapa pernyataan di atas adalah contoh mental blok atau sesuatu yang menghalangi kita untuk berbuat baik/positif. Yang paling dirugikan ketika seseorang “berkutat” terus dengan mental bloknya adalah dirinya sendiri. Padahal, apa yang dipikirkan belum tentu sesuai kenyataan. Logikanya, masa iya sih “hanya” karena melihat satu atau beberapa kasus enggak menyenangkan kemudian seseorang jadi mengeneralisir semuanya pasti seperti itu? Tidak, kan.

Ada beberapa cara untuk menyembuhkan mental blok ini, yakni:
  • Jangan pedulikan ocehan orang lain yang melabeli negatif atau melemahkan
  • Selalu ingat misi dan tujuan, fokus pada hal itu, jangan buang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak penting  
  • Enyahkan dendam, sakit hati, dan kecewa karena yang rugi adalah diri sendiri, bukan orang lain
  • Banyak-banyak bersyukur terutama dengan pencapaian yang sudah didapat
  • Baik, tapi tidak perlu terlalu dekat dengan orang-orang yang negatif (tidak perlu memiliki hubungan emosional terlalu dalam) jika imun dalam jiwa belum kuat
  • Singkirkan 3m: malas, mangkir, dan malu
Karena manusia adalah makhluk yang tidak sempurna, itu sebabnya setiap orang pasti pernah mengalami GAGAL atau jatuh atau semacamnya. Terima ketika ditertawakan, terima diejek, terima dicaci maki atas kebodohan. Terima saja. Justru itu bukti bahwa kita masih manusia. Kalau sempurna dan takpernah salah, berarti kita bukan manusia, dong. Terima, untuk kemudian dijadikan bahan pelajaran. Kadang atau bahkan sering, belajar baik tak melulu dari hal-hal baik, bisa juga dari peristiwa-peristiwa buruk dan menyakitkan.


4. KOMPROMI DENGAN DIRI SENDIRI

Sebelum menjadikan orang lain sebagai soulmate, jadikan diri sendiri dulu sebagai soulmate. Kuasai diri sendiri. Caranya?
  • Buang prasangka karena belum tentu apa yang kita pikirkan juga dipikirkan orang lain
  • Tumbuhkan rasa percaya diri: setiap orang punya kelebihan dan kekurangan di bidangnya masing-masing, tidak ada manusia yang sempurna, dan sibukkan diri dengan belajar dari mana saja kapan saja serta siapa saja
  • Kata-kata adalah doa, itu sebabnya berusahalah untuk berkata-kata baik
  • Ubah kebiasaan-kebiasaan buruk yang kontraproduktif: bangun siang, menunda pekerjaan, atau yang lain


5. MAAFKAN

Jangan pernah menyuruh orang lain atau diri sendiri untuk memaafkan atau mengikhlaskan, tapi suruhlah dulu untuk mengeluarkan semua racun. Kadang, ceramah di saat yang tidak tepat justru akan menyakiti. Benar, nggak?

Setelah proses satu sampai empat terlewati, proses berikutnya akan berjalan otomatis tanpa harus dipaksa dan tanpa harus diceramahi berjam-jam.

“Oh iya ya, Allah sudah memberiku banyak sekalii keberuntungan. Aku bisa begini, aku bisa begitu, aku memiliki ini, aku memiliki itu. Masa iya sih aku masih bergelut dengan rasa sakitku di masa lalu? Masa iya aku setia dengan rasa marahku ini? Apa ini enggak merugikan diri sendiri? Apa ini enggak buang-buang waktu, ya?” seperti itu misalnya

Proses pelepasan ini disebut juga proses pembebasan diri.

Semoga kita bisa menjadi pribadi baru yang lebih baik. Setiap kali ada masalah atau penyakit lama kambuh, semoga kita segera ingat lima langkah di atas. Sungguh, menulis seperti ini bukan karena sudah ahli, tapi karena pernah mengalami. :)

Semoga bermanfaat!



Daftar Pustaka:
Murtie, Afin. 2014. Soul Detox. Yogyakarta: Scritto Books Publisher.


(Tulisan saya ini juga tayang di website ummi-online ini dan ini)

  • Share:

You Might Also Like

10 comments

  1. Bener mb
    Entah knp gw yakin kalau stiap orang pasti pny luka masing2
    Bedany ad yg jujur ad yg g
    Yg paling gw benci yg pura2 baik2 aj pdhl knapa2

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah itu
      kadang aku juga gitu kok
      sok baik2 aja padahal kenapa2 wkkk
      bukannya sok kuat, tapi mengeluh ke tempat yang bener daripada nyampah di mana2
      untung punya lakik yang mo dengerin segala uneg2

      Delete
  2. Menulis bisa jadi terapi ya, Mbak Mio
    Udah buktiin

    ReplyDelete
  3. Kadang sikap seseorang yg buruk adalah pelampiasan dari masalah2nya dahulu yg belum selesai. Ini bisa jadi cara mengatasinya 👍

    ReplyDelete
  4. Kebanyakan dibuli jadinya minder
    Aku contohny
    Dulu
    Sekarang sih yang ngebuli
    Ehh
    Becanda y, Mb Yosi wkk

    ReplyDelete

Makasih udah ninggalin jejak yang baik ya, Teman-teman! :)